Benih Kemunafikan
Salah
satu di antara sifat buruk yang semestinya semua umat muslim meninggalkannya
adalah sifat munafik. Sebagian orang menyebut orang-orang munafik sebagai orang
yang bermuka dua. Artinya orang yang antara hati, lisan dan perangainya
seringkali berbeda. Lisannya bisa saja mengatakan A, namun tidak dengan
hatinya.
Menurut
salah satu riwayat, seorang yang di dalam dirinya terdapat tiga criteria, bisa
disebut sebagai orang munafik. Tiga criteria itu adalah bila berbicara
berdusta, bila berjanji mengingkari dan bila diberi amanat ia berkhianat.
Orang
munafik tidak bisa dipegang kata-katanya. Ia seringkali berdusta saat
berbicara. Perkataannya seringkali bertentangan denngan apa yang diperbuatnya. Di
depan bermuka manis, di belakang sering merendahkan. Bila mereka berbuat baik,
selalu saja ada keinginan di balik kebaikannya.
Janjinya
berbuah pengingkaran. Hanya janji-janji manis yang selalu ditebarkannya. Sekedar
untuk meraup keuntungan, selanjutnya membuangnya bila tidak lagi menguntungkan.
Amanat
yang diberikan tidak ditunaikan. Selalu saja berkhianat, dengan mengajukan
beragam alasan. Alasan yang bisa menunjukkan eksistensinya, keloyalannya, meski
sesungguhnya hanya tutup semata. Namun, tahukan anda apa sesungguhnya benih
dari sifat munafik ini?
Ternyata,
menurut hadits Nabi Saw. yang dinukil oleh Abi Hamid Muhammad al-Gazali dalam
bukunya al-Kasyfu wa al-Tabyin Fi Ghururi al-Khalqi, benih sifat munafik adalah
cinta harta dan kemuliaan. Kedua hal ini dianggap sebagai benih dari sifat
munafik.
Cinta
harta seringkali menyebabkan pemiliknya tidak lagi mengindahkan segala aturan
yang ada. Tidak jarang ia menjadi pengemis orang miskin, meskipun hartanya
lebih banyak. Ia selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Ujung-ujungnya, ia
rela berbuat segala hal asal harta di dapatkannya.
Orang
yang cinta harta, seringkali tidak mengindahkan siapa kawan siapa lawan. Sanak
sauadara pun terkadang dikorbankan sekedar untuk mengejar ambisi, menumpuk
harta hingga menjadi jutawan. Orang-orang semacam ini, seringkali menjadi
penjilat di depan para pejabat, dan menjadi pelaknat bagi teman dan sahabat
yang dianggap tidak memberi keuntungan materi.
Sama
halnya dengan pecinta harta, pecinta kemuliaan, dan jabatan pun kerap berlaku
sama. Mereka akan berusaha menggapai semua kemuliaan dengan berbagai cara,
sekedar bisa duduk di atas yang lainnnya. Semoga Allah Swt. menyelamatkan kita
dari cinta harta dan kemuliaan, menggantinya dengan cinta pada Allah dan
Rasul-Nya.
Komentar
Posting Komentar