Memilih Pasangan Hidup



Memilih Pasangan Hidup

Sebagian remaja bingung menentukan pilihan pasangan hidupnya. Ini bukan hal aneh. Wajar bila seseorang merasa bimbang saat menentukan siapa yang akan mendampingi hidupnya. Beda halnya saat menentukan untuk menerima seseorang sebagai “pacar” nya.

Kenapa seseorang yang sedang menjalin hubungan asmara diluar nikah disebut dengan pacaran? Pernahkan anda mencoba untuk mencari jawabannya? Coba lihatlah tumbuhan yang dikenal luas sebagai “kembang pacar”. Apa yang anda temukan? Indah bukan? Segar sekali kelihatannya. Tetapi tahukah anda bahwa bunga pacar itu akan mudah layu? Ya, ia mudah untuk layu.


Seorang yang menjalani hubungan asmara di luar nikah cenderung akan melihat bahwa semua yang dijalaninya indah. Bahkan, sebagian orang yang sedang dimabuk cinta mengatakan, “Dunia milik kita berdua, yang lain hanya numpang”. Hehehe… Mereka yang sedang dilanda asmara lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang – senang. Pergi ke tempat wisata satu ke tempat lainnya. Seolah tidak ada aktifitas lain di luar itu semua. Tetapi, saat seorang diantaranya mengajak menikah? Bagaimana reaksinya?

Tidak semua akan siap menjawab. Bahkan banyak yang kemudian lari mencari orang lain untuk dijadikan “gebetan” barunya. Hmmm… kalau sudah begini mau apa? Ya, itulah layu. Pacaran terasa indah dan menyenangkan karena adanya bumbu yang dicampurkan Iblis di dalamnya. Perasaan “cinta” adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia. Karenanya jangan dikotori dengan perilaku yang tidak diridlai-Nya.

Jika anda memiliki rasa cinta pada seseorang datanglah pada orang tuanya, dan lamarlah ia. Jangan hanya berani di belakang. Bagi anda kaum hawa, ketahuilah, mereka yang sungguh – sungguh ingin bersamamu adalah mereka yang berani melamarmu di hadapan orang tuamu, bukan mereka yang hanya bisa merayumu di saat engkau jauh dari kedua orang tuamu. Karenanya waspadalah! Jangan biarkan perhiasan indah dunia yang dititipkan Allah pada dirimu dinikmati oleh mereka yang tidak halal untukmu.

Bagaimana jika belum siap. Siap dalam hal apa? Materi? Jika masalahnya adalah materi, maka yakinlah bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan hamba-Nya. Firman Allah dalam Surat al-Nur (24); 32:

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (32)

Artinya: Dan nikahkanlah orang – orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang – orang yang layak (menikah) dari hamba – hamba sahayamu yang laki – laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Nur (24); 32)

Lantas bagaimana memilih pasangan yang baik untuk masa depan. Setidaknya ada beberapa pilihan yang dapat dijadikan seseorang untuk memilih pasangan hidupnya. Dalam satu riwayat, Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Artinya: (BUKHARI - 4700) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidillah ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (H.R. Bukhari)

Pertama, karena hartanya. Adakalanya seseorang menikahi gadis karena melihat harta bendanya. Tertarik pada kekayaan yang dimiliki. Menganggap bahwa ketika menikahi seorang kaya, maka ia akan hidup bahagia. Keyakinan semacam ini, ada baiknya untuk dikoreksi. Menikahi seseorang karena harta bisa jadi justru akan menimbulkan malapetaka dikemudian hari.

Kedua, karena keturunannya. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu juga dengan manusia. Seorang anak umumnya tidak jauh dari orang tuanya. Jika orang tuanya baik, anaknya juga baik. Sebaliknya, jika orang tuanya buruk, maka kecenderungannya untuk menjadi buruk juga lebih banyak. Akan tetapi hal ini juga tidak bisa dijadikan pedoman. Banyak anak yang baik orang tuanya, namun buruk akhlaknya. Pun pula sebaliknya.

Ketiga, karena kecantikannya. Boleh jadi seseorang menikah karena terpesona dengan kecantikan rupa. Memang, tidak jarang bahkan hampir semua remaja memilih menikah karena melihat kecantikan gadis yang dipinangnya. Boleh – boleh saja menikahi seseorang karena kecantikannya. Sah – sah saja, tetapi harus diingat, kecantikan itu tidak abadi. Ada saatnya seorang wanita ibarat bunga yang sedang mekar – mekarnya. Segar, indah dan menangkan setiap mata yang memandang. Tetapi, ada masanya pula kecantikan itu akan pudar dan hilang, berubah menjadi keriput. Ibarat tumbuhan menjadi layu. Lantas apa jika sudah demikian ditinggalkan? Hilang rasa cintanya? Wah, bisa bahaya.

Keempat, karena agamanya. Nah, inilah yang penting diperhatikan. Memilih pasangan hidup sebaiknya memperhatikan unsur agama dalam diri yang dipilih. Berharta, memiliki nasab yang baik, dan kecantikan, tidak menjadi jaminan seseorang menjadi bahagia, bila agama tidak dimiliki. Menikahi gadis beragama yang baiklah yang akan memberikan kebaikan hidup.

Lantas bagaimana dengan para gadis. Sebaiknya para gadis juga memiliki pikiran yang demikian. Memprioritaskan memilih pasangan yang beragama yang baik. Seorang suami akan menjadi kepala rumah tangga dan sekaligus imam yang membimbingnya menuju surga. Bila imamnya salah boleh jadi ia akan terjerumus ke dalam panasnya api neraka.

Lelaki yang baik adalah mereka yang mengajakmu menikah, bukan berpacaran. Menikah menuju kepada keridla’an Allah, sementara berpacaran menuju kepada hal yang dikecam Allah. Karenanya rasul mengingatkan kepada para orang tua untuk segera menerima lamaran seorang lelaki yang diridlai agamanya. Rasulullah bersabda:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ ابْنِ وَثِيمَةَ النَّصْرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي حَاتِمٍ الْمُزَنِيِّ وَعَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ قَدْ خُولِفَ عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ سُلَيْمَانَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَرَوَاهُ اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلًا قَالَ أَبُو عِيسَى قَالَ مُحَمَّدٌ وَحَدِيثُ اللَّيْثِ أَشْبَهُ وَلَمْ يَعُدَّ حَدِيثَ عَبْدِ الْحَمِيدِ مَحْفُوظًا

Artinya: (TIRMIDZI - 1004) : Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Sulaiman dari Ibnu 'Ajlan dari Ibnu Watsimah Al-Nashri dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seseorang melamar (anak perempuan dan kerabat) kalian, sedangkan kalian ridha agama dan akhlaknya (pelamar tersebut), maka nikahkanlah dia (dengan anak perempuan atau kerabat kalian). Jika tidak, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar." (Abu Isa Al-Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari Abu Hatim Al-Muzani dan Aisyah." Abu Isa berkata; "Tentang hadits Abu Hurairah, Abdul Hamid bin Sulaiman menyelisihi hadits ini. Laits bin Sa'ad meriwayatkannya dari Ibnu Ajlan dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam secara mursal." Abu Isa berkata; "Muhammad berkata; 'Hadits Laits lebih kuat dan hadits Abdul Hamid bukan hadits yang mahfuzh (terjaga) '." (H.R. al-Tirmidzi)

Bagi anda yang masih membujang, ada baiknya bila sudah berkecukupan syarat untuk menikah, segera menentukan pilihan. Bagi anak gadis yang belum menikah, segera saja menerima lamaran mereka yang datang kepadamu, asal orang tua ridla terhadap agamanya. Cinta akan tumbuh seiring perjalanan waktu. Jangan membiarkan diri berlarut dalam kesendirian karena boleh jadi itu menjadi sumber fitnah dan malapetaka. Jangan pula mensyaratkan mahalnya mahar, karena saat pernikahan dipersulit, zina akan merajalela.

Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar