Santunan Yatim



Santunan Yatim
Yukti Kulla Dzi Haqqin Haqqah
 
K.H. Agus Isa Mahsun Sedang Menyampaikan Tausiyah
Minggu, 8 Oktober 2017, Jam’iyyah Yasin Putri Desa Slemanan Kecamatan Udanawu menggelar Santunan Yatim yang ke-13. Kegiatan ini menjadi rutinan warga Desa Slemanan khususnya pada tiap bulan Muharam/Suro. Sebagai sponsor penggeraknya adalah para ibu – ibu yang tergabung dalam jam’iyyah yasin putri. Alhamdulillah kegiatan ini menjadi agenda rutin yang sukses. Buktinya adalah kekompakan yang nampak dari jumlah warga yang hadir dalam acara ini. Tidak hanya ibu – ibu, namun kaum bapak, remaja dan kanak – kanak banyak yang ikut serta ambil bagian dalam kegiatan ini.

Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.30 WIB. Sebagai informasi bahwa dana yang terkumpul untuk disantunkan kepada aitam sejumlah kurang lebih empat puluh juta rupiah, sementara jumlah yatim yang disantuni sejumlah sembilan orang, sehingga satu anak yatim memperoleh kurang lebih empat juta lima ratus ribu rupiah ditambah beberapa orang yang memberi amplop tersendiri dan sembako.


Adapun mau’idlatul hasanah dan tahlil disampaikan dan diimami oleh K.H. Agus Isa Mahsun, salah satu tokoh masyarakat Desa Slemanan. Dalam mau’idlahnya beliau menegaskan agar seyogjanya kita tidak meremehkan setiap amal perbuatan meskipun kelihatannya kecil, karena seperti apapun keberadaannya semua itu pasti akan mendapatkan balasannya. Beliau menegaskan bahwa Allah akan memberikan hak kepada mereka yang berhak.

Untuk menguatkan apa yang beliau sampaikan, beliau mengambil dalil surat al-Zalzalah (99); 7-8:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)

Artinya: Barangsiapa yang berbuat kebaikan sebesar dzarah, maka ia akan melihatnya dan barangsiapa yang berbuat kejelekan meski sebesar dzarah, maka ia akan melihatnya. (Q.S. al-Zalzalah (99); 7-8)

Allah menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan. Ada seorang yang ditakdirkan untuk menjadi seorang yang kaya, miskin, pejabat, rakyat, beristri dan bersuami, pun pula ada yang menduda dan menjanda. Semua itu menunjukkan sifat keadilan Allah kepada umat-Nya. Karena itu sepatutnya manusia bersyukur atas semua apa yang diberikan-Nya, bukannya menjadi kufur atas nikmat dan karunia yang diberikan.

Akan tetapi nyatanya, tidak semua manusia memahami sifat keadilan Allah. Sebagai bukti banyak manusia ingkar atas berbagai karunia dan nikmat yang diberikan kepadanya. Menganggap bahwa hal itu adalah hasil dari jerih payah dan usahanya sendiri. Mereka lupa bahwa semua itu tidak terlepas dari takdir yang telah ditentukan Allah kepadanya. Andai saja Allah merubah takdir itu, mereka akan mengalami nasib yang terpuruk.

Jangan pernah meremehkan sedikit amal perbuatan. Boleh jadi saat anda memberikan sumbangan anda merasa malu karena tak seberapa jumlahnya bila dibandingkan mereka yang kaya. Jangan merasa rendah dan hina. Allah tidak melihat kuantitas ibadah, tetapi Ia melihat kualitasnya. Seberapa ikhlas hati kita dalam menjalankannya. Boleh jadi kita hanya menyumbang seribu dua ribu, tetapi jika hal itu ikhlas semata karena Allah, maka nilainya jauh lebih tinggi bila dibandingkan mereka yang menyumbang dalam jumlah besar sementara hati mereka tidak ikhlas.

Beliau mengingatkan, belum tentu mereka yang selalu memberimu memiliki keikhlasan hati untuk membantu atau meringankan beban hidupmu. Boleh jadi mereka selalu mentraktirmu, memberikan bantuannya kepadamu, tetapi ia ingin untuk merendahkanmu dan menjadikanmu memiliki sifat ketergantungan padanya. Karenanya jangan pernah menggantungkan nasibmu pada orang atau sahabat yang kaya. Bertemanlah dengan mereka yang menenangkan hatimu hingga engkau mencapai kesempurnaan imanmu menuju pada Rabmu.

Anak yatim, jangan merasa minder. Yatim yang sesungguhnya bukanlah mereka yang tidak mempunyai ayah, tetapi mereka yang tidak memiliki ilmu dan akhlak. Karena itu yatim jangan minder. Bolehlah kalian tidak punya ayah, tetapi jangan kalah dengan mereka yang berbapak dalam urusan ilmu dan akhlak. Rasulullah, Muhammad SAW terlahir dalam keadaan yatim. Beliau belum pernah melihat ayahnya semenjak lahir. Ayahnya meninggal saat beliau masih berusia dua bulan dalam rahim ibunya. Namun, beliau justru menjadi seorang mulia, bahkan diagungkan dan disanjung – sanjung oleh banyak orang. Itulah bukti bahwa ketiadaan ayah bukanlah halangan untuk menjadi seorang yang sukses di masa depan. Karenanya tanamkan cita – cita dalam hati untuk menjadi seorang yang mulia di dunia dan akhirat.

Perbedaan yang ada di dunia ini adalah bukti sifat adil Allah SWT. Bagaimana cara agar kita bisa mengetahui bahwa semua itu adalah sifat adil Allah? Terkadang kita sering menyangka saat kita berada dalam keterpurukan, Allah tidak lagi sayang. Saat sesuatu yang kita sukai hilang dari tangan, suudzan kepada Allah lebih dikedepankan. Ada baiknya sebelum melakukan sesuatu terlebih dahulu berpikir dan mencoba menggali setiap peristiwa yang terjadi agar tidak terjadi kesalahan dalam setiap tindakan. Ingat, Allah akan selalu memberi hak bagi mereka yang berhak. Ia akan membalas setiap perbuatan yang dilakukan seseorang. Perbutan baik dibalas dengan kebaikan. Pun pula sebaliknya, perbuatan buruk dibalas dengan keburukan.

Adalah Nabi Musa A.S. yang saat itu ingin mengetahui sifat adil Allah SWT. Ia kemudian berkata kepada Allah, “Ya Allah tunjukkan kepadaku sifat adilMu!”. Allah menjawab, “Wahai Musa pergilah ke suatu tempat itu, lalu perhatikan apa yang terjadi, tetapi jangan pernah engkau bertanya sesuatupun”. Nabi Musa lantas menuju ke tempat yang ditunjukkan dan bersembunyi di balik pohon besar yang berada di tempat sumber air agar tak seorangpun mengetahuinya. Datanglah seorang pemuda gagah berkuda, ia melepas pakaiannya, meminum air dan meletakkan kantong uangnya. Selesai hajatnya, pemuda itu bergegas pergi dengan kudanya. Ia lupa akan kantong uangnya yang tertinggal.

Nabi Musa ingin berteriak dan mengingatkan kepadanya bahwa kantong uangnya tertinggal. Tetapi ia ingat bahwa apapun yang terjadi janganlah bertanya. Ia berusaha untuk menahan. Datanglah seorang anak kecil untuk minum dan mengambil air. Setelah cukup hajatnya, saat hendak pulang, ia melihat kantung yang berisi uang. Lantas ia ambil dan bergegas pulang. Ingin Nabi Musa berteriak dan mengingatkan bahwa itu bukanlah haknya. Tetapi sekali lagi ia teringat, bahwa ia tidak boleh bertanya.

Berikutnya datanglah seorang buta yang sudah tua renta. Ia datang untuk minum air dan mengambil air secukupnya. Selesai hajatnya, datanglah pemuda berkuda yang kehilangan kantung uangnya. Karena yang ada disitu hanyalah orang tua tersebut, dia lantas menuduhnya dan pada akhirnya membunuh orang tua tersebut. Padahal orang tua tersebut telah mengatakan bahwa ia sama sekali tidak tahu menahu tentang uang yang dimaksud. Semakin Nabi Musa kebingungan akan sifat adil Allah, ia pun mengajukan pertanyaan, keadilan apa yang dimaksud dari peristiwa yang baru saja disaksikannya itu.

Allah menerangkan kepada Nabi Musa tentang apa yang baru dilihatnya itu. Pemuda berkuda yang datang ke sumber mata air itu adalah seorang perampok yang baru saja merampok ayah anak kecil tersebut. Karenanya sudah menjadi hak anak itu untuk mengambil uang tersebut karena itu adalah milik ayahnya. Sementara seorang lelaki tua yang dibunuh pemuda itu, dulunya adalah seorang perampok yang pernah membunuh ayah pemuda yang menjadi perampok itu. Kemudian ia bertobat. Jadi sesungguhnya mereka telah mendapatkan balasan dari apa yang mereka perbuat, dan mereka telah mendapat hak masing – masing dari apa yang mereka punya.

Begitulah, keadilan Allah SWT terkadang sulit diterjemahkan. Karenanya husnudlan/berbaik sangka pada setiap takdir yang ditetapkan-Nya adalah hal yang paling tepat. Berusahalah untuk lebih banyak berdiam dan mencoba untuk menggali setiap takdir yang dijalankan-Nya. Ia tidak akan pernah mendlalimi siapapun. Ia akan memberikan setiap hak seseorang, tanpa mengurangi-Nya. Karenanya, jangan berburuk sangka pada-Nya. Setiap peristiwa mengandung hikmah dan pelajaran yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang “ulul albab”, diberikan akal fikiran sempurna dan mau menggunakannya.

Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar