Kiat Sukses Menjalani Hidup Berumah Tangga



Kiat Sukses Menjalani Hidup Berumah Tangga

Setiap pasangan yang membina rumah tangga pasti mengharapkan kesuksesan dalam membangun kehidupan barunya. Sukses dalam arti pelaksanaan, berupa mampu menjalani kehidupan bersama hingga maut yang memisahkan dan juga dalam arti mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia lebih – lebih di akhirat. Hampir semua atau bahkan tidak ada seorangpun yang menginginkan rumah tangganya hancur.

Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa banyak sekali pasangan yang membina kehidupan rumah tangga mengalami kegagalan. Gagal dalam arti pernikahannya hancur yang berujung pada perpisahan dan perceraian dan atau gagal dalam arti tidak mendapatkan kebahagiaan. Tentu hal itu akan menjadi pukulan bagi kedua pihak khususnya dan umumnya kedua keluarga. Karena itu untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut, perlu dilakukan upaya – upaya agar keluarga baru yang dibangun memiliki pondasi kuat dan tidak mengalami kehancuran.


Tahapan pertama yang mesti dilakukan adalah dengan menata niat saat hendak memulai kehidupan rumah tangga. Menata niat menjadi hal penting yang dengannya segala resiko akan dihadapi dan segala permasalahan akan diatasi. Niat yang kuat semata menjalankan perintah Allah untuk membina rumah tangga menjadi pondasi kuat agar bahtera rumah tangga menjadi kuat. Jangan sampai niatan berumah tangga hanya di dominasi oleh hasyrat syahwatiyah semata. Bila demikian adanya, maka boleh jadi akan terjadi hal – hal yang bertentangan dengan apa yang diinginkan. 

Selanjutnya hendaknya sepasang suami istri senantiasi berusaha untuk mengingat dua hal dan melupakan dua hal. Ini adalah kunci untuk membina kehidupan rumah tangga.

Pertama, mengingat kebaikan yang lain. Hendaknya kedua pasangan senantiasa berusaha mengingat kebaikan yang lain. Mengingat hal – hal baik yang dimiliki pasngan akan membantu seseorang dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Memang saat telah hidup bersama, sepasang suami istri pasti akan mengetahui semua kebiasaan buruk masing – masing. Hal – hal yang dahulu disangka tidak ada pada diri pasangannya ternyata muncul dan nampak nyata saat telah hidup bersama. Nah, disinilah penting untuk selalu mengingat kebaikan yang lain, bukannya justru memperbesar kejelekan yang lainnya.

Kedua, mengingat kesalahan diri sendiri. Jangan melulu melihat kebaikan diri sendiri, tetapi cobalah melihat kekurangan yang ada pada diri masing – masing. Ingat setiap orang ditakdirkan memiliki kelebihan dan kekurangan pada dirinya masing – masing. Karena itu penting artinya untuk melihat kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri. Sikap ini akan menumbuhkan rasa sadar akan kekurangan yang dimiliki serta akan menumbuhkan sikap toleran saat yang lain melakukan kesalahan. Akan tumbuh perasaan bahwa kesalahan itu sesungguhnya adalah hal yang wajar yang setiap orang bisa terjebak di dalamnya.

Ketiga, melupakan kebaikan diri sendiri. Sebisa mungkin pasangan suami istri yang membina kehidupan keluarga untuk berusaha melupakan kebaikan yang ada pada dirinya. Melupakan kebaikan pada diri akan menghindarkan sepasang suami istri bersikap egois, sok benar sendiri, sehingga menghilangkan sikap mau menang sendiri. Sikap ini penting ditumbuhkan pada diri masing – masing pasangan agar terjadi kehidupan harmonis di dalam keluarga baru yang dibangun.

Keempat, melupakan kesalahan yang lain. Sekali lagi, dua orang yang menjalani hidup bersama akan menemukan hal – hal yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Karenanya saat hal itu terjadi, saling memaafkan dan berusaha untuk melupakan kesalahan pasangan adalah hal yang penting. Jika salah seorang melakukan kesalahan, kemudian yang lain terus mengingat dan tidak mau memaafkan, jangan berharap rumah tangga itu akan bertahan dalam waktu lama hingga maut memisahkan. Mungkin saja bila masing – masing tetap bersikukuh pada kebenaran masing – masing dan tidak melupakan kesalahan yang lain, perceraian akan menjadi penyelesaian akhirnya.

Agar kehidupan sepasang suami istri bisa langgeng, penting untuk senantiasa menerapkan ‘yukti kulla dzi haqqin haqqah’, mengisi bidang masing – masing. Artinya hendaknya seorang suami menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Bersikap arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan, memenuhi kewajibannya untuk memberikan nafkah pada istrinya, bertanggung jawab atas keluarganya, berusaha mendidik dan mengarahkan istri dan anak – anaknya sesuai dengan tuntunan syari’at yang dibenarkan. Sebaliknya, istri juga melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Mengatur segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga, membelanjakan nafkah yang diberikan suami untuk mencukupi kehidupan keluarga. Bersyukur meski yang diberikan tidak seberapa dan tetap berusaha mengelolanya dengan baik.

Saat masing – masing pihak telah menjalankan kewajiban masing – masing. Suami menjalankan kewajibannya, pun pula istri. Sesungguhnya mereka telah sama – sama memberikan hak kepada masing – masing pemiliknya. Kewajiban suami adalah hak istri, sementara kewajiban istri adalah hak dari sang suami. Bila sama – sama telah terpenuhi, maka kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga, insya Allah akan bisa direalisasikan.

Selain hal – hal di atas, penting untuk diketahui bahwa keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah akan didapatkan seseorang manakala mereka selalu mendasarkan kehidupan rumah tangganya sesuai dengan tuntunan syari’at. Sebaliknya, jangan pernah bermimpi memiliki keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bila jauh dari tuntunan syari’at. Shalat lima waktu harus senantiasa ditegakkan demi keharmonisan keluarga. Biasakan juga menghiasi rumah dengan memperbanyak bacaan al-Qur’an, shalawat dan berbagai dzikir. Hal ini penting agar semakin menambah keharmonisan keluarga.

 Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar