Jadikan Amalmu Hidup
Setiap orang mendambakan kehidupannya berakhir
dengan baik, husnul khatimah. Akhir kehidupan yang baik, tiada balasan baginya
melainkan kehidupan kekal abadi penuh dengan kenikmatan sebagaimana yang
dijanjikan oleh-Nya, Sang Pemilik Kehidupan.
Namun, dalam proses perjalanan hidup ini,
seringkai anak Adam kurang memperhatikan asbab, yang dengannya ia bisa meraih
husnul khatimah. Ia mendambakan surga, namun jalan menuju kepadanya tidak
dilaluinya. Ia ingin dijauhkan dari api neraka yang menyala, namun setiap detik
pekerjaan yang menggiringnya ke sana, dilakoninya.
Selain itu, ada beberapa orang yang berusaha
mati-matian menjalani amal perbuatan yang secara lahir nampak menunjukkan jalan
ke arah surga, namun karena salah niatnya, semua itu berujung pada gambar-gambar
yang berdiri tegak, tanpa ruh di dalamnya.
Syaikh Ibnu Athaillah al-Sakandari
mengingatkan, “Amal perbuatan itu, bagaikan gambar-gambar yang berdiri tegak,
sedangkan ruhnya, (yang menjadikannya hidup dan bernilai), adalah adanya
rahasia keikhlasan di dalmnya.”
Pesan ini terasa sangat mendalam bagi siapa
saja yang mau berpikir dan mentelaahnya dengan baik. Banyak orang yang tertipu
dengan bentuk-bentuk ‘formal’ luaran yang
bertebaran. Merasa senang dan bangga karena ia telah menjalankan ibadah
yang diperintahkan-Nya dengan baik-menurutnya, tanpa sedikitpun menaruh curiga bahwa
ibadah-ibadah tersebut belum sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Banyak orang yang merasa telah menjadi seorang
yang shalih hanya karena ia telah banyak bergaul dengan para ustadz dan kyai
serta menshare, menguploud foto selfi bersama beliau-beliau yang mulia dengan
menunjukkan sikap tawadlu’ kepada beliau-beliau yang mulia. Mencium ‘asta’-nya
seolah penuh dengan penghayatan, namun sering mengabaikan hal penting yang ada
dalam lubuk hatinya yang paling mendalam.
Ada juga yang merasa telah pantas menjadi
penghuni surga sehingga merasa berhaq memberikan lebel ‘sesat’, ‘iblis’, ‘ahli
bid’ah’ dan ‘ahli neraka’ kepada sesamanya yang tidak sejalan dengan dirinya. Janganlah
seperti itu! Jangan terpedaya dengan amal lahiriyahmu sementara ruh yang
menjadikannya hidup, keikhlasan yang ada di dalamnya kita abaikan.
Percuma shalat kita jalankan, shadaqah kita
berikan, uluran tangan kita sampaikan kepada saudara, teman dan handai tolan,
jika ujung-ujungnya niatmu semata karena keinginanmu untuk menunjukkan ‘eksistensi’mu
sebagai makhluk yang paling baik dari yang lain. Atau niatmu sebatas mendapat
pujian, harta benda dunia, jabatan dan kehormatan.
Ingatlah, amal perbuatanmu yang seperti itu
bukannya membuatmu dekat dengan Dia, namun semakin jauh dari-Nya. Amalmu hanya
akan menjadi gambar-gambar semata, tanpa nyawa, tanpa ruh yang menjadikannya
bernilai dan bermartabat. Bukankah engkau bernilai saat ruhmu masih melekat?
Percuma menumpuk amal, jika niatnya sekedar
pujian, harta, dan jabatan. Jadikan amalmu hidup dengan tetap menjaga sikap ‘ikhlas’
di dalamnya. Biarkan orang mencela, anggap saja ia sebatas angin yang berlalu. Toh
semua akan jelas pada akhirnya. Ingatlah munajat Rabi’ah pada Tuhan-nya:
“Tuhan, jika aku menyembah-Mu demi Surga-Mu,
Halangilah aku masuk ke sana. Jika aku menyembah-Mu agar aku terhindar dari neraka,
Cemplungkanlah diriku di Sana. Jika aku menyembahMu karena demi mencintaiMu,
Janganlah halangi aku dari diriMu.”
Asiap pak, artikel keren gini harusnya vanyak yg baca hahaha
BalasHapusTerima kasih apresiasinya. Yang lebih penting lagi, semoga yang membaca memperoleh manfaat darinya. Aamiin...
Hapus