Rabu, 12 Februari 2020

Benih Kemunafikan


Benih Kemunafikan


Salah satu di antara sifat buruk yang semestinya semua umat muslim meninggalkannya adalah sifat munafik. Sebagian orang menyebut orang-orang munafik sebagai orang yang bermuka dua. Artinya orang yang antara hati, lisan dan perangainya seringkali berbeda. Lisannya bisa saja mengatakan A, namun tidak dengan hatinya.

Menurut salah satu riwayat, seorang yang di dalam dirinya terdapat tiga criteria, bisa disebut sebagai orang munafik. Tiga criteria itu adalah bila berbicara berdusta, bila berjanji mengingkari dan bila diberi amanat ia berkhianat.

Orang munafik tidak bisa dipegang kata-katanya. Ia seringkali berdusta saat berbicara. Perkataannya seringkali bertentangan denngan apa yang diperbuatnya. Di depan bermuka manis, di belakang sering merendahkan. Bila mereka berbuat baik, selalu saja ada keinginan di balik kebaikannya.

Janjinya berbuah pengingkaran. Hanya janji-janji manis yang selalu ditebarkannya. Sekedar untuk meraup keuntungan, selanjutnya membuangnya bila tidak lagi menguntungkan.

Amanat yang diberikan tidak ditunaikan. Selalu saja berkhianat, dengan mengajukan beragam alasan. Alasan yang bisa menunjukkan eksistensinya, keloyalannya, meski sesungguhnya hanya tutup semata. Namun, tahukan anda apa sesungguhnya benih dari sifat munafik ini?

Ternyata, menurut hadits Nabi Saw. yang dinukil oleh Abi Hamid Muhammad al-Gazali dalam bukunya al-Kasyfu wa al-Tabyin Fi Ghururi al-Khalqi, benih sifat munafik adalah cinta harta dan kemuliaan. Kedua hal ini dianggap sebagai benih dari sifat munafik.

Cinta harta seringkali menyebabkan pemiliknya tidak lagi mengindahkan segala aturan yang ada. Tidak jarang ia menjadi pengemis orang miskin, meskipun hartanya lebih banyak. Ia selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Ujung-ujungnya, ia rela berbuat segala hal asal harta di dapatkannya.

Orang yang cinta harta, seringkali tidak mengindahkan siapa kawan siapa lawan. Sanak sauadara pun terkadang dikorbankan sekedar untuk mengejar ambisi, menumpuk harta hingga menjadi jutawan. Orang-orang semacam ini, seringkali menjadi penjilat di depan para pejabat, dan menjadi pelaknat bagi teman dan sahabat yang dianggap tidak memberi keuntungan materi.

Sama halnya dengan pecinta harta, pecinta kemuliaan, dan jabatan pun kerap berlaku sama. Mereka akan berusaha menggapai semua kemuliaan dengan berbagai cara, sekedar bisa duduk di atas yang lainnnya. Semoga Allah Swt. menyelamatkan kita dari cinta harta dan kemuliaan, menggantinya dengan cinta pada Allah dan Rasul-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar