Berburu Berkah Ramadhan


Berburu Berkah Ramadhan

Tidak diragukan lagi, Ramadhan merupakan bulan mulai yang diberkahi. Saat Ramadhan tiba, syaitan dibelenggu, pintu-pintu neraka dikunci dan pintu-pintu surge dibuka. Ini menandakan betapa mulia bulan ini, sehingga sudah selayaknya seorang muslim memanfaatkan setiap waktu yang ada di dalamnya dengan berbagai hal yang bermanfaat, terlebih bagi kehidupannya kelak di akhirat.

Di bulan ini pula, Allah memerintahkan kepada setiap muslim yang telah baligh, berakal sehat, mampu serta mengetahui datangnya waktu puasa untuk menjalankan puasa sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Baqarah (2); 183. Perintah ini sebelumnya juga telah diberikan kepada umat-umat terdahulu supaya mereka bertaqwa.


Taqwa secara sederhana dipahami sebagai ketaatan seorang muslim untuk menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Setiap muslim boleh saja mengaku dirinya sebagai seorang muslim, namun tentu tidak semua pengakuan itu menunjukkan bahwa mereka juga seorang yang bertaqwa kepada-Nya.

Sebagai contohnya adalah saat Ramadhan tiba. Banyak orang yang mengaku Islam, KTP-nya juga menunjukkan keterangan bahwa ia seorang muslim, akan tetapi secara perilakunya, mereka menunjukkan hal yang belum menunjukkan pada perilaku “taqwa”. Terbukti masih dengan santainya makan dan minum di siang hari, merokok atau hal lain yang sepadan dengannya. Tentu, sebagai muslim yang baik tidak akan memilih sikap demikian, setidaknya mereka tidak “ngedeng” atau masih merasa malu, saat tidak berpuasa.

Sebagian orang mungkin akan berpendapat sebagai seorang yang berpuasa kita semestinya toleransi kepada mereka yang tidak berpuasa. Alasannya, tentu yang berpuasa semestinya lebih baik dari mereka yang meninggalkan puasa, jadi bukan mereka yang mesti bertoleransi, tetapi yang berpuasalah yang mesti bersikap “toleran”.

Agaknya pendapat ini masuk akal, tetapi jika mereka yang tidak berpuasa itu adalah orang yang memang “non muslim”. Tetapi, apakah jika yang meninggalkan puasa itu adalah seorang muslim kita membiarkannya, tidak menegurnya, dengan dalih “toleransi”???

Menurut saya, hal ini kurang tepat, apalagi jika kita merujuk pada firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Maidah (5); 78, yang menjelaskan bahwa Allah melaknat Bani Israil disebabkan karena mereka kemaksiatan yang mereka lakukan. Mereka tidak mau mencegah/melarang perbuatan munkar yang terjadi di antara mereka.

Bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk berburu berkah di dalamnya, karena itu puasa kita jalankan dan sebisa mungkin kita manfaat setiap waktu yang ada untuk hal-hal positif yang bermanfaat. Sekuat mungkin meninggalkan hal-hal yang dilarang-Nya untuk meraih keberkahan di dalamnya.

Puasa tidak sekadar menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Tetapi, lebih dari itu orang yang berpuasa dianjurkan untuk bisa meninggalkan perkataan-perkataan kotor, perbuatan yang buruk dan sejenisnya. Mereka yang berpuasa namun tidak meninggalkan hal-hal sebagaimana di atas, berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Abu Dawud, Allah tidak membutuhkan puasanya.

Semoga kita bisa menjalankan puasa dengan sebaik-baiknya, serta bisa mendapatkan keberkahan di bulan suci ini. Pada akhirnya saat Allah memanggil, semoga kita sowan menghadap-Nya dengan membawa hati yang selamat, yakni husnul khatimah. aamiin

Komentar