Sudah Saatnya Wahidiyah Diangkat Allah


Sudah Saatnya Wahidiyah Diangkat Allah

Salah satu fatwa beliau Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied R.A. yang disampaikan di sela Mujahadah Kubro, Resepsi Mujahadah yang digelar oleh Pengamal Shalawat Wahidiyah adalah “Sudah saatnya wahidiyah diangkat tinggi oleh Allah SWT”. Sudah saatnya para pengamal shalawat wahidiyah untuk mempersiapkan diri agar tidak terlempar dari bahtera besar yang dibangun oleh Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A., Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo al-Munadhdharah. Baik persiapan secara lahir lebih – lebih persiapan secara batiniyah.

Mujahadah Kubro adalah moment yang digelar oleh Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Kediri untuk seluruh pengamal shalawat wahidiyah dari seluruh penjuru dunia. Tidak hanya yang ada di Indonesia, tetapi seluruh pengamal sampai manca negara.


Di awal kemunculannya, banyak orang yang meragukan bahkan menentang keberadaan shalawat wahidiyah yang dita’lif oleh beliau Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. Persoalan ini sepertinya lebih didominasi oleh karena kemunculan kajian ilmu tasawuf terutama kitab al-Hikam yang kala itu masih dianggap sebagai ilmu rahasia. Rahasia karena dikhawatirkan banyak yang tidak kuat sehingga menjadikan akidahnya melenceng, bukan karena yang lain. Sontak saja, saat beliau membuka pengajian al-Hikam ahad pagi secara umum banyak yang kemudian menganggap hal ini sebagai hal yang kurang atau bahkan tidak tepat. “Ibarat anak kecil di dulang sambel”, begitulah kira – kira peribahasa yang cocok menurut sebagian orang.

Seiring perjalanan waktu, perjuangan kesadaran “Fafirru Ilallah” yang digagas dan diprakarsai oleh beliau Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. dan dilanjutkan putra kinasihnya, Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. telah mencuri banyak perhatian. Wahidiyah tidak hanya diterima oleh masyarakat Kediri dan sekitarnya. Wahidiyah berubah menjadi kekuatan raksasa yang keberadaanya disegani dan membuat “decak kagum”, banyak organisasi keagamaan Islam yang lain.

Boleh dibilang, wahidiyah masih sangat muda usianya bila dibandingkan yang lain. Tapi dari sisi perkembangannya lebih cepat daripada yang lain. Saat ini, wahidiyah telah memiliki perwakilan di hampir semua wilayah di Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya kalangan umat Islam saja yang mengamalkan Shalawat Wahidiyah yang dita’lif Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. ini, akan tetapi banyak juga kalangan non muslim yang turut serta mengamalkannya. Dan Alhamdulillah, seiring perjalanan waktu, tidak sedikit di antara mereka yang lantas berikrar, mengucapkan dua kalimat syahadat, “أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله”, tanpa ada yang menyuruh. Ini bukan omong kosong. Silahkan dibuktikan sendiri ke daerah Bali. Banyak pengamal wahidiyah dari kalangan Hindu, diluar orang muslim.

Apa rahasianya? Tentu ada rahasia dibalik diterimanya shalawat wahidiyah oleh berbagai kalangan, dari beragam usia, suku, budaya, adat, dan keyakinan ini. Rahasianya adalah persoalan spiritual. Ya, beliau Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. saat kesempatan Mujahadah Kubro kemarin, Gelombang ke 5, yang diperuntukkan kaum bapak, malam Senin mendawuhkan saat fatwa amanat, rahasianya adalah soal batiniyah. Kekuatan batiniyah bila dibangun dan dilatih, maka akan memiliki daya yang lebih besar daripada kekuatan lahiriyah. Karena itu beliau sering mendawuhkan agar para pengamal semakin memperbanyak riyadlah dan mujahadah. Istilah beliau, “Nglempit usus meres moto”, memperbanyak puasa dan tidak banyak tidur, banyak menangis kepada Allah SWT.

Apa yang didawuhkan beliau, kiranya sebisa mungkin diamalkan dan dilaksanakan oleh semua pengamal. Sudah cukup bukti akan  ke ‘haq’ dan kebenaran wahidiyah. Setidaknya, semakin pesatnya jumlah pengamal wahidiyah menunjukkan bahwa ia adalah amalan yang benar. Seorang ulama pernah mengatakan di awal lahirnya wahidiyah, “Jika anda ingin mengetahui benar tidaknya wahidiyah, maka lihatlah dua atau tiga tahun kedepan. Jika ia adalah ajaran yang haq, pasti tetap eksis, sebaliknya jika ajaran yang batal pasti akan hancur dengan sendirinya.” Faktanya sampai hari ini tetap eksis bahkan semakin banyak pengikutnya.
Mujahadah kubro beberapa saat lalu telah menjadi bukti, betapa besarnya jumlah pengamal wahidiyah hari saat ini. Arena mujahadah kubro seolah tidak lagi mampu menampung jumlah pengamal yang kian bertambah. Mujahadah kubro kemarin seolah menjadi bukti akan semakin besarnya wahidiyah. Sepanjang jalan Bandar penuh sesak dengan ratusan ribu bahkan mungkin jutaan manusia yang ikut serta dalam perhelatan akbar dua kali dalam setahun ini, Muharam dan Rajab.

Kehadiran kapolda Irjen Po. Drs. Machfud Arifin, S.H.,  mantan Wakapolres Sampang, Kompol Gusti Salasanah dan Bunda Ratu Syarifah Nurliani binti Sayyid Abdul Latif Kadri dan ibundanya Siti Fatimah yang menikah dengan Sultan Johor, Duli Yang Maha Mulia Baginda al-Mutawakkil Alallah Sultan Sir Ismail al-Khalidi dari kesultanan Johor Malaysia seolah menjadi isyarat bahwa sebentar lagi Wahidiyah akan menjadi perjuangan besar yang diperhitungkan di seluruh penjuru dunia, tidak hanya di Nusantara. Perjuangan rahmatan lil’alamin, untuk semua masyarakat jami’al alamin. 

Sebagai pengamal wahidiyah, tentunya hal ini semakin menambah semangat untuk senantiasa makmun di belakang beliau Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. Makmum dalam arti yang sesungguhnya. Memang hal itu bukanlah perkara mudah, tetapi bukan tidak mungkin. Semangat untuk semakin taslim kepangkuan beliau dan ikut serta dibelakang beliau dalam perjuangan suci “Fafirru Ilallah wa Rasulihi SAW”. Perjuangan yang berorientasi pada upaya penyadaran umat secara kaffah, sebagai makhluk berketuhanan. 

Wahidiyah telah dibangun oleh Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. , menjadi perjuangan besar. Beliau mendawuhkan insya Allah wahidiyah akan diangkat sangat tinggi oleh Allah SWT. Maka, bagaimana posisi kita saat itu. Apakah saat perjuangan ini telah besar, kita menjadi orang yang lupa kepada Allah SWT. Jika iya, maka itu pertanda akan dicabutnya nikmat Allah SWT.

Karenanya, seluruh pengamal wahidiyah untuk semakin meningkatkan kualitas diri. Tidak hanya sekedar meningkatkan aurot mujahadahnya, tetapi juga meningkatkan kualitas mujahadahnya. Jika kualitas mujahadahnya semakin meningkat, maka kualitas keimanan akan meningkat. Jika kualitas iman meningkat semakin kita akan menggetarkan dunia dengan kesadaran kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW.

Semoga kita bisa menjadi pendherek beliau ila yaumil qiyamah. Menjadi pendherek yang siap untuk berjuang fafirru ilallah wa rasulihi saw. Bukan hanya sekedar pembaca shalawatnya saja, tetapi mampu menjadi pengamal dalam arti yang sesungguhnya. Semoga. 

Semoga Bermanfaat....
Allahu A'lam...

Komentar