Berkunjung Ke Situs Candi Surowono


Berkunjung Ke Situs Candi Surowono

Sabtu, 1 Februari 2020, tanpa direncanakan sebelumnya saya beserta keluarga berkunjung ke rumah mertua di Desa Damarwulan Kepung Pare Kediri. Cuaca saat itu cukup cerah, sehingga perjalanan kami tidak terhambat oleh hujan yang mulai sering turun di beberapa hari terakhir.

Perjalanan menuju ke rumah mertua memakan waktu kurang lebih dua jam. Dengan mengendarai sepeda motor bersama istri dan tiga orang anak saya, kami berangkat sekitar pukul 13.30 dari rumah dan sampai di sana pada sekitar pukul 15.30 WIB.


Setelah istirahat di malam harinya, pagi hari kami menyempatkan diri mengunjungi situs Candi Surowono. Kebetulan jarak rumah mertua dengan situs ini tidak begitu jauh sehingga perjalanan ke sana tidak memakan waktu yang lama. Candi ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit, dan bercorak Hindu.

Candi Surowono terletak di Dusun Surowono, Desa Canggu, Pare, Kabupaten Kediri. Letaknya berada di tengah-tengah pemukiman warga, karena itu situs ini nampaknya akrab dengan situasi masyarakat.
Kaki Candi Surowono

Situs Candi Surowono ini menghadap ke arah Barat. Bangunannya tersusun dari batu-batu andesit, yang kini hanya menyisakan bagian kakinya saja, karena bagian atasnya telah mengalami kerusakan. Batu-batu bekas penyusun tubuh candi ditata secara rapi dan apik di sekelililing candi sehingga membentuk taman dengan tata letaknya yang rapi dan teratur.

Menurut sejarahnya, orang yang pertama kali menginventarisasi candi ini adalah N.W. Hoepermans yang kemudian dilanjutkan oleh D.M. Verbeek, J Knebel (1908), dan P.J. Perquin (1915). Bangunan yang bisa kita nikmati dari situs Candi Surowono saat ini merupakan hasil pemugaran pada tahun 1908 sampai 1915. Meski yang kita nikmati hanya reruntuhannya saja, namun kemegahan candi ini masih bisa kita nikmati dari reliefnya. Beberapa lakon cerita terpahatkan di dinding kaki candi Surowono ini. Di antaranya adalah cerita Tantri, Bubuksah Gagang Aking, Sri Tanjung dan Arjunawiwaha.

Saya tidak secara runut akan menuliskan cerita tentang candi ini. Yang jelas, dalam artikel ini, saya hanya akan mengabadikan pengalaman melaluinya. Tentu, jauh dari nilai pendidikan sejarah, arkeolog dan sederetan ilmu tentangnya.

Bagi saya, situs Candi ini layak untuk menjadi tujuan bagi teman-teman yang ingin belajar tentang budaya nusantara, mengkajinya dari berbagai perspektif, mensyukuri ciptaan Allah Swt. yang terhampar di dunia, hingga sekedar mengistirahatkan hati dan pikiran dari berbagai beban pekerjaan yang kerap membikin ‘stres’.

Karena letaknya yang berada di tengah permukiman warga, berada di tempat yang datar, serta jauh dari tempat berbahaya bagi anak-anak, tentu sangat rekomended bagi keluarga untuk mengajak anak-anak. Di sebelah selatan candi terdapat hamparan taman dengan bekas batu reruntuhan candi yang ditata rapi berjajar. Di sini anak-anak bisa berjalan-jalan dengan aman sambil menikmati pemandangan. Udaranya yang sejuk, membuat suasana semakin menyenangkan.

Di sisi pojok sebelah timur terdapat angkringan yang disipakan oleh pengelola situs cagar budaya ini sebagai tempat menikmati pemandangan sekaligus merehatkan badan. Sambil menyeduh kopi, bagi anda para penikmat kopi, tentu akan semakin asyik dan menarik sambil mencari inspirasi.


Komentar