Jangan
Sibukkan Hatimu Dengan Urusan Dunia
Seorang
pencari ilmu hendaknya tidak menyibukkan dirinya dengan urusan dengan urusan
dunia. Hendaknya ia senantiasa berusaha memenuhi hatinya dengan
tawakkal/berserah diri kepada-Nya. Menjalankan semua aktifitasnya dengan sekuat
tenaga dan menyerahkan hasilnya kepada ketentuan Allah Swt.
Bagi
seorang murit tidak layak menyibukkan hatinya dengan urusan rizki. Hal ini
bukan berarti seorang murit lantas tidak mau bekerja dan meninggalkan aktifitas
membantu orang tuanya dalam mencari rizki. Boleh saja seorang mencari rizki,
bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Tetapi, menambatkan hal itu dalam hatinya
sehingga melalaikan tugas utamanya untuk belajar dan menuntut ilmu, bukanlah
hal yang dibenarkan bagi seorang murit.
Urusan
rizki sudah menjadi tanggungan Allah Swt. Sebaiknya seorang murit senantiasa
menyandarkan urusan kepada-Nya. Menyibukkan hati dengan urusan rizki, makanan
dan semisalnya akan menjadikan seseorang semakin menjauh dari urusan yang
utama. Banyak orang yang karena kecintaannya pada harta benda rela mengorbankan
semua waktunya untuk mengejarnya. Bahkan seringkali dia melupakan nilai-nilai
mulia karena memburu dunia yang fana.
Abu
Hanifah R.a. meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Hasan al-Zubaidiy, seorang sahabat
Rasulullah Saw. bahwa barangsiapa yang belajar ilmu agama Allah, maka Allah
Swt. akan mencukupkan keinginannya dan memberikan rizki dari sisi yang tiada
disangka-sangka, karena sesungguhnya seorang yang menyibukkan hatinya dengan
urusan rizki, baik dari sisi makanan dan pakaian itu sedikit sekali berpikir
untuk menghasilkan kemulian akhlak dan urusan yang mulia. Menjauhkan diri dari
menyibukkan hati dengan urusan duniawi menjadi hal pokok bagi siapa saja yang
menghendaki kemuliaan dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka yang menyibukkan diri
dengan urusan mengumpulkan harta justru akan menenggelamkan dirinya ke lembah
kehinaan dalam hidupnya.
Dalam
sebuah syair dikatakan:
دع
المكارم لا ترحل لبغيتها واقعد
فإنها أنت الطاعم الكاسي
Artinya:
Tinggalkanlah kemewahan (dunia), janganlah engkau melangkah untuk mencarinya.
Duduklah! Karena sesungguhnya engkau seorang yang memiliki makanan dan pakaian.
Sepintas
syair ini seolah mengajarkan kepada kita agar menjadi seorang yang malas,
berpangku tangan dan pasrah terhadap ketentuan Allah Swt. atas apa yang
ditakdirkan-Nya untuk kita. Tetapi sesungguhnya yang dimaksudkan syair tersebut
bukanlah demikian. Yang dimaksudkan adalah jangan sampai hati seseorang
dipenuhi dengan urusan dunia yang pada akhirnya menyebabkan dirinya lalai
dengan tugas utamanya yang mulia.
Usaha
tetap harus dijalankan, bahkan wajib dijalankan. Wajib dijalankan sebagai
sebuah kewajiban menjalankan perintah Allah Swt. Seorang yang bertawakkal
kepada Allah Swt. bukan berarti tidak berusaha. Justru mereka berusaha dengan
maksimak karena mereka meyakini hal itu sebagai bagian dari melaksanakan
perintah-Nya. Hanya saja bedanya, hati mereka tidak pernah terpaut dengan dunia.
Tidak disibukkan dengan urusan dunia. Tidak ada larangan mengumpulkan harta
benda. Yang tidak diperbolehkan adalah menempatkan harta itu dalam hati.
Seorang
lelaki bertanya kepada Mansur al-Hallaj, “Berikan wasiat kepadaku!”. Ia
menjawab, “Nafsumu, jika engkau tidak menyibukkannya, dan mempekerjakannya,
maka ia akan menyibukkanmu”, (Ta’lim al-Muta’allim). Seorang yang membiarkan
dirinya tanpa aktifitas, lebih banyak disibukkan dengan berbagai keinginan
nafsu yang akan menjerumuskannya kepada hal-hal yang tidak benar. Karena itu
sebisa mungkin untuk menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas yang bisa
mendorong dirinya berlaku lurus menuju kepada ridla Allah Swt.
Semoga
kita tidak terpedaya dengan kehidupan dunia yang serba fana. Semoga Allah
menyinari hati kita dengan keimanan sehingga mampu menjadi seorang yang
memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan menjadi hal yang bermanfaat.
Bermanfaat di dunia lebih-lebih di akhirat saat kita kembali menghadap-Nya.
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam....
Komentar
Posting Komentar