Istighfar Anak Untuk Orangtuanya yang Telah Wafat
Orang tua adalah sebab keberadaan seseorang di dunia. Karena keduanya
seorang bisa merasakan kehidupan, merasakan kenikmatan, dan bisa
mengistirahatkan tubuhnya sekedar untuk menghilangkan rasa penat.
Seorang ibu, berjuang dengan segenap jiwa raganya semenjak ia
mengandung, melahirkan hingga membesarkan anak-anaknya. Tak jarang, ia menaham
lapar, supaya anak-anaknya bisa makan. Menahan capek, demi mendapatkan sesuap
makanan untuk buah hatinya.
Seorang ayah, dengan penuh kesabaran dan tanggung jawabnya berupaya
keras mencari nafkah agar ia bisa membesarkan dan mendidik anak-anaknya
berkecukupan. Meski ia sedang dalam keadaan terpuruk, ia tetap tunjukkan rasa
percaya dirinya di depan keluarga, agar anak istrinya tetap memiliki harapan
besar untuk menjadi orang hebat di masa mendatang. Tak jarang, untuk
mensekolahkan dan mengkuliahkan anak-anaknya, ia korbankan keinginannya, saat
uang tidak ada ia berusaha ke sana dan kemari untuk membiayai anak-anaknya,
tanpa sedikitpun anak diberi tahu kesusah payahannya. Cukuplah ia yang
merasakan anak istriku jangan.
Saat sang buah hati sakit, ia merasa sedih dan berjaga untuknya,
kalau-kalau buah hatinya membutuhkannya. Setia tetap disampingnya dan
memanjatkan do’a, andai saja ia bisa memindahkan rassa sakit itu, biarlah ia
rasakan asal anaknya sehat.
Itulah, sekelumit gambaran orang tua. Karena itu, sudah sepatutnya
seseorang senantiasa mensyukuri dan mengingat atas jerih payah orangtuanya. Saat
mereka hidup dengan ketulusan hati, berbakti pada keduanya, patuh pada
perintahnya dan berusaha sekuat mungkin untuk selalu membuatnya bahagia. Tersenyum
setiap hari saat memandangnya dan menjauhkannya dari berbagai persoalan yang
bisa membuatnya menderita.
Berusaha menunjukkan jalan yang lurus dengan cara yang baik, bukan
jalan yang buruk. Mengajaknya untuk taat pada perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Berusaha untuk menjadi sebab bagi keduanya memasuki surga yang
dijanjikan-Nya, bagi mereka yang bertqwa.
Saat mereka telah tiada seyogyanya anak senantiasa berdo’a untuk
kedua orangtuanya. Memohonkan ampun atas semua dosa dan kesalahannya selam
hidup di dunia. Jangan sebaliknya, hanya berebut harta warisan tanpa
mempedulikan mereka yang telah jatuh-bangun berjuang mendapatkannya demi anak
cucu keturunannya. Apakah do’a dan istighfar untuk keduanya bisa sampai dan
diterima?
Sebagian orang beranggapan bahwa do’a untuk orang yang telah
meninggal tidak sampai. Alasannya bahwa setelah seseorang meninggal,
terputuslah amalnya. Ia akan diberi balasan sebagaimana yang dilakukannya
semasa hidup dan disiksa atas dosa yang diperbuatnya selama hidup. Semua telah
tertututp dan tidak ada lagi seorangpun yang bisa membantunya setelah kematian.
Akan tetapi sebagian ulama meyakini dengan seyakin-yakinnya, -dan
saya mengikuti pendapat ini, bahwa do’a dan istighfar akan sampai pada mereka
yang telah meninggal dunia. Anak yang berbakti pada kedua orangtuanya,
senantiasa mendo’akan keduanya dalam munajatnya akan menjumpai kedua orangtuanya
kelak di akhirat penuh dengan kebahagiaan. Istighfar yang diperuntukkan bagi
kedua orangtuanya diterima sehingga keduanya diangkat derajatnya tinggi di sisi
Allah Swt.
Ibnu Majah meriwayatkan hadits sebagai berikut:
عن
أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الرجل
لترفع درجته فى الجنة فيقول أنى هذا؟ فيقال باستغفار ولدك لك (رواه ابن ماجه)
Artinya: Dari Abi Hurairah dari Nabi Saw.,
Rasylullah Saw.bersabda: “Sesungguhnya seorang lelaki diangkat derajatnya di
surga.” Lalu ia bertanya, “Dengan sebab apa ini?”, Kemudain dijawab, “Dengan
istighfar anakmu untukmu”. (HR. Ibnu Majah)
Istighfar seorang anak untuk kedua orangtuanya
telah mengangkat derajat keduanya di surga. Ini menandakan bahwa ihda’
tsawabul a’mal kepada mereka yang telah meninggal sampai dan diterima Allah
Swt. Karenanya tidak ada alasan bagi seorang anak untuk tidak mendo’akan kedua
orangtuanya yang telah mendahului.
اللهم اغفرلي ذنوبي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
Komentar
Posting Komentar