Khairun Min Alfi Syahrin
Pembahasan mengenai Romadhon, kurang afdhol rasanya bila
tidak menyertakan pembahasan tentang malam yang lebih baik dari seribu bulan,
yakni malam lailatul qadr. Malam yang dikabarkan Allah dalam Surat
al-Qadr.
Sebagian keterangan menyebutkan bahwa malam tersebut dinamakan lailatul
qadr karena keagungan dan ketinggian derajatnya karena Allah Swt.
memastikan segala urusan setahun yang akan dating di malam tersebut. Sebagian lain
menyebut bahwa malam lailatul qadr adalah malam yang penuh berkah, malam yang
siapa saja beramal baik di dalamnya, maka hal itu lebih baik dibanding seribu
bulan, selain malam qadr.
Turunnya lailatul qadr merupakan rahasia Allah Swt. Apakah
ia akan turun di awal Romadhon, pertengahan maupun akhirnya. Yang jelas, ia
pasti turun di bulan Romadhon, hanya saja waktunya dirahasiakan oleh Allah Swt.
Mengapa turunnya lailatul qadr dirahasiakan?
Sebagain ulama mencoba untuk menjawab pertanyaan ini. Tentu,
jawaban ini bukan jawaban yang pasti. Setidaknya jawaban ini menjadi renungan
bagi setiap mukmin yang ingin mendapatkan lailatul qadr di setiap Romadhon yang
dijumpainya selama hidup.
Umumnya manusia berpegang pada amal mereka. Mereka menganggap bahwa
dengan melakukan amal perbuatan baik, mereka akan masuk ke surga dan dijauhkan
dari api nereka. Karena itu, mereka berlomba-lomba dalam kebaikan. Waktu mereka
dalam sehari semalam dimanfaatkan untuk taqarruban ilallah, mendekat
kepada Allah.
Jika turunnya lailatul qadr ditunjukkan secara nyata, kapan
waktunya, maka dikhawatirkan setiap mukmin berpegang pada keyakinan bahwa
mereka telah mendapatkan ampunan dari Allah, memperoleh derajat tinggi di
sisi-Nya, karena telah mengisi kebaikan di malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Akibatnya, mereka meninggalkan amal shalih dan merasa tenang dengan
harapan mereka kepada Allah Swt. Mereka terjerumus pada kehancuran dan
ketersesatan.
Rahasia lailatul qadr itu sebagaimana rahasia ajal/kematian.
Kematian dirahasiakan datangnya, agar setiap orang mengisi hidupnya dengan amal
shalih. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, dan tetap berharap akan ampunan
dari-Nya. Jika ajal tidak dirahasiakan datangnya, maka banyak orang yang
berbuat maksiat, memperturutkan syahwat dan nafsunya hingga menjelang datangnya
ajal.
Saat ajal sudah dekat, mereka akan berburu-buru untuk taubat dan
memohon ampunan-Nya, karena taubat tetap diterima selama nyawa masih belum
sampai di tenggorokan. Karena itu ajal dihasiakan-Nya, agar setiap orang merasa
takut akan datangnya kematian. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga ia
bisa mati dalam keadaan husnul khatimah.
Demikian halnya dengan lailatul qadr. Ia dirahasiakan
turunnya, supaya umat Islam tidak hanya “nyanggong” di malam turunnya lailatul
qadr dan meninggalkan amal di malam lainnya. Dengan dirahasiakannya lailatul
qadr, diharapkan setiap mukmin untuk senantiasa mengisi malam-malamnya di
bulan Romadhon dengan ketaatan kepada-Nya, memperbanyak tadarrus, i’tikaf,
dzikir, qiyamul lail dan semisalnya.
Komentar
Posting Komentar