Sabar Menerima Takdir
Setiap apa yang terjadi di dunia ini merupakan
takdir yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Adakalanya takdir itu terasa
menyenangkan, atau sebaliknya terasa berat bahkan menyakitkan. Sebagian orang
menyikapinya dengan cara yang benar, sebagian lain dengan cara yang salah
sehingga berujung pada hal negatif yang justru merugikan dirinya sendiri. Tidak
ada pilihan bagi seseorang selain menjalani dan menerima semua takdir Allah
Swt.
Ya, tidak ada pilihan bagi kita dalam
menghadapi takdir yang telah ditentukan-Nya selain menerimanya dengan sabar dan
lapang dada. Toh, meski kita menolaknya, takdir itu tetap menimpa diri kita. Dalam
sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda:
عن عبد الله بن عباس رضى الله عنهما قال: كنت خلف النبي صلى
الله عليه وسلم يوما، قال: يا غلام، إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك، احفظ الله
تجده تجاهك إذا سألت فاسئل الله، وإذااستعنت فاستعن بالله، واعلم أن الأمة لو
اجتمعت على أن ينفعواك بشيئ لم ينفعواك إلا بشيئ قد كتبه الله لك، وإن اجتمعوا على
أن يضرواك بشيئ لم يضرواك إلا بشيئ قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت الصحف.
Artinya: Abdullah bin Abbas radhiyallahu
anhuma ia berkata: “Suatu hari aku berada di belakang Nabi Saw. beliiau
bersabda: ‘Hai nak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kata, jagalah Allah,
maka Ia akan menjagamu, jagalan Allah, maka engakau akan mendapati-Nya di
hadapanmu, ketika engkau meminta, mintalah kepada Allah, ketika engkau memohon
pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
umat ini, seandainya mereka bersepakatl untuk memberikan manfaat kepadamu
dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kecuali dengan
sesuatu yang telah Allah tulis untukmu, dan seandainya mereka bersepakat untuk
mencelakakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan membahayakanmu kecuali
dengan apa yang telah ditetapkan Allah atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran
telah kering.’”
Pena telah diangkat dan lembaran telah kering
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada dasarnya telah
ditentukan di mega server, “Lauh Mahfudz” sebelum pada akhirnya
terealisasi dalam bentuk takdir di dunia ini. Tidak ada seorangpun yang mampu
untuk merubah takdir yang telah ditentukan oleh-Nya. Yang bisa dilakukan hanya
sebatas memohon kepada-Nya, serta menerima segala ketentuan-Nya dengan sabar
dan ikhlas.
Jika ketentuan itu berupa hal buruk, maka kita
mesti menerima dengan sabar dan ikhlas. Sabar dengan tetap meyakini bahwa semua
itu merupakan ketentuan Allah Swt. Sabar dengan tetap berikhtiar agar segera
dikeluarkan dari berbagai bentuk kesusahan tersebut. Dengan ikhlas menerima dan
ridha bahwa semua ketentuan itu telah ditetapkan oleh Allah dan harus diterima,
maka akan muncul dalam diri seseorang sikap tawakkal dan semakin ia menyadari
akan keagungan dan kekuasaan Allah Swt.
Sebaliknya jika seseorang menyikapi segala
sesuatu dengan cara yang tidak benar, mengeluh dengan ujian yang sedang
diterimanya, tentu ia akan semakin tersiksa akibat penyikapannya yang salah. Rasa
tidak mau menerima ketentuan dari-Nya itu, justru akan menimbulkan masalah baru
yang ujungnya adalah penyesalah kelak di hari pembalasan. Orang-orang yang
tidak bersabar atas qadla dan qadar Allah bahkan diancam oleh Allah Swt dalam
hadits qudsi untuk keluar dari atas buminya dan dari bawah langitnya.
Jika ketentuan itu baik, maka sabar diwujudkan
dalam bentuk bersyukur atas pemberian-pemberian-Nya. Mensyukuri karunia dan
nikmat-Nya sehingga kita akan menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk hal-hal
positif, sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya.
Semoga kita bisa bersabar dalam setiap takdir
yang telah ditentukan-Nya untuk kita semua. Sabar dengan menerimanya secara
ikhlas dan tetap melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang hamba dengan
ikhtiar dan berusaha.
Komentar
Posting Komentar