Dimensi Material Puasa
Selain memiliki dimensi spiritual, puasa juga memiliki dimensi
material –menurut saya. Mungkin anda bertanya apa yang saya maksudkan dengan
dimensi material ini. Material kerap kali atau bahkan selalu dihubungkan dengan
sesuatu yang bersifat bendawi, kasar dan kasat mata. Jika dimensi spiritual
selalu dihubungkan dengan sesuatu yang mistis, maka sebaliknya dimensi material
didudukkan sebagai hal yang bisa diukur, dijangkau, ditemukan dan dirasakan
keberadaannya. Demikian kira – kira gambarannya. Lantas apa yang dimaksud
dimensi material puasa dalam pembahasan ini?
Dimensi material puasa yang saya maksudkan di sini adalah atsar
atau pengaruh yang ditimbulkan atau dirasakan oleh badan wadag seseorang
setelah ia menjalankan puasa. Saya tidak hanya menunjuk puasa di sini sebagai puasa
Ramadlan saja, melainkan semua puasa yang dijalankan oleh seseorang, baik yang
wajib, sunnah atau hanya sekedar riyadlah dengan maksuda dan tujuan tertentu
yang sejalan dengan tuntunan syariat. Yang jelas puasa secara umum, namun
karena konteks saat ini adalah bulan suci Ramadlan, bolehlah anda mengartikan
atau menunjuk puasa di sini sebagai puasa Ramadlan. Menurut saya, itu sah – sah
saja dan benar.
Saya yakin bahwa semua orang sadar betul bahwa manusia itu tersusun
dari dua unsur yang saling melengkapi, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan
lainnya. Jika satu di antaranya hilang atau telah meninggalkan unsur lainnya,
secara otomatis, ia tidak lagi disebut sebagai manusia, melainkan sebutan yang
lain. Kedua unsur penyusun manusia yang saling melengkapi itu adalah jasmani
dan ruhani. Jika keduanya berpisah, ruh meninggalkan badan wadag secara
otomatis, ia bukan lagi dinamakan manusia, tetapi mayat. Kedua unsur ini sama –
sama memiliki peran yang satu dengan lainnya saling melengkapi. Keduanya harus
diperhatikan, bila tidak, boleh jadi akan terjadi ketimpangan. Ketimpangan dalam
wadag jasmani menyebabkan seseorang jatuh sakit, sementara ketimpangan dalam
hal ruhani bisa jadi menyebabkan seseorang stress atau lebih parah lagi
kehilangan akal warasnya, “Gila”.
Puasa selain memiliki dimensi spiritual, ia juga memiliki dimensi
material. Pengaruh puasa akan sangat terasa bagi mereka yang mau berpikir
secara mendalam serta peka terhadap segala bentuk perubahan yang dialami oleh
tubuhnya. Orang yang tidak merasakan bagaimana perubahan yang dialami oleh
tubuhnya saat atau setelah menjalankan puasa, berarti ia belum mencermati
secara teliti perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Puasa yang dijalankannya
hanya sekedar menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, sementara bagian
spiritualnya yang diwakili oleh akal yang mestinya digunakan untuk berpikir dan
hatinya yang semestinya digunakan untuk peka terhadap ibrah yang diselipkan
Tuhan dalam setiap perintah-Nya belum dipotensikan secara maksimal. Siapa yang
salah? Tidak perlu ada yang disalahkan. Jadikan saja sebagai sebuah pengalaman
yang kemudian dijadikan sebagai bahan renungan dan perbaikan kehidupan di masa
yang akan datang.
Saat ini kita hidup di era modern yang serba maju dan canggih. Tidak
hanya dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan saja, bahkan dalam urusan
makanan dan minuman juga mengalami perubahan yang sangat luar biasa. Bila nenek
moyang kita dulu untuk memakan hasil panennya harus menunggu dalam waktu lama,
kini pertanian modern dengan alasan efisiensi dan efektifitas serta peningkatan
produktifitas telah berhasil menemukan berbagai cara untuk meningkatkan hasil
panen dalam waktu yang sangat cepat. Berbagai produk pupuk kimia, obat – obatan
kimiawi dibuat dan diciptakan untuk proses percepatan hasil panen. Alhasil,
hasilnya dalam waktu hanya beberapa bulan, tanaman sudah siap panen dan
hasilnya pun melimpah. Petani senang, karena hasil panennya seolah menuai
untung yang berlipat ganda. Tetapi, sadarkah kita bahwa selain ada manfaatnya,
bahaya yang ditimbulkan juga banyak.
Di era sekarang ini sulit rasanya, atau bahkan tidak mungkin kita
akan menghindarkan diri dari berbagai jenis makanan yang mengandung unsur
kimia. Jika anda ingin makanan anda alami tanpa ada unsur kimia, tanamlah
sendiri apa yang anda ingin makan, dan biarkan ia tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya tanpa bahan kimia. Boleh lah anda mengambil pupuk organik untuk
membantu pertumbuhannya. Karenanya, sesungguhnya setiap hari tubuh kita
dimasuki oleh berbagai macam racun yang ikut serta dibawa oleh unsur kimia
tadi. Sebab itulah banyak muncul berbagai penyakit yang menyerang manusia,
mulai dari sekedar pegal – pegal sampai yang parah sekalipun semisal kanker. Salah
satu faktor penyebabnya adalah makanan yang masuk ke dalam tubuh bersamaan
dengan makanan yang kita konsumsi.
Perlu juga dicermati dan dipahami bahwa saat manusia tidur, semua
organ tubuhnya istirahat, tetapi ada juga organ yang tetap melakukan kerjanya. Bila
kerjanya tetap berat, bisa kita bayangkan bahwa organ tersebut lambat laun akan
mengalami disfungsinya, akibatnya orang tersebut akan jatuh sakit. Sama halnya
dengan perabot elektronik dan lainnya, semakin sering digunakan, semakin cepat
juga rusaknya, apalagi bila ‘semau gue’ makainya. Semua tergantung pemakaian. Termasuk
di antara organ yang tidak pernah berhenti melakukan kerjanya adalah organ
pencernaan manusia.
Sungguh satu keistimewaan bila ternyata Allah mensyariatkan puasa
untuk manusia. Puasa selain merupakan bentuk ketaatan seorang hamba pada
Tuhannya sesungguhnya juga memiliki manfaat yang besar bagi yang
menjalankannya. Dengan berpuasa seseorang paling tidak mengurangi jumlah
kimiawi yang masuk ke dalam tubuhnya bersama makanan dan minuman yang
dikonsumsinya. Sedikit banyak ini akan mengurangi resiko berkembangnya penyakit
dalam dirinya. Apalagi bila kita mau menjalankan puasa minimal tiga hari di
awal dan akhir tiap bulan sebagaimana riwayat yang dianjurkan salaf shalih. Tentu
hal ini semakin mempersepit resiko berkembangnya penyakit yang tidak
dikehendaki.
Puasa juga bisa memperingan kerja organ pencernaan kita, minimal
seharian saat kita bertahan untuk tidak makan dan minum. Satu hal yang hampir
tidak pernah kita lakukan di luar Ramadlan. Nah, karena jumlah makanan yang
masuk ke dalam tubuh berkurang saat puasa secara otomatis, organ pencernaan
kita seolah mengalami proses istirahat. Tentu setelah ia istirahat kondisinya
akan lebih baik daripada tidak istirahat sama sekali. Sama dengan kita,
bayangkan saja bila kita dipaksa untuk terus bekerja siang dan malam. Apa yang
akan kita rasakan? Mungkin akal anda senang karena sebentar lagi akan mendapat
jatah uang lembur, tapi bagaimana dengan tubuh anda? Mungkin ia akan protes
karena haknya tidak anda penuhi, yakni istirahat. Bagaimana protesnya? Tentu bukan
teriak sebagaimana kita, ia akan kecapaian dan bila sudah tidak kuat
menanggung, ia jatuh sakit. Begitu juga dengan organ pencernaan kita.
Saat puasa sesungguhnya juga terjadi pembakaran besar – besaran dalam
tubuh kita. Maka tidak salah bila bulan disyariatkannya puasa itu disebut
dengan Ramadlan yang artinya adalah pembakaran. Coba rasakan apa yang ada dalam
diri anda saat puasa. Tentunya anda akan merasakan panas dalam tubuh. Mengapa? Karena
seharian anda tidak makan dan minum. Diri anda dibakar oleh rasa lapar dan
dahaga. Nah, di sini lah sesungguhnya terdapat sebuah proses pembakaran besar –
besaran terhadap lemak – lemak jenuh yang ada di dalam tubuh sehingga tubuh
akan terasa lebih ringan saat menjalankan aktifitasnya, -bagi mereka yang mau
mengambil hikmahnya, bagi yang tidak lain ceritanya.
Mungkin anda akan menyangkal, bukankah saat puasa, justru kita
makan di malam hari? Makan malam hari seringkali dihubungkan dengan berat badan
yang berlebihan. Ya, mengapa? Karena jika anda makan di malam hari sementara
anda kurang melakukan aktifitas, maka makanan itu justru akan mengendap menjadi
lemak dan boleh jadi menjadi sumber penyakit. Tetapi itu tidak berlaku bagi
mereka yang puasa di bulan Ramadlan. Coba perhatikan betapa indahnya ketetapan syariat
yang diberikan-Nya.
Saat Ramadlan Allah juga mensyariatkan adanya shalat tarawih. Berapa
jumlah rakaatnya, tergantung keyakinan anda masing – masing dan tidak perlu
diperdebatkan mana yang benar dan mana yang salah. Semuanya benar menurut
keyakinan masing – masing, yang salah adalah yang tidak shalat tarawih tapi
memperdebatkan jumlah rakaatnya. Hehehe…
Memang kita makan di malam hari, waktu dimana seringkali seseorang
tidak menjalankan aktifitas karena malam diciptakan Allah sebagai waktu untuk
istirahat. Tetapi khusus bulan Ramadlan Allah mensyariatkan shalat tarawih
sebagai bentuk solusi dalam mengatasi obesitas yang mungkin saja di alami
seseorang karena makan di waktu malam. Saat kita menjalankan tarawih, maka
seluruh anggota tubuh kita bergerak. Otot – otot kita yang semula kaku menjadi
lentur. Saraf – saraf yang awalnya tegang menjadi rileks, tanpa beban. Oksigen
yang sulit naik ke atas kepala karena kebanyakan kita hanya duduk dan berdiri,
kini menjadi mudah, karena kita gunakan untuk bersujud kepada-Nya. Otot – otot pada kaki dan jari jemari kaki
yang konon paling banyak sarafnya yang menghubungkan kepada seluruh jaringan
tubuh akan menjadi regang. Hasilnya, darah mengalir dengan lancar ke seluruh
tubuh. Pasokan oksigen ke kepala lancar sehingga rasa pusing dan sakit kepala
akibat tegangnya pikiran menjadi berkurang. Hmm… nikmat mana lagi yang hendak
kita dustakan?
Sungguh ternyata bila kita mau mengkaji dan terus mengambil hikmah
dari setiap apa yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya akan muncul
berbagai pengetahuan dan hikmah di dalamnya. Hanya orang yang tidak mau
mensyukuri nikmat akalnya saja yang tidak bisa menemukan rahasia – rahasia dibalik
semua perintahnya. Ini lah yang saya sebut dengan dimensi material dalam puasa.
Sesungguhnya masih banyak rahasia yang ada di dalamnya, namun karena
keterbatasan pengetahuan penulis, mungkin bisa dikaji dan digali lagi hikmah di
dalam syariat puasa.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam....
Komentar
Posting Komentar