Hidup Sehat dengan Berpuasa


Hidup Sehat dengan Berpuasa

Artikel ini masih berbicara seputar puasa, ibadah yang disebut Allah Swt. sebagai milik-Nya, dan karenanya, hanya Dia-lah yang akan memberikan balasan pada orang yang berpuasa. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa Dia-lah yang akan memberikan balasan kepada mereka yang berpuasa, tentunya dengan disesuaikan pada kualitas puasa yang dijalaninya.

Jika menilik dari sisi perintah puasa yang termaktub dalam al-Qur’an, puasa merupakan bentuk ibadah yang sifatnya vertikal. Ibadah yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan khaliq-Nya, Allah Swt. Namun demikian, ternyata ibadah ini kental dengan nuansa horizontal juga.


Di samping puasa merupakan ibadah vertikal dan horizontal, ternyata puasa juga bermanfaat bagi kesehatan manusia, dimana kesehatan merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Dengan kesehatan seseorang produktif dalam hidupnya, menghasilkan banyak karya bagi orang lain, berdiri di atas kakinya sendiri dan tentunya bisa saling berbagai antara satu dengan lainnya.

Sebaliknya, sakit yang diderita seseorang akan menjadikannya kehilangan banyak kesempatan dalam hidup. Kehilangan kesempatan untuk berkarya secara maksimal, lebih banyak membutuhkan bantuan orang lain dan yang pasti, sulit menikmati kehidupan. Pepatah mengatakan, “Kesehatan adalah mahkota yang tidak diketahui kecuali oleh mereka yang sakit”.

Puasa bisa memberikan sumbangsih bagi seseorang yang mengharapkan kesehatan dalam hidupnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah Saw.:

قال - صلى الله عليه وسلم - «صوموا تصحو» رواه ابن السني وأبو نعيم في الطب عن أبي هريرة

Artinya: “Rasulullah Saw bersabda, ‘Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat’. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu al-Sinniy dan Abu Nu’aim dalah hal kesehatan dari Abu Hurairah”.

Salah satu diantara manfaat puasa adalah menyehatkan tubuh, mengapa demikian? Tubuh itu ibarat ladang yang jika ia diberi pupuk secara berlebih, maka tumbuhan di dalamnya akan mati, pun pula sebaliknya, jika ia kekurangan pupuk dan air, tanaman pun akan layu, dan lama kelamaan mati. Oleh karena itu perlu sekali diperhatikan kapan waktunya memberi makan, minum dan semisalnya.

Tubuh memang membutuhkan makan, minum serta berbagai kandungan zat di dalamnya, tentunya dengan kadar yang cukup. Jika kadarnya cukup, maka keseimbangan tubuh akan tercipta. Keseimbangan itulah yang menjadikan tubuh terasa ideal, sehat dan kerja dari seluruh anggotanya tidak terganggu.

Dengan berpuasa, keseimbangan itu bisa diperoleh. Sebagaimana kita maklumi, seorang yang berpuasa meninggalkan makan di siang hari dan baru akan menyantap makan dan minum di malam hari, terutama saat maghrib dan sahur menjelang pagi, yang menunjukkan keteraturan.

Pola hidup teratur sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh kita. Di samping itu, puasa juga menjadikan kerja pencernaan kita istirahat untuk beberapa saat. Biasanya pencernaan kita selalu melaksanakan kerjanya hampir 24 jam dalam sehari semalam. Dengan berpuasa, maka pencernaan bisa istirahat dan melakukan relaksasi sehingga kerjanya lebih bisa optimal lagi.

Selain itu, menilik makna puasa yang artinya menahan diri. Puasa semestinya tidak sekedar meninggalkan makan, minum dan hal-hal lain yang secara dhahir/fisik bisa membatalkannya. Namun, puasa semestinya juga bisa menahan “para pelakunya” untuk meninggalkan segala sesuatu yang bisa saja menjadikan puasa terasa hambar. Singkatnya, meninggalkan perbuatan maksiat dan segala sesuatu yang tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan meninggalkan perbuatan maksiat yang pelakunya diancam dengan dosa dan adzab serta meningggalkan hal yang kurang/tidak berguna, maka tercipta ketenangan dalam hidup. Ketenangan dalam hidup merupakan kunci dari hidup sehat. Bukankah saat kita berbohong, marah, bertengkar dengan yang lain, kerja jantung, serta berbagai saraf yang berkaitan dengannya menjadi tidak normal? Ini mengindikasikan adanya sesuatu yang tidak benar, yang ujungnya juga akan berdampak pada kesehatan tubuh. Karena itu, saat seorang berpuasa, ketika ada seornag yang mengajaknya untuk berdebat, bertengkar dan sejenisnya, Rasulullah Saw. menganjurkan untuk mengatakan, “Aku sedang puasa”. Makna yang mendalam sesungguhnya saat kita bisa memahaminya.

Penyakit umumnya muncul dari pikiran dan makanan. Pikiran yang tenang ditambah dengan pola makan yang teratur serta makanan yang halal akan menjadikan tubuh sehat. Sebaliknya, pikiran resah disebabkan karena kemaksiatan yang dilakukan serta makanan haram serta berlebih akan berujung pada munculnya berbagai macam penyakit. Karena itu, momentum puasa Ramadhan selayaknya dijadikan oleh setiap mukmin untuk tidak sekedar meninggalkan makan dan minum serta yang membatalkannya saja. Lebih dari itu, momentum ini seyogyanya digunakan sebagai moment untuk koreksi diri dengan menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat, makan makanan yang bukan haknya, atau haknya tetapi berlebih. Selain itu menyadari bahwa masih banyak orang yang mengalami lapar dan dahaga sehingga kita seharusnya mau berbagai dengan mereka.

Dengan melakukan introspeksi diri serta berpuasa baik secara fisik maupun non fisik, keseimbangan tubuh akan terjaga. Ujungnya kesehatan jasmani dan ruhani kita raih. Akhirnya kemenangan yang sesungguhnya bisa diperoleh, yakni “Idul Fitri”, kembali kepada kesucian sebagaimana kita dilahirkan dari rahim ibu. Semoga…

Komentar