Hari Arafah
Pada artikel sebelumnya saya sedikit mengulas mengenai hari
tarwiyah, maka artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya. Jika
tarwiyah dinisbatkan pada keraguan yang ada pada diri Nabi Ibrahim As. apakah
perintah tersebut benar berasal dari Allah Swt., berupa wahyu yang
disampaikan-Nya melalui mimpi, maka arafah adalah jawaban atas rasa keraguan
tersebut.
Setelah Nabi Ibrahim As. menjalankan puasa pada hari tarwiyyah,
pada malam harinya, kembali ia mendapatkan wahyu dari Allah Swt. berupa
perintah untuk menyembelih putranya, Ismail. Sebagai seorang nabi, tentu dengan
isyarat kedua ini, beliau menjadi yakin dan percaya bahwa memang perintah
tersbeut berasal dari Allah, bukan dari setan.
Keyakinan tersebut mendorong Nabi Ibrahim As. untuk menyampaikan
ihwal tersebut kepada putranya Isma’il. Hal itu sebagaimana yang dikabarkan
oleh al-Qur’an:
فَلَمَّا بَلَغَ
مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102)
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar". (Qs. Al-Shaffat (37); 102)
Setelah hal tersebut disampaikan
kepada putranya, ternyata putranya yang sholih menerima dengan kerelaan hati
apa yang menjadi perintah Allah untuk menyembelih dirinya. Dengan ikhlas dan
tegas dia menjawab agar ayahnya melaksanakan perintah tersebut.
Perlu diketahui bahwa ada
perbedaan diantara mufassir tentang siapa yang disembelih tersebut. Sebagian
riwayat mengatakan bahwa yang disembelih adalah Ishaq As. dan sebagian lagi
menyebut Ismail As. Allah yang lebih mengetahui kebenarannya.
Perintah penyembelihan tersebut
pada akhirnya menjadi bagian dari syariat Islam, yakni pada tiap hari nahr dan
tasyrik, disunnahkan secara muakkad agar menyembelih binatang kurban.
Adakalanya berupa unta, sapi, maupun kambing. Semua itu semata-mata dilakukan
untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., bukan untuk tujuan yang lain.
Sebagaimana di hari tarwiyah, umat
muslim juga diperintah untuk menjalankan puasa di hari arafah. Adapun niatnya sebagai
berikut:
1.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلّهِ
تَعَالَى
2.
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَةً لِلّهِ تَعَالَى
3.
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَاالْيَوْمَ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ
عَرَفَةَ
Selain itu, di waktu arafah para jama’ah haji
sedang melaksanakan wuquf di Arafah. Wuquf merupakan puncak dari ibadah haji,
yang siapa saja tidak melakukannya, maka hajinya belum diannggap sah. Sangat
dianjurkan untuk memperbanyak do’a, utamanya untuk mendo’akan para jama’ah haji
agar hajinya diterima dan menjadi haji mabrur. Semoga kita semua segera
dipanggil untuk menunaikan ibadah haji di Makkah al-Mukarromah. Aamiin
Komentar
Posting Komentar