Ujian
Prasyarat Menuju Setahap Lebih Tinggi
Saat
menempuh pendidikan, entah dijenjang mana, tentu setiap orang akan menempuh
ujian untuk sampai pada setingkat diatasnya. Ujian diadakan untuk mengetahui
seberapa tingkat keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran selama beberapa
waktu kebelakang. Bila hasilnya baik, berarti proses yang dilaksanakan benar
dan mesti lebih ditingkatkan kembali. Sebaliknya, bila ternyata hasil ujian
tidak sesuai dengan apa yang ditargetkan, tentu ada kesalahan dalam proses atau
setidaknya ada hal-hal yang mesti dibenahi.
Begitu
juga halnya dengan kehidupan. Tidak selamanya hidup berjalan mulus sesuai
dengan apa yang diinginkan. Adakalanya seseorang berada dalam puncak
kejayaannya. Pun pula sebaliknya, ada saatnya pula seseorang dalam lembah
keterpurukan yang mengharuskannya berjibaku bertahan untuk menjalani hidupnya,
untuk kemudian bangkit dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kejayaan
dan keterpurukan seolah merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Satu
sisi melambangkan kebaikan dan sisi lain melambangkan keburukan. Akan tetapi
sejatinya, bila kita berpikir lebih mendalam, dua hal ini memiliki kesamaan.
Sama-sama ujian yang diberikan Tuhan kepada umat manusia.
Setiap
orang pasti akan diuji oleh Allah. Adakalanya seseorang diuji dengan sesuatu
yang tidak diridlai nafsunya, dan adakalanya pula diuji dengan hal yang
disenangi oleh nafsunya. Ujian yang tidak diridlai nafsu adalah keterpurukan
hidup, sementara ujian yang disenangi oleh nafsu adalah kejayaan.
Ujian
yang disenangi oleh nafsu dimaksudkan untuk menempa diri manusia agar menjadi
seorang yang kuat, tidak mudah patah semangat dalam menjalani kehidupan.
Memang, untuk menjadikan seseorang sebagai seorang yang kuat diperlukan ujian
berat yang menguras tenaga dan pikiran untuk bertahan dalam hidupnya.
Adapun
ujian yang diridlai nafsu sejatinya setahap lebih berada di atas ujian yang
tidak disenanginya. Kenapa demikian? Ya, mayoritas orang sanggup bertahan bila
diuji dengan hal yang tidak disukai nafsu. Sebaliknya, kebanyakan orang tidak
mampu bertahan saat diuji dengan hal yang disukai dan disenangi nafsu. Ujian
yang disenangi nafsu dimaksudkan agar manusia tidak lalai dalam kehidupannya.
Kesenangan dan kebahagiaan harta duniawi tidak semata merupakan tanda kedekatan
mereka kepada Rab-nya. Boleh jadi sebaliknya, keberlimpahan itu merupakan
bentuk istidraj yang diberikan Rab agar mereka semakin terpedaya oleh keadaan
yang sedang dialaminya. Akibatnya, mereka semakin jauh dari Allah dan bukannya
semakin dekat dengan-Nya.
Disinilah,
waspada dan terus berbenah diri adalah hal yang mutlak diperlukan. Jangan
merasa hebat, saat berada dalam puncak kejayaan hingga melupakan tugas utama
sebagai makhluk-Nya. Sebaliknya, jangan berlarut-larut dalam duka nestapa dan
rasa putus asa saat berada dalam keterpurukan, karena sejatinya, semua hal yang
terjadi dalam hidup kita adalah wujud scenario besar yang telah ditetapkan-Nya.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam....
Komentar
Posting Komentar