Kamis, 21 September 2017

Buwoh



Buwoh

Anda yang tinggal di Jawa tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah satu ini. Istilah buwoh sudah menjadi populer di masyarakat semenjak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun silam. Entah siapa yang mengenalkan istilah ini untuk pertama kali hingga menjadi istilah yang familier, populer dari masyarakat kelas atas hingga kalangan bawah.

Buwoh sering dikaitkan dengan pesta yang digelar oleh masyarakat pada moment tertentu semisal pernikahan, lahiran, khitanan, aqiqah dan semisalnya. Namun, ada juga yang bukan berbentuk pesta melainkan selamatan atau ruwatan, semisal mendirikan rumah, sewonan dan sebagainya. Kebiasaan ini telah mengakar kuat hingga menjadi darah daging yang melekat dalam sanubari masyarakat. 

Rabu, 20 September 2017

Muhasabah



Muhasabah

Waktu bergulir begitu cepatnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tanpa terasa kita sudah meninggalkan tahun 1438 H dan menapaki hari pertama di tahun 1439 H. 1438 H menjadi tahun lalu sementara 1439 H menjadi kenyataan kita dimulai saat tenggelamnya matahari sore ini.

Beragam cara orang memperingati pergantian tahun.  Bila pada pergantian tahun masehi, kita lebih banyak disuguhkan dengan perayaan yang serba glamor, mulai dari tiupan terompet, pesta kembang api sampai pesta konser musik di tiap pelosok negeri yang secara langsung disiarkan secara live oleh semua stasiun Televisi, lantas bagaimana dengan pergantian tahun hijriyyah ini? Adakah kita akan merayakan dengan cara yang sama, menggelar berbagai pesta rakyat dan hiburan, atau kita akan menggunakannya sebagai momentum untuk bertafakkur, berpikir akan apa yang selama ini telah kita jalani dan apa yang hendak kita lakukan diesok hari?

Selasa, 19 September 2017

Hijrah



Hijrah

Secara sederhana hijrah berarti pindah. Pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bisa juga diartikan pindah dari satu kondisi kepada kondisi yang lain. Kata hijrah menjadi populer setelah peristiwa hijrah Rasulullah, Muhammad SAW dari kota Makkah ke Madinah untuk menyebarkan agama Islam di sana.

Dalam sejarah sesungguhnya hijrah tidak hanya dilakukan sekali. Akan tetapi beberapa kali umat Islam melakukan hijrah. Hijrah pertama  dan ke dua adalah ke Habasah (Ethiopia). Disusul perpindahan Nabi Muhammad SAW ke Thaif setelah peristiwa pemboikotan di lembah Syiib oleh kaum Quraiys kepada keluarga Nabi, Bani Hasyim dan Muthallib. Namun, sepertinya kata hijrah belumlah begitu populer hingga peristiwa hijrah ke Madinah.

Minggu, 17 September 2017

Usaha



Usaha

Menyimak tausiyah putra da’i sejuta umat, Ustadz Fikri Haikal, seolah menyimak tausiyah abahnya, K.H. Zainudin MZ. Gaya bahasanya dalam bertausiyah, gerak tubuh dan intonasi bicaranya mirip sekali dengan abahnya. Tidak salah bila ada pepatah yang mengatakan, ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Seorang anak biasanya tidak beda jauh dengan orang tuanya.

Saat ini nama beliau sudah masyhur sebagaimana abahnya. Beliau seringkali tampil di acara – acara televisi seperti di program TV One, Damai Indonesiaku. Beliau kerap tampil di acara ini. Mungkin sudah menjadi pentausiyah tetap di acara ini. Tidak salah stasiun ini memilih beliau, karena tausiyahnya yang mantap dan mudah dicerna, disukai oleh banyak kalangan.

Kamis, 14 September 2017

Ketaatan Ibrahim, Kesabaran Ismai



Ketaatan Ibrahim, Kesabaran Ismail
(Seri Pengajian Jum’at PON)

Pengajian Jum’at PON diadakan secara rutin oleh masyarakat Desa Slemanan Udanawu Kabupaten Blitar. Acara ini sudah berjalan sekian tahun lamanya semenjak saya masih berada di bangku Madrasah Aliyah. Sungguh satu kegiatan yang positif, yang perlu untuk terus diistiqamahkan dan digiatkan. Memang, secara kuantitas sudah sangat berkurang, tetapi setidaknya keistiqamahan itu masih tetap terjaga hingga saat ini. Kalau dihitung – hitung, mungkin lebih dari 17 tahun silam mulainya.

Malam ini K.H. Syaikhudin menyampaikan materi tentang ketaatan seorang Ibrahim a.s. dan kesabaran putranya Ismail a.s. Nabi yang mendapat gelar khalilullah sekaligus Abu al-Basyar. Syariatnya sampai har ini masih tetap terjaga dan diikuti oleh umat Nabi Muhammad SAW yang hidup ratusan tahun setelahnya. Bahkan secara tegas al-Qur’an memerintahkan agar semua umat Islam tetap mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus. Dalam al-Qur’an Surat Ali Imran (3); 95:

Selasa, 12 September 2017

Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam


Setiap bangunan kuat memiliki dasar dan pondasi yang kuat. Kualitas pondasi menentukan kokoh dan tidaknya bangunan yang dibangun. Bangunan tidak hanya berbentuk bangunan fisik belaka. Tetapi pengetahuan sesungguhnya juga merupakan bangunan. Kuatnya bangunan ilmu dan pengetahuan yang terejawantahkan dalam bentuk pendidikan sangat bergantung pada dasar dan asas yang menopangnya.

Dasar atau asas pendidikan merupakan landasan berpijak dalam menyusun strategi pendidikan. Asas inilah yang nantinya akan menjadi dasar pijakan pengambilan setiap kebijakan yang ditetapkan untuk meraih tujuan yang diharapkan. 

Dalam al-Qur’an Surat Ibrahim (14); 24-25 disebutkan:

Wisuda Tahfidz Perdana Ma'had al-Jami'ah IAIN Tulungagung



Wisuda Tahfidz Perdana Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung
(IAIN Tulungagung Integrasikan Model Pendidikan Salafiy dan Modern)
 
Foto Bersama Rektor IAIN Tulungagung dan Pengelola Ma'had al-Jami'ah
Minggu, 10 September 2017, menjadi moment sejarah pertama Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung secara seremonial di hadapan ribuan wali mahasantri IAIN Tulungagung mengadakan wisuda angkatan I mahasantri tahfidz al-Qur’an. Kegiatan ini adalah salah satu agenda yang kedepan akan terus ditingkatkan sebagai sebuah upaya dalam mewujudkan kampus IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban. Hadir dalam kesempatan ini Drs.H. Saifullah Yusuf yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Timur. Adapun jumlah mahasantri tahfidz yang diwisuda kali ini adalah dua puluh semilan huffadz.

Dalam sambutannya Rektor IAIN Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag. menyampaikan ucapan selamat datang dan rasa terima kasih atas kesediaan Wakil Gubernur ini. Beliau menyampaikan bahwa secara historis, IAIN Tulungagung didirikan oleh para kyai kala itu untuk kepentingan dakwah dan syiar Islam. Karenanya dalam sejarah perkembangannya IAIN Tulungagung tidak boleh melupakan khiththahnya sebagai lembaga dakwah dan syiar keislaman. Akan tetapi yang perlu diingat adalah bahwa dakwah yang dilakukan haruslah dakwah yang sesuai dengan semangat keberagaman dan toleransi sebagaimana semboyan Negara Kesatuan Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Meski berbeda tetapi tetap satu jua. Karenanya dakwah mesti dilakukan secara damai tanpa ada unsure radikalisme di dalamnya.

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...