Selasa, 05 Maret 2019

Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (1)

Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (1)



Tulisan ini berawal dari pertanyaan salah satu mahasiswi dari ma’had al-jami’ah dari jurusan PAI yang saat ini sedang berada di jenjang semester 2. Berawal dari kegelisahannya saat mengikuti pembelajaran bahasa Arab. Baginya, bahasa Arab adalah bahasa yang sangat sulit dipahami dengan seperangkat tata bahasa yang “njlimet”.

Bahasa Arab dikenal memiliki keunikan tersendiri dank has bila dibandingkan dengan bahasa lainnya. Dari sisi penulisan, bahasa Arab bukan dimulai dari sisi sebelah kiri sebagaimana umumnya bahasa di dunia. Bahasa Arab dimulai dari sisi kanan menuju sisi sebelah kiri. Di sisi lain bahasa Arab juga memiliki kaidah “i’rab”, yakni terjadinya perubahan bunyi akhir kalimatnya disebabkan karena perbedaan amil yang masuk ke dalam susunan jumlahnya. Satu kaidah tata bahsa yang tidak akan pernah dijumpai dalam tata kaidah bahasa selain bahasa Arab.

Keistimewaan bahasa Arab pula yang telah menyebabkan bahasa ini menjadi satu bahasa yang menarik untuk dipelajari. Apalagi oleh umat Islam di seluruh belahan dunia. Mengingat bahasa kitab suci dan hadits yang menjadi pedoman utama umat Islam tertulis dengan menggunakan bahasa Arab. Karena itu mempelajari bahasa Arab dengan serentetan seluk beluk yang ada di dalamnya mutlak diperlukan dalam rangka untuk menemukan pesan-pesan yang tersirat dalam nash-nash kitab suci dan hadits.

Syarat Taubat


Syarat Taubat

Beberapa saat yang lalu saya telah mengangkat tema tentang Istiqamah dalam bertaubat. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang mengupas tentang taubat. Taubat secara sederhana diartikan sebagai kembali dari hal-hal yang dibenci syara’ kepada hal-hal yang dipuji dan diridhai syara’. Taubat memiliki awal dan akhir sebagaimana pembahasan sebelumnya. Tulisan ini lebih akan membahas mengenai syarat-syarat taubat.

Orang-orang yang bergumul dalam wilayah “hakikat” dari para pencari jalan menuju kepada Allah Swt (salikin) menyatakan bahwa seorang yang merasa menyesal terhadap perbuatan dosa yang telah dilakukannya dan mengakui akan kesalahan yang dilakukan, telah sah taubatnya. Karena Allah Swt tidak menceritakan taubat Nabi Adam as melainkan pengakuan dan rasa penyesalan. Seandainya saja ada hal lain yang mesti ada dalam taubat, maka pastilah Allah Swt akan menambahkan cerita tersebut untuk umat manusia.

Senin, 04 Maret 2019

Anjuran Belajar


Anjuran Belajar



Turunnya wahyu pertama Surat al-Alaq (96); 1-5, merupakan satu tonggak sejarah revolusi bangsa Arab. Bangsa Arab yang kala itu hidup dalam keterpurukan dalam mayoritas aspek kehidupan. Saking terpuruknya bangsa Arab dikenal sebagai bangsa ummi, yakni bangsa yang tidak mengenal baca tulis/buta huruf.

Kehidupan bangsa Arab kala itu jauh dari kata “maju” dan “beradab”. Dari sisi pemerintahan, tata kota, hingga ilmu pengetahuan hampir tidak ada yang menunjukkan adanya kehidupan yang  maju dan beradab. Dari sisi kepercayaan bangsa Arab banyak yang menyembah berhala yang mereka ciptakan sendiri. Diantanya adalah latta, uzza, manat dan hubal.

Dari sisi sosiologis, bangsa Arab tidak menghargai kaum hawa, sebagai seorang yang telah melahirkan dan merawat mereka saat masih kecil. Perempuan cenderung dipinggirkan dan bahkan tidak segan-segan mereka membunuh dan mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena merasa malu. Sungguh satu kehidupan yang sangat jauh dari kata “berperikemanusiaan”.

Dua Hal yang Membahayakan Tawakkal


Dua Hal yang Membahayakan Tawakkal


Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt dalam setiap urusan. Tawakkal adalah menyerahkan semua urusan kepada Allah Swt. Dengan bertawakkal bukan berarti seseorang meninggalkan ikhtiyar dalam upaya mencari karunia-Nya.

Tidak ada satu hal yang menimpa manusia melainkan atas takdir Allah Swt. Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Taubah (9); 51:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya: Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. Al-Taubah (9); 51)

Jumat, 01 Maret 2019

Jenis-Jenis Ulama


Jenis-Jenis Ulama


Keberadaan ulama sebagai pewaris Rasul bukan hal yang diragukan lagi. Keterangan hadits telah menjelaskan setegas-tegasnya bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Pewaris dalam hal ilmunya, yang dengan ilmu tersebut ia menyelamatkan dirinya dan umat yang lain dari segala bentuk kesesatan.

Namun demikian, tidak lantas setiap ulama mendapat jaminan masuk surga. Sebagian di antara mereka akan masuk surga dan sebagian lain, mungkin saja masuk ke dalam neraka. Yakni, tempat di mana segala bentuk siksa yang tidak pernah disaksikan dan dirasakan oleh siapapun ada di sana.

Kamis, 28 Februari 2019

Ma’had al-Jami’ah Tulungagung Kunjungi Maqbarah Auliya’


Ma’had al-Jami’ah Tulungagung Kunjungi Maqbarah Auliya’


Ziyarah maqbarah seolah menjadi hal yang telah mendarah daging dalam diri umat Islam Indonesia, terutama masyarakat muslim Jawa. Ziyarah maqbarah dilakukan untuk mengenang dan mengingat jasa-jasa para pendahulu serta ngalap berkah supaya lebih diberikan lagi semangat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah Swt.

Secara hukum Islam tidak ada larangan yang menjelaskan haramnya berziarah kubur. Bahkan berdasarkan riwayat hadits, ziyarah maqbarah merupakan satu hal yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. Disebutkan dalam satu hadits:
إني نهيتكم عن زيارة القبور فزُوروها فإنَّ فيها عِبْرةً ... الحديث

Artinya: “Sesungguhnya (dulu) aku melarang kalian menziarahi kubur, maka (sekarang) ziarahlah, karena (dalam) ziyarah itu terdapat pelajaran yang baik (ibrah)…(Musnad al-Hambali dalam Bab Wasi’ bin Hibban).

Rabu, 27 Februari 2019

Hakikat Diri


Hakikat Diri

“Apa yang engkau lakukan saat tiada orang melihatmu, itulah diri kamu yang sesungguhnya”
Ainun Najib

Jika kita ingin tahu siapa diri kita sesungguhnya, maka telitilah diri sendiri saat sendiri. Perilaku seseorang ketika sendirian mencerminkan pribadi dirinya yang sesungguhnya. Pribadi yang tidak dijajah oleh siapapun di luar dirinya.

Saat seseorang berada di tengah-tengah kerumunan banyak orang, apa yang nampak dan terlihat dari apa yang dikerjakannya tidak mencerminkan pribadinya yang sesungguhnya. Seorang yang berada di tengah banyak orang lebih banyak menunjukkan perilaku baik yang menunjukkan dirinya sebagai pribadi perfect dan istimewa dihadapan orang lain. Dengan kata lain, setiap perilaku yang dilakukannya boleh jadi merupakan bentuk pencitraan.

Banyak orang yang rajin bekerja saat ditunggui atasan, namun sebaliknya saat atasan sedang bepergian, mendadak malas menerpa. Banyak juga orang yang rajin ibadah saat bersama dengan teman-temannya, berada di tengah banyak orang rajin memutar tasbih, berlama-lama dalam i’tikaf dan sebagainya. Namun saat sendiri, dia menyibukkan diri dengan kemaksiatan. Karena itu, jika anda ingin tahu bagaimana sejatinya diri anda, maka lihatlah saat anda sedang sendiri.

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...