Pembukaan Daurat al-Ta’lim al-Turatsiy



Pembukaan Daurat al-Ta’lim al-Turatsiy

Pagi ini, Senin 18 Desember 2017, UPT Pusat Ma’had al-Jami’ah menggelar acara pembukaan Daurat al-Ta’lim al-Turatsiy, program kajian kitab turats yang rencananya dilaksanakan di sela-sela liburan semester. Acara ini dimaksudkan untuk membekali santri ma’had agar memiliki kompetensi dalam bidang kitab turats.

Program ini dijadwalkan berlangsung setiap hari Senin-Jum’at terhitung mulai hari ini, 18 Desember 2017 – Jum’at, 12 Januari 2018. Program ini masih perdana dilaksanakan di Ma’had. Sebagai program perdana tentu masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi untuk kesempurnaan program tersebut di masa yang akan datang.


Al-hamdulillah ternyata program ini bisa dilaksanakan dan mendapat respon positif dari para santri. Tidak hanya santri ma’had mukim saja yang mengikuti kegiatan ini, bahkan beberapa santri laju juga nampak ikut serta hadir untuk mensukseskan acara ini.

Acara dibuka secara resmi oleh Mudir Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. Dalam sambutannya beliau menyampaikan terimakasih atas kerjasama apik yang dijalin oleh segenap murabbi dan musrifah dalam mensukseskan acara ini.

Pada kesempatan ini beliau menerangkan asal-muasal kata santri. Setidaknya menurut beliau kata santri berasal dari tiga bahasa. Pertama dari bahasa Jawa dari kata cantrik yang artinya adalah pelayan. Merujuk akar kata ini, maka seorang santri harus memiliki ketaatan pada kyainya, mudirnya, murabbi dan musyrifahnya. Bila ketaatan itu telah hilang, secara otomatis sebutan santri akan hilang dari dirinya.

Kedua, kata santri berasal dari bahasa India shastri yang artinya adalah seorang yang pandai dalam membaca kitab suci. Karenanya seorang santri harus memiliki kompetensi dalam membaca kitab suci. Tidak hanya sekedar membaca, tetapi juga mampu menterjemah, memahaminya dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, berasal dari bahasa Inggris sun three, yang artinya tiga matahari. Dari kata ini maka seorang santri harus mengumpulkan tiga komponen pondasi ajaran Islam yang mencakup tiga ranah, iman, islam dan ihsan. Karena itulah mengapa para wali dulu saat mendirikan masjid, bangunan atasnya berbentuk cungkup berlapis tiga. Hal ini mengandung makna filosofis ajaran islam berupa aspek iman, islam dan ihsan. Semakin ke atas semakin kecil. Artinya seorang istimewa yang menjadi kekasih Allah SWT jumlahnya sangat minim tidak sebagaimana masyarakat awam.

Selanjutnya beliau juga menyampaikan visi misi ma’had al-jami’ah. Beliau menegasan setidaknya setamat dari ma’had al-jami’ah mahasantri harus memiliki empat kompetensi, yaitu kebahasaan, keal-qur’anan, keturatsan  dan enterphreuneran.

Kebahasaan, dalam bidang ini santri ma’had dibekali dengan pembelajran bahasa asing baik bahasa arab maupun inggris. Setiap hari santri ma’had digembleng dengan penambahan vocab arab dan inggris, serta dibiasakan percakapan dengan kedua bahasa tersebut. Namun sayangnya, untuk pembelajaran bahasa jawanya masih belum terlaksana. Sesungguhnya hal ini penting mengingat mayoritas santri berasal dari Jawa.

Selanjutnya keal-qur’anan, dalam bidang ini, mahasantri diharuskan untuk bisa membaca al-Qur’an dengan benar dan lancar sesuai dengan standart yang ditetapkan. Mereka juga diharuskan minimal hafal semua surat yang ada di juz 30. Tidak hanya itu selain hal tersebut santri diharapkan juga mampu menterjemah, memahami al-Qur’an dengan baik selanjutnya mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bidang keturatsan mengharapkan santri memiliki kemampuan dalam membaca kitab-kitab turats. Kitab-kitab yang menjadi rujukan utama umat Islam untuk mendapatkan pemahaman yang benar mengenai Islam yang sesungguhnya berdasarkan keterangan dari para ulama salaf al-shalih. Karena itu santri dikenalkan dengan kajian kitab turats ala pesantren dengan makna gandul.

Selain memiliki kompetensi sebagaimana di atas, santri diharapkan juga memiliki kompetensi dalam bidang enterpherenur yang memupuk diri untuk bisa menjadi seorang yang mandiri. Hal ini penting agar sepulang mereka dari ma’had mereka mampu memiliki sifat kemandirian dan mampu membaca peluang, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan.

Dengan bismillahirrahmanirrahim acara “Daurat al-Ta’lim al-Turatsi” secara resmi dibuka. Setelah itu dilanjutkan dengan penyerahan kitab kepada para pengajar dan ditutup dengan do’a.

Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar