Muhasabah di Penghujung Tahun 2017



Muhasabah di Penghujung Tahun 2017
(Seri Khutbah Jum’at)


Sebagaimana biasa di awal khutbahnya, khatib mengajak kepada seluruh jama’ah jum’at untuk senantiasa meningkatkan rasa iman dan taqwa kepada Allah Swt. Karena dengan iman dan taqwa maka kebahagiaan hidup baik selama di dunia lebih-lebih di akhirat bisa diraih.

Selanjutnya, khatib mengajak jama’ah jum’at untuk semakin menambah rasa syukur kepada Allah Swt. karena atas nikmat dan karunia-Nya semata, hingga detik ini masih diberi kesempatan menghirup nafas di penghujung tahun 2017. Bulan Desember, yang beberapa jam ke depan akan segera ditinggalkan dan Januari 2018 akan segera menyapa. Satu tanda bahwa perputaran waktu telah mengantarkan pada tahun baru yang sama sekali tidak sama dengan tahun sebelumnya, 2017.


Jika syukur dikedepankan, insya Allah kebahagiaan dan berlipat gandanya kenikmatan akan diperoleh. Sebaliknya jika kufur di dahulukan, semua kenikmatan itu akan digantikan oleh siksa-Nya yang sangat pedih. Allah Swt. berfirman di dalam al-Qur’an Surat Ibrahim (14); 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (7)

Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan kepadamu, sungguh seandainya kalian mau bersyukur (atas nikmat-Ku), pasti akan Aku tambahkan (nikmat itu) kepada kalian, dan sungguh apabila kalian kufur/ingkar (atas nikmat-Ku) sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih”. (Q.S. Ibrahim (14); 7)

Moment pergantian tahun menjadi hal yang dinanti oleh banyak orang. Banyak di antara mereka yang terjebak dengan uforia pergantian tahun. Menggelar pesta, menyalakan kembang api, begadang semalaman dan sebagainya untuk menyongsong pergantian tahun. Sedikit sekali di antara mereka yang mau bertafakkur, muhasabah diri, mengaca pada apa yang telah berlalu dari jatah hidupnya di dunia ini.

Kenyataan menunjukkan mayoritas orang turut terlibat dalam uforia yang berlebihan. Terlebih anak muda yang secara mental psikisnya memang senang memperturutkan keinginan syahwatnya. Maklum mereka masih dalam proses untuk mencari sebuah kemapanan “Jati Diri”. Kondisi yang tentu saja setiap orang yang sampai usia senja pernah mengalaminya.

Sebagai seorang muslim ada baiknya kita berusaha untuk muhasabah pada setiap moment pergantian tahun. Bukankah sejatinya usia kita tidak bertambah melainkan berkurang? Namun, mengapa banyak di antara mereka yang justru senang dan berlebihan dalam menyambut pergantian tahun tersebut?

Jika anda sedang menyewa rumah untuk anda tempati. Tentu saat hari berganti hari, bulan berganti bulan dan datanglah masa habis kontrak anda, anda akan berpikir apa yang besok saya gunakan untuk membayar kontrak rumah tahun berikutnya? Aneh bila jatuh tempo tiba, ternyata pengontrak rumah justruu tenggelam dalam uforia kegembiraan.

Ingat, bukankah kematian itu yang paling dekat dengan kita? Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan saat kematian itu tiba, tidak seorangpun yang mampu untuk menangguhkan dan memajukannya barang sedetikpun. Lantas apa yang akan kita bawa saat menghadap-Nya?

Saat ajal telah menjemput, maka tidak ada lagi harta yang mampu kita banggakan, yang bisa menolong kita. Pun pula, tidak ada keluarga, anak, istri, dan saudara yang mampu menolong, kecuali orang yang kembali menghadap Tuhan-nya dengan membawa hati yang selamat. Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Syu’ara’ (26); 88-89:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

Artinya: “Pada hari di mana harta dan anak tidak lagi bisa memberi manfaat, Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat.” (Q.S. al-Syu’ara’ (26); 88-89)

Harta dan keluarga tidak akan bisa membantu dan memberi manfaat saat kita berada di pengadilan Allah Swt. Pengadilan yang seadil-adilnya yang tidak seorangpun akan terdlalimi.

Pergantian tahun adalah saat yang tepat untuk muhasabah diri. Adakah selama setahun silam ketaatan kita lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan kemaksiatan yang kita kerjakan. Bila lebih banyak kebaikan, hendaknya bersyukur dan senantiasa meminta hidayah-Nya agar ditetapkan bahkan semakin ditambahkan ketaqwaannya. Bila sebaliknya, segera bertaubat dan mohon ampunan-Nya, selama pintu taubat belum tertutup. Bila tidak maka penyesalan yang tiada ujungnya yang akan diterima.

Rasul pernah mengingatkan, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung, barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia adalah orang yang merugi, dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat”. Maka, bagi mereka yang terlaknat, kematian lebih baik baginya daripada kehidupan.

Semoga di moment pergantian tahun, Allah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sehingga tidak terjerumus dalam uforia. Boleh saja kita menyambut pergantian tahun dengan suka cita, tetapi jangan berlebihan dan tetaplah pada koridor yang diperbolehkan. Sembari terus muhasabah diri dan bermohon semoga tahun yang akan datang lebih baik daripada tahun yang telah berlalu. Semoga.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…

Komentar