Klepon, Kue Khas Indonesia Yang Mendadak Viral
Beberapa hari ini, publik mendadak dihebohkan dengan klepon,
makanan khas Indonesia. Makanan yang terbuat dari tepung ketan, berbentuk
bulat, terbalut parutan kelapa dan di dalamnya terdapat parutan gula kelapa. Makanan
yang biasanya menjadi jajanan anak-anak hingga orangtua saat belanja ke pasar. Makanan
yang banyak disukai anak-anak karena rasanya yang manis. Mengapa makanan ini
mendadak viral dan menjadi perbincangan di public?
Sederhana saja, ada satu gambar yang tersebar menunjuk kue ini
sebagai makanan yang tidak islami. Menunjuk bahwa kue ini adalah jajanan yang
tidak islami dan mengajar para pelihatnya untuk menggantinya membeli jajanan
islami berupa aneka kurma yang tersedia di toko syariahnya. Sontak, postingan
tersebut menjadi tranding topic yang menuai banyak tanggapan.
Ala kulli hal, saya tidak
ingin memperdebatkan lagi masalah klepon. Apakah ia termasuk makanan islami
atau tidak. Yang jelas, klepon halal karena terbuat dari bahan-bahan yang jauh
dari apa yang dilarang Islam. Karena itu, klepon tetap halal dan tidak perlu
diperdebatkan lagi ke halalannya. Dalam kaidah ushul disebutkan:
الأصل
فى الأشياء الإبحة حتى يدل الدليل على التحريم
Artinya: “Hukum asal segala sesuatu adalah
boleh/mubah sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya.”
Sejauh ini belum ada petunjuk yang menunjukkan
keharamannya karena dinilai berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Tidak mengandung
bahan yang telah disebutkan keharamannya di dalam al-Qur’an, al-hadits, maupun
qaul para ulama salaf sholih sehingga hal ini menunjukkan bahwa klepon masih
tetap halal dikonsumsi oleh siapapun.
Bagi saya yang perlu menjadi sorotan adalah
motif dibalik munculnya gambar klepon di tengah pandemi ini. Apakah ada motif
dibalik pengunggahan gambarnya yang tentunya bisa saja berbahaya bagi kesatuan
Negara Republik Indonesia ini. Negara yang dihuni beragam suku, bangsa, agama,
ras namun tetap disatukan oleh semangat Bhineka Tunggal Ika-annya.
Saya teringat mau’idzah dari Maulana Habib
Luthfi bin Yahya pada saat Tausiyah di Jum’at Kliwon 03 Juli 2020, yang
diunggah akun Chanel MT Darul Hasyimi Jogja. Beliau mengajak agar kita semakin
memperkuat hati untuk ta’alluq kepada Allah. Menurut beliau jika ta’alluq
kepada makhluk,-termasuk di dalamnya takut melakukan sesuatu karena musim
pandemi, hatinya menjadi kecil, dan karena itu hati yang kecil mudah
diprofokasi dan dipecah belah. Beliau bahkan sampai berdiri saat menyampaikan
hal ini.
Jangan-jangan kemunculan dibalik viralnya “klepon
jajanan tidak islami” di tengah musim pandemi adalah permainan dari pihak-pihak
yang ingin melihat hancurnya bangsa besar yang wilayahnya membentang dari
Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita untuk tidak dengan
mudah dibenturkan antara satu dengan lainnya.
Waspada dan tidak mudah untuk saling mengumbar
cacian, menurut saya, adalah pilihan terbaik supaya tidak semakin memperkeruh
situasi dan kondisi di tengah pandemi. Saat dimana banyak orang sedang berjuang
melawan keadaan yang boleh jadi menjadikan hatinya “terkikis” ta’alluq-nya
kepada Allah sebagaimana disampaikan Maulana Habib Luhtfi sehingga mudah
diprovokasi dan dibenturkan satu dengan lainnya dan akibatnya mereka yang ingin
menghancurkan NKRI tertawa karenanya.
Ala kulli hal, perlu juga disyukuri, karena dengan
mencuatnya isu ini, “Citra Klepon” sebagai kue jajan pasar terangkat hingga
menjadi tranding topic. Dan semoga tranding topic “klepon” diikuti oleh laris
manisnya jajanan klepon di pasar.
Komentar
Posting Komentar