Sabtu, 29 Februari 2020

Jadikan Amalmu Hidup


Jadikan Amalmu Hidup

Setiap orang mendambakan kehidupannya berakhir dengan baik, husnul khatimah. Akhir kehidupan yang baik, tiada balasan baginya melainkan kehidupan kekal abadi penuh dengan kenikmatan sebagaimana yang dijanjikan oleh-Nya, Sang Pemilik Kehidupan.

Namun, dalam proses perjalanan hidup ini, seringkai anak Adam kurang memperhatikan asbab, yang dengannya ia bisa meraih husnul khatimah. Ia mendambakan surga, namun jalan menuju kepadanya tidak dilaluinya. Ia ingin dijauhkan dari api neraka yang menyala, namun setiap detik pekerjaan yang menggiringnya ke sana, dilakoninya.


Selain itu, ada beberapa orang yang berusaha mati-matian menjalani amal perbuatan yang secara lahir nampak menunjukkan jalan ke arah surga, namun karena salah niatnya, semua itu berujung pada gambar-gambar yang berdiri tegak, tanpa ruh di dalamnya.

Syaikh Ibnu Athaillah al-Sakandari mengingatkan, “Amal perbuatan itu, bagaikan gambar-gambar yang berdiri tegak, sedangkan ruhnya, (yang menjadikannya hidup dan bernilai), adalah adanya rahasia keikhlasan di dalmnya.”

Pesan ini terasa sangat mendalam bagi siapa saja yang mau berpikir dan mentelaahnya dengan baik. Banyak orang yang tertipu dengan bentuk-bentuk ‘formal’ luaran yang  bertebaran. Merasa senang dan bangga karena ia telah menjalankan ibadah yang diperintahkan-Nya dengan baik-menurutnya,  tanpa sedikitpun menaruh curiga bahwa ibadah-ibadah tersebut belum sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.

Banyak orang yang merasa telah menjadi seorang yang shalih hanya karena ia telah banyak bergaul dengan para ustadz dan kyai serta menshare, menguploud foto selfi bersama beliau-beliau yang mulia dengan menunjukkan sikap tawadlu’ kepada beliau-beliau yang mulia. Mencium ‘asta’-nya seolah penuh dengan penghayatan, namun sering mengabaikan hal penting yang ada dalam lubuk hatinya yang paling mendalam.

Ada juga yang merasa telah pantas menjadi penghuni surga sehingga merasa berhaq memberikan lebel ‘sesat’, ‘iblis’, ‘ahli bid’ah’ dan ‘ahli neraka’ kepada sesamanya yang tidak sejalan dengan dirinya. Janganlah seperti itu! Jangan terpedaya dengan amal lahiriyahmu sementara ruh yang menjadikannya hidup, keikhlasan yang ada di dalamnya kita abaikan.

Percuma shalat kita jalankan, shadaqah kita berikan, uluran tangan kita sampaikan kepada saudara, teman dan handai tolan, jika ujung-ujungnya niatmu semata karena keinginanmu untuk menunjukkan ‘eksistensi’mu sebagai makhluk yang paling baik dari yang lain. Atau niatmu sebatas mendapat pujian, harta benda dunia, jabatan dan kehormatan.

Ingatlah, amal perbuatanmu yang seperti itu bukannya membuatmu dekat dengan Dia, namun semakin jauh dari-Nya. Amalmu hanya akan menjadi gambar-gambar semata, tanpa nyawa, tanpa ruh yang menjadikannya bernilai dan bermartabat. Bukankah engkau bernilai saat ruhmu masih melekat?

Percuma menumpuk amal, jika niatnya sekedar pujian, harta, dan jabatan. Jadikan amalmu hidup dengan tetap menjaga sikap ‘ikhlas’ di dalamnya. Biarkan orang mencela, anggap saja ia sebatas angin yang berlalu. Toh semua akan jelas pada akhirnya. Ingatlah munajat Rabi’ah pada Tuhan-nya:

“Tuhan, jika aku menyembah-Mu demi Surga-Mu, Halangilah aku masuk ke sana. Jika aku menyembah-Mu agar aku terhindar dari neraka, Cemplungkanlah diriku di Sana. Jika aku menyembahMu karena demi mencintaiMu, Janganlah halangi aku dari diriMu.”

2 komentar:

  1. Asiap pak, artikel keren gini harusnya vanyak yg baca hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya. Yang lebih penting lagi, semoga yang membaca memperoleh manfaat darinya. Aamiin...

      Hapus