Semarak Tahun Baru



Semarak Tahun Baru


Beda kepala beda pemikiran, lain ladang, lain pula tanamannya. Begitulah kata pepatah. Memang, perbedaan adalah satu anugerah yang diberikan-Nya. ada hikmah dibalik semua perbedaan. Dan yang terpenting, jangan sampai perbedaan itu menjadi sebab munculnya benih-benih permusuhan antar satu dengan yang lain karena pemahaman yang berbeda. Karena, perbedaan itu wajar dank arena perbedaan itu kehidupan semakin dinamis, berjalan sesuai dengan sunnah yang dikehendaki-Nya.


Salah satu bentuk keragaman yang harus disikapi secara bijak adalah saat pergantian tahun atau lebih tenarnya, “Malem tahun baru”. Ya, ada beragam cara orang mensikapi pergantian tahun di setiap 365 hari. Tentu hal ini menjadi khazanah tersendiri bagi kita, terutama masyarakat yang tinggal di bumi yang gemah ripah loh jinawi, Indonesia Raya.

Sebagian orang menyambut kedatangan pergantian tahun dengan suka cita dan kegembiraan. Mereka melaksanakan serentetan acara yang bisa memberikan kesan mendalam bagi dirinya dan keluarga tercintanya. Ada yang pergi ke mall untuk shoping dan sekedar menghabiskan uang receh. Sebagian lain memilih untuk menonton hiburan yang kerap diadakan oleh panitia hari-hari besar baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Ada lagi yang memilih berdiam diri di rumah berkumpul bersama keluarga, tetangga dan kerabat sembari makan bersama. Ada juga yang menyambutnya dengan tafakkur dan evaluasi diri, istighatsah dan sebagainya. Apapun aktifitas yang dilakukan semua memiliki muara yang sama yakni menyambut pergantian tahun. Entah yang bermotif religi ataupun yang lain. Terlepas juga dari mereka yang tidak setuju dengan perayaan tahun baru. Yang penting, saling menghargai dan menghormati.

Saat membuka akun media sosial yang saya miliki, saya menemukan beragam cara orang mensikapi pergantian tahun ini. Saya beranggapan wajar dan sah-sah saja asal tidak mengganggu dan merugikan yang lain tentunya. Di desa saya, juga ada berbagai kegiatan yang diadakan oleh warga. Sebagian ada yang memutar musik dan bakar-bakaran bersama keluarga, dan tetangga. Ada juga yang,-kabarnya, menyembelih kambing untuk membikin sate. Di sisi desa saya yang lain, mengadakan orkes untuk menyambut pergantian tahun ini. Remaja masjid di desa saya mengadakan do’a bersama dan membaca dliba’iyyah untuk menyambut datangnya tahun baru ini. Terdengar pula dari rumah suara bunyi kembang api yang semakin menambah semarak pergantian tahun 2017 ke 2018 ini.

Dibalik semua acara yang diadakan oleh warga tersimpan satu hikmah besar, -menurut saya, bila mau mengambilnya. Yaitu, kerukunan, kebersamaan dan empati. Saat berkumpul mengadakan agenda tersebut, setidaknya ada budaya kuat yang mengakar dalam diri warga, yakni kerukunan. Kerukunan menjadi hal penting untuk memajukan bangsa ini. Tanpa kerukunan, mustahil sebuah negara bisa meraih cita-citanya.

Kebersamaan adalah ciri khas dari bangsa ini. Belum tentu negara lain memiliki sifat yang baik ini. Karena kebersamaan kuat, maka semua beban berat bisa teratasi dengan baik.

Rasa empati juga penting artinya. Rasa senasib sepenanggungan bisa menyebabkan seseorang menjalin kerjasama yang baik antar satu dengan yang lain. Hal ini juga akan menjadi kunci kesuksesan masyarakat dalam membangun komunitas yang didiaminya.

Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar