Ayyuha al-Walad
Al-Ghazali,
siapa umat Islam yang tidak mengenalnya? Sosoknya sebagai ulama besar dan agung
begitu bersinar dikalangan umat Islam. Tidak hanya umat Islam saja, namum
kalangan barat atheis pun banyak yang terkagum dibuatnya? Tidak hanya alim
dalam bidang spiritual bathiniah sufiyah saja, tetapi beliau juga alim dalam
berbagai disiplin ilmu semisal filsafat, kalam, fiqih dan sebagainya.
Siapa
dia sebenarnya? Nama lengkapnya Abi Hamid Muhammad Ibnu Muhammad al-Ghazali.
Hidup pada tahun 450-555 H/1058-1111 M. Lahir di desa Ghazaleh, dekat Thus.
Belajar di Thus, Jurjan dan Nisyapur. Dia adalah pemimpin dan guru besar
Universitas Nizhamiyah di Baghdad. Kecintaannya pada ilmu telah
menghantarkannya pada puncak karier intelektual. Kepiawaiannya dalam berpikir
dan berargumen telah menjadikannya sebagai ‘Hujjatul Islam’,
argumentator Islam.
Di
tengah kegairahan intelektualnya, al-Ghazali sempat kehilangan nafsu makan dan
tidak bisa berbicara selama enam bulan. (Amroeni Drajat; 2006). Setelah keluar dari
situasi sulit yang dihadapinya, ia mengalami kegundahan untuk tetap berada di
Baghdad untuk memimpin dan mengajar di Nizhamiyah, atau keluar dan menekuni
tasawuf. Pilihannya jatuh untuk meninggalkan Baghdad dan menekuni tasawuf.
Sebagai
seorang intelektual, al-Ghazali sangat mahir berbicara dan produktif dalam
menghasilkan karya. Karya tulisnya berjumlah lebih dari 28 buah. (Amroeni
Drajat; 2006). Diantara karyanya yang paling populer adalah ‘Ihya’ ‘Ulum
al-Din’, sebuah mahakarya monumental dalam bidang tasawuf.
Salah
satu diantara kitabnya yang menarik,-menurut saya semua karyanya menarik,
adalah kitab ‘Ayyuha al-Walad’. Semua santri pesantren salaf, tentu
tidak asing lagi dengan kitab ini. Kitab tipis, namun kaya akan makna, nasehat
dan pitutur untuk para santri. Seolah kitab ini menjadi cerminan pandangan
al-Ghazali pada para santrinya, bahwa mereka tidak lain adalah anaknya.
Satu
paradigma yang semestinya dimiliki oleh para guru, pengajar, pendidik, dosen,
ustadz, kyai yang mentarbiyah para santrinya. Menganggap mereka sebagai anak
dan bukan anak orang lain yang sedang menimba ilmu padanya. Bila saja semua
pendidik bersikap demikian, tentu mereka akan mendidik para siswanya dengan
arif bijaksana, penuh kasih-sayang, berharap kebaikan pada diri setiap peserta
didiknya, serta tiada hentinya berdo’a untuk kebaikan mereka selama di dunia
dan kelak di akhirat.
Orang
tua, tidak akan membiarkan anaknya terpuruk. Apapun akan dilakukan demi
membesarkan hati dan mengantarkan mereka ke masa depan yang lebih baik dari
sebelumnya. Meski terkadang, terasa sakit dan perih di hati, tetapi ia tetap
tersenyum demi dan untuk anaknya. Saat perasaan khawatir menderanya, ia tetap
berusaha menjadi orang terkuat di tengah keluarganya. Itulah orang tua.
Kitab
ini berisi nasihat-nasihat al-Ghazali pada muridnya agar mereka bisa mengetahui
dan membedakan ilmu yang bermanfaat dari lainnya. Membaca kitab ini, serasa
berdialog dengan pengarangnya yang dalam menyusun kitabnya menggunakan bahasa
komunikatif. Para santri seharusnya mempelajari kitab ini untuk agar mampu
membedakan ilmu yang nantinya bermanfaat di dunia dan akhirat. Terlebih untuk
menjadikan dirinya sebagai hamba yang dekat di sisi Rab-nya.
Menyusuri
baris-baris kitab ini, serasa bergetar hati dengan nasehat-nasehat yang begitu
dalam. Seolah nasehat-nasehat itu menerobos hingga ke relung jiwa terdalam.
Malam ini saya merasakan hal itu. Saya buka lembar demi lembar kitab yang lama
tersimpan di almari. Sungguh dahsyat. Saya yakin sepenuhnya, kitab ini ditulis
dengan getaran jiwa yang kuat. Getaran jiwa seorang yang sedang dimabuk
kerinduan dan dipenuhi cinta pada Rab-nya.
Daurat
al-Ta’lim al-Turatsi akan dimulai
besok pagi. Seremonial acara akan dibuka secara resmi oleh Mudir Ma’had
al-Jami’ah IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridwan, M.Ag. Kegiatan ini
kali pertama dilaksanakan di IAIN Tulungagung, almamater tercinta sekaligus
tempat dimana saya mendarmabaktikan ilmu yang selama ini saya dapatkan. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mengisi waktu
senggah mahasiswa saat liburan semester.
Ada
tiga kitab yang akan dikaji di kegiatan ini, yaitu Sulam al-Taufiq, Ayyuha
al-Walad dan Ushfuriyyah. Saya sendiri berkesempatan untuk mengurai
mutiara yang terdapat dalam kitab Ayyuha al-Walad. Semoga saya bisa
memetik hikmah dan mutiara nasihat dari beliau Hujjatul Islam, Imam Abi Hamid
Muhammad Ibnu Muhammad al-Ghazali. Sementara untuk dua kitab yang lain, Sulam
al-Taufiq akan disampaikan oleh Ustadz Mochammad Nashihin al-Muiz, M.Pd.I
dan kitab Ushfuriyyah akan dikaji oleh Ustadz Rohmat, M.Pd.I.
Semoga
kegiatan ini sukses, lancar dan membawa barakah sebesar-besarnya bagi semua
pihak, menjadi bekal semua santri dikemudian hari dan semuanya mendapat ilmu
yang bermanfaat, barakah di dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar