Jumat, 22 September 2017

Baritan



Baritan
 
Warga Tampak Khusyu' Mengikuti Do'a Bersama
Bulan Muharam menjadi penanda dimulainya babak baru dalam perhitungan kalender hijriyyah. Jumlah bulan dalam perhitungan kelender hijriyyah sama dengan kalender masehi, dua belas bulan. Diantara dua belas bulan tersebut terdapat empat bulan yang mulia diantara bulan lainnya, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Empat bulan ini dianggap sebagai bulan mulia dalam penanggalan kalender hijriyyah.

Bulan Muharam lebih dikenal dengan bulan Suro oleh masyarakat Jawa. Nama Suro berasal dari kata Asyura’, yang artinya hari ke sepuluh. Nenek moyang tanah Jawa mengambil kata suro dari kata tersebut karena tanggal sepuluh bulan muharam termasuk hari yang dimuliakan oleh umat Islam. Bukan hanya umat Islam, tetapi umat Nasrani dan Yahudi pun juga memuliakan hari tersebut. Karenanya disunnahkan puasa pada tanggal sepuluh. Tetapi selain tanggal sepuluh umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa ditanggal sembilannya yang dikenal dengan hari tasu’a. Kesunnahan puasa ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW:

Kamis, 21 September 2017

Buwoh



Buwoh

Anda yang tinggal di Jawa tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah satu ini. Istilah buwoh sudah menjadi populer di masyarakat semenjak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun silam. Entah siapa yang mengenalkan istilah ini untuk pertama kali hingga menjadi istilah yang familier, populer dari masyarakat kelas atas hingga kalangan bawah.

Buwoh sering dikaitkan dengan pesta yang digelar oleh masyarakat pada moment tertentu semisal pernikahan, lahiran, khitanan, aqiqah dan semisalnya. Namun, ada juga yang bukan berbentuk pesta melainkan selamatan atau ruwatan, semisal mendirikan rumah, sewonan dan sebagainya. Kebiasaan ini telah mengakar kuat hingga menjadi darah daging yang melekat dalam sanubari masyarakat. 

Rabu, 20 September 2017

Muhasabah



Muhasabah

Waktu bergulir begitu cepatnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tanpa terasa kita sudah meninggalkan tahun 1438 H dan menapaki hari pertama di tahun 1439 H. 1438 H menjadi tahun lalu sementara 1439 H menjadi kenyataan kita dimulai saat tenggelamnya matahari sore ini.

Beragam cara orang memperingati pergantian tahun.  Bila pada pergantian tahun masehi, kita lebih banyak disuguhkan dengan perayaan yang serba glamor, mulai dari tiupan terompet, pesta kembang api sampai pesta konser musik di tiap pelosok negeri yang secara langsung disiarkan secara live oleh semua stasiun Televisi, lantas bagaimana dengan pergantian tahun hijriyyah ini? Adakah kita akan merayakan dengan cara yang sama, menggelar berbagai pesta rakyat dan hiburan, atau kita akan menggunakannya sebagai momentum untuk bertafakkur, berpikir akan apa yang selama ini telah kita jalani dan apa yang hendak kita lakukan diesok hari?

Selasa, 19 September 2017

Hijrah



Hijrah

Secara sederhana hijrah berarti pindah. Pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bisa juga diartikan pindah dari satu kondisi kepada kondisi yang lain. Kata hijrah menjadi populer setelah peristiwa hijrah Rasulullah, Muhammad SAW dari kota Makkah ke Madinah untuk menyebarkan agama Islam di sana.

Dalam sejarah sesungguhnya hijrah tidak hanya dilakukan sekali. Akan tetapi beberapa kali umat Islam melakukan hijrah. Hijrah pertama  dan ke dua adalah ke Habasah (Ethiopia). Disusul perpindahan Nabi Muhammad SAW ke Thaif setelah peristiwa pemboikotan di lembah Syiib oleh kaum Quraiys kepada keluarga Nabi, Bani Hasyim dan Muthallib. Namun, sepertinya kata hijrah belumlah begitu populer hingga peristiwa hijrah ke Madinah.

Minggu, 17 September 2017

Usaha



Usaha

Menyimak tausiyah putra da’i sejuta umat, Ustadz Fikri Haikal, seolah menyimak tausiyah abahnya, K.H. Zainudin MZ. Gaya bahasanya dalam bertausiyah, gerak tubuh dan intonasi bicaranya mirip sekali dengan abahnya. Tidak salah bila ada pepatah yang mengatakan, ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Seorang anak biasanya tidak beda jauh dengan orang tuanya.

Saat ini nama beliau sudah masyhur sebagaimana abahnya. Beliau seringkali tampil di acara – acara televisi seperti di program TV One, Damai Indonesiaku. Beliau kerap tampil di acara ini. Mungkin sudah menjadi pentausiyah tetap di acara ini. Tidak salah stasiun ini memilih beliau, karena tausiyahnya yang mantap dan mudah dicerna, disukai oleh banyak kalangan.

Kamis, 14 September 2017

Ketaatan Ibrahim, Kesabaran Ismai



Ketaatan Ibrahim, Kesabaran Ismail
(Seri Pengajian Jum’at PON)

Pengajian Jum’at PON diadakan secara rutin oleh masyarakat Desa Slemanan Udanawu Kabupaten Blitar. Acara ini sudah berjalan sekian tahun lamanya semenjak saya masih berada di bangku Madrasah Aliyah. Sungguh satu kegiatan yang positif, yang perlu untuk terus diistiqamahkan dan digiatkan. Memang, secara kuantitas sudah sangat berkurang, tetapi setidaknya keistiqamahan itu masih tetap terjaga hingga saat ini. Kalau dihitung – hitung, mungkin lebih dari 17 tahun silam mulainya.

Malam ini K.H. Syaikhudin menyampaikan materi tentang ketaatan seorang Ibrahim a.s. dan kesabaran putranya Ismail a.s. Nabi yang mendapat gelar khalilullah sekaligus Abu al-Basyar. Syariatnya sampai har ini masih tetap terjaga dan diikuti oleh umat Nabi Muhammad SAW yang hidup ratusan tahun setelahnya. Bahkan secara tegas al-Qur’an memerintahkan agar semua umat Islam tetap mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus. Dalam al-Qur’an Surat Ali Imran (3); 95:

Selasa, 12 September 2017

Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam


Setiap bangunan kuat memiliki dasar dan pondasi yang kuat. Kualitas pondasi menentukan kokoh dan tidaknya bangunan yang dibangun. Bangunan tidak hanya berbentuk bangunan fisik belaka. Tetapi pengetahuan sesungguhnya juga merupakan bangunan. Kuatnya bangunan ilmu dan pengetahuan yang terejawantahkan dalam bentuk pendidikan sangat bergantung pada dasar dan asas yang menopangnya.

Dasar atau asas pendidikan merupakan landasan berpijak dalam menyusun strategi pendidikan. Asas inilah yang nantinya akan menjadi dasar pijakan pengambilan setiap kebijakan yang ditetapkan untuk meraih tujuan yang diharapkan. 

Dalam al-Qur’an Surat Ibrahim (14); 24-25 disebutkan:

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...