Selasa, 03 Oktober 2017

Berperang Melawan Nafsu

Berperang Melawan Nafsu

Salah satu diantara makhluk ciptaan Allah yang patut untuk diwaspadai adalah nafsu. Nafsu adalah bisikan yang ada dalam diri manusia untuk mengerjakan hal – hal yang seringkali tidak dibenarkan tatanan syariat oleh karena keinginan belaka. Setiap manusia memiliki nafsu yang harus dikendalikannya agar mengarah pada hal yang positif.

Nafsu tidak bisa dihilangkan dari dalam diri manusia. Ia ditakdirkan tetap melekat pada diri manusia sampai kembali menghadap tuhannya. Pada dasarnya nafsu memiliki potensi untuk berbuat kebaikan dan keburukan. Mengenai hal ini al-Qur’an menegaskan dalam Surat al-Syamsi (91); 7:

Selasa, 26 September 2017

Pemberi Peringatan



Pemberi Peringatan

Manusia diciptakan di dunia sebagai khalifah yang padanya segala tanggung jawab dibebankan. Kebaikan dan kehancuran dunia beserta isinya sesungguhnya berada di tangan manusia. Saat manusia konsisten dengan tugasnya sebagai khlaifah yang menjaga dan merawat dunia beserta apa yang ada didalamnya, maka kehancuran dunia jauh dari kenyataan. Sebaliknya bila manusia telah lalai akan tugasnya, Allah akan datangkan kepada mereka pemberi peringatan yang mengingatkan mereka untuk kembali kepada jalan yang diridlai-Nya. Jalan yang disebut al-Qur’an sebagai shirath al-mustaqim, jalan lurus.

Dalam setiap kurun waktu, Allah selalu mengutus orang – orang yang dicintai-Nya sebagai pemberi peringatan kepada umat manusia yang telah lalai dalam menjalankan tugasnya. Para pemberi peringatan itu datang kepada kaum yang telah melampaui batas. Mengingatkan kepada mereka agar tidak lagi melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang diridlai penciptanya.

Sabtu, 23 September 2017

Seminar Pendidikan by Simona Alexandra Hicert



Seminar Pendidikan Bersama Simona Alexandra Hicert
Native Speak asal Jerman di LPI Qurrota A’yun Ngunut Tulungagung
 
Numpang Lewat
Pagi ini, Sabtu 23September 2017, halaman LPI Qurrota A’yun tampak dipadati oleh kendaraan yang berjajar rapi. Kendaraan ini tidak lain adalah kendaraan para wali murid yang memenuhi undangan pihak lembaga untuk mengikuti seminar pendidikan bersama native speak asal Jerman, Simona Alexandra Hicert, yang semenjak beberapa minggu lalu hadir sebagai guru tamu di lembaga tersebut. Antusiasme wali murit nampak dari kekompakan mereka menghadiri acara yang digelar lembaga pendidikan Islam yang terkenal beberapa saat lalu mampu berbicara dalam kancah nasional dalam lomba stori telling dan pidato berbahasa Inggris.

Dalam sambutannya direktur LPI Qurrota A’yun, Drs. Imam Muslimin menyampaikan banyak terima kasih atas dukungan dan partisipasi para wali murit terhadap keberlangsungan dan perkembangan lembaga. Pihak lembaga akan terus berusaha dalam memajukan dalam pemberian layanan pada siswa. Tentu inovasi – inovasi positif diperlukan guna semakin meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk diantaranya dengan mendatangkan native. Beliau menyampaikan bahwa semenjak beberapa tahun yang lalu lembaga ini berusaha untuk menggenjot kemampuan siswa khususnya dalam bidang bahasa Inggris. Hal ini tidak lepas karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang penting diketahui oleh siswa guna membuka cakrawala pengetahuan di masa yang akan datang. Motivasi ini sesungguhnya justru didorong oleh ketidakmampuan beliau dalam bahasa Inggris. Beliau mengatakan, “Kalau ditanya, siapa guru Qurrata A’yun yang tidak bisa bahasa Inggris? Jawabannya adalah kepala sekolahnya”, tandas beliau. Beliau menambahkan bahwa anak – anak ini diciptakan untuk generasi yang tidak sama dengan generasi kita, karenanya mereka perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai, termasuk didalamnya kemampuan berbahasa Inggris agar mereka mampu mengikuti perkembangan zaman.

Jumat, 22 September 2017

Baritan



Baritan
 
Warga Tampak Khusyu' Mengikuti Do'a Bersama
Bulan Muharam menjadi penanda dimulainya babak baru dalam perhitungan kalender hijriyyah. Jumlah bulan dalam perhitungan kelender hijriyyah sama dengan kalender masehi, dua belas bulan. Diantara dua belas bulan tersebut terdapat empat bulan yang mulia diantara bulan lainnya, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Empat bulan ini dianggap sebagai bulan mulia dalam penanggalan kalender hijriyyah.

Bulan Muharam lebih dikenal dengan bulan Suro oleh masyarakat Jawa. Nama Suro berasal dari kata Asyura’, yang artinya hari ke sepuluh. Nenek moyang tanah Jawa mengambil kata suro dari kata tersebut karena tanggal sepuluh bulan muharam termasuk hari yang dimuliakan oleh umat Islam. Bukan hanya umat Islam, tetapi umat Nasrani dan Yahudi pun juga memuliakan hari tersebut. Karenanya disunnahkan puasa pada tanggal sepuluh. Tetapi selain tanggal sepuluh umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa ditanggal sembilannya yang dikenal dengan hari tasu’a. Kesunnahan puasa ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW:

Kamis, 21 September 2017

Buwoh



Buwoh

Anda yang tinggal di Jawa tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah satu ini. Istilah buwoh sudah menjadi populer di masyarakat semenjak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun silam. Entah siapa yang mengenalkan istilah ini untuk pertama kali hingga menjadi istilah yang familier, populer dari masyarakat kelas atas hingga kalangan bawah.

Buwoh sering dikaitkan dengan pesta yang digelar oleh masyarakat pada moment tertentu semisal pernikahan, lahiran, khitanan, aqiqah dan semisalnya. Namun, ada juga yang bukan berbentuk pesta melainkan selamatan atau ruwatan, semisal mendirikan rumah, sewonan dan sebagainya. Kebiasaan ini telah mengakar kuat hingga menjadi darah daging yang melekat dalam sanubari masyarakat. 

Rabu, 20 September 2017

Muhasabah



Muhasabah

Waktu bergulir begitu cepatnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tanpa terasa kita sudah meninggalkan tahun 1438 H dan menapaki hari pertama di tahun 1439 H. 1438 H menjadi tahun lalu sementara 1439 H menjadi kenyataan kita dimulai saat tenggelamnya matahari sore ini.

Beragam cara orang memperingati pergantian tahun.  Bila pada pergantian tahun masehi, kita lebih banyak disuguhkan dengan perayaan yang serba glamor, mulai dari tiupan terompet, pesta kembang api sampai pesta konser musik di tiap pelosok negeri yang secara langsung disiarkan secara live oleh semua stasiun Televisi, lantas bagaimana dengan pergantian tahun hijriyyah ini? Adakah kita akan merayakan dengan cara yang sama, menggelar berbagai pesta rakyat dan hiburan, atau kita akan menggunakannya sebagai momentum untuk bertafakkur, berpikir akan apa yang selama ini telah kita jalani dan apa yang hendak kita lakukan diesok hari?

Selasa, 19 September 2017

Hijrah



Hijrah

Secara sederhana hijrah berarti pindah. Pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bisa juga diartikan pindah dari satu kondisi kepada kondisi yang lain. Kata hijrah menjadi populer setelah peristiwa hijrah Rasulullah, Muhammad SAW dari kota Makkah ke Madinah untuk menyebarkan agama Islam di sana.

Dalam sejarah sesungguhnya hijrah tidak hanya dilakukan sekali. Akan tetapi beberapa kali umat Islam melakukan hijrah. Hijrah pertama  dan ke dua adalah ke Habasah (Ethiopia). Disusul perpindahan Nabi Muhammad SAW ke Thaif setelah peristiwa pemboikotan di lembah Syiib oleh kaum Quraiys kepada keluarga Nabi, Bani Hasyim dan Muthallib. Namun, sepertinya kata hijrah belumlah begitu populer hingga peristiwa hijrah ke Madinah.

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...