Halal bi Halal
Keluarga Besar IAIN Tulungagung 2017
Hari ini, Selasa 4 Juli 2017, keluarga besar Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung berkumpul di aula utama untuk mengikuti acara halal bi
halal. Acara ini sudah menjadi tradisi yang diadakan secara rutin oleh sivitas
akademika IAIN Tulungagung pada tiap bulan Syawwal. Lebih tepatnya, pada awal
masuk setelah liburan hari raya Idul Fitri.
Pada tahun ini, Dr. K.H. Muntahibun Nafis, M.Ag. di dapuk sebagai
mau’idlatul hasanah. Berbeda dari umumnya kyai yang menyampaikan mau’idlatul
hasanah, bersurban, kopyah dan semacamnya, kyai satu ini justru memakai pakaian
adat Jawa dengan blangkon sebagai ciri khasnya. Pengalaman studinya di luar
negeri baik di Timur Tengah (Riyadl, King Saud) dan tetangga sebelah di Australia
tentu menjadi nilai lebih yang dimiliki kyai muda ini.
Dalam paparannya beliau menggugah semangat para dosen dan seluruh
sivitas akademika IAIN Tulungagung untuk lebih membuka diri dalam menatap dunia
lebih – lebih dalam hal ilmu pengetahuan. Beliau menjelaskan bahwa apa yang
telah ditahbiskan IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban adalah
hal besar yang membutuhkan perjuangan sungguh – sungguh dari semua pihak,
terutama sivitas akademika terlebih unsur dosen sebagai tenaga pendidik yang
menyiapkan generasi bangsa.
Pemilihan istilah peradaban tentu adalah satu pemilihan yang
mengandung maksud dan tujuan besar. Peradaban lebih bersifat hard bukan soft.
Oleh karenanya butuh sebuah pembuktian, bukan hanya sekedar teori belaka. Dosen
sebagai tenaga pendidik dituntut untuk memiliki wawasan luas dan mengembangkan
wawasan keilmuan akademiknya. Selain itu ia juga harus mampu menemukan inovasi
dalam bidang kajian yang menjadi spesifikasinya. Beliau menyampaikan, jangan
hanya berkutat pada wilayah Tulungagung saja, tetapi cobalah untuk membuka diri
dengan melanglang buana ke berbagai tempat di penjuru dunia untuk menemukan
ilmu dan informasi baru.
Tugas seorang dosen yang mencakup tiga hal yakni penelitian,
pengabdian dan pengajaran harus betul – betul dimaksimalkan. Dosen tidak hanya
sekedar mengajar, menyampaikan ilmu dan pengetahuan di dalam kelas, tetapi ia
harus mampu untuk mengambil peran dalam kehidupan masyarakat dengan berbagai
karyanya yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat secara umum.
Penelitian seorang dosen yang dituangkan dalam sebuah tulisan
mutlak diperlukan. Kenyataannya, jumlah penulis masih sangat minim ditemukan.
Oleh karenanya semangat literasi perlu dibangun agar semakin bermunculan karya
dosen yang bisa dinikmati oleh masyarakat sehingga kampus peradaban yang
menjadi idaman dan cita – cita yang diharapkan oleh kampus segera bisa menjadi
kenyataan.
Beliau juga menebar semangat literasi dalam paparannya. Beliau menyitir
pernyataan, apa yang kita katakan akan hilang, tetapi apa yang kita tulis suatu
saat akan dibaca orang. Perubahan pola pikir dalam masyarakat lambat laun akan
berubah bila masyarakat sering mengkonsumsi berbagai pemikiran yang tertuang
dalam bentuk karya tulis. Oleh karena itu menjadi tugas dosen untuk melakukan
perubahan pola pikir masyarakat melalui karya ilmiahnya yang selanjutnya akan
berkembang menjadi sebuah peradaban.
Pada akhir ceramahnya beliau menyitir pernyataan tokoh bahwa
suatu kaum akan mengalami kehancuran peradaban karena tiga hal. Pertama adalah
tidak adanya peran seorang ibu dalam mendidik anak – anaknya. Kedua, hilangnya
peran seorang guru dalam pendidikan, dan ketiga, munculnya kecintaan terhadap
dunia dalam hati sanubari.
Sementara itu dalam sambutannya Rektor IAIN Tulungagung, Dr.
Maftukhin, M.Ag. memberikan banyak arahan kepada seluruh sivitas akademika
terutama dalam rangka mewujudkan cita – cita IAIN Tulungagung menjadi kampus
dakwah dan peradaban. Menurut beliau saat ini sesungguhnya IAIN masih menuju
dan belum sampai pada tahapan kampus dakwah dan peradaban. Tentu untuk menjadi
kampus dakwah dan peradaban adalah tugas yang mahaberat dan memerlukan sinergi
dari seluruh sivitas akedemika yang ada di kampus.
Beliau kembali menegaskan bahwa peradaban yang dibangun dalam hal
ini terutama adalah dalam hal akademik. Oleh karenanya sebagai kampus dakwah
dan peradaban semua sivitas akademika harus bersinergi dalam menciptakan
suasana akademik di kampus. Diskusi – diskusi dosen serumpun dalam kajian
keilmuan sesuai bidangnya harus terus digalakkan sehingga muncul berbagai
inovasi – inovasi baru dalam ilmu pengetahuan.
Setidaknya untuk mengembangkan dakwah dan peradaban harus ada tiga
komponen, data, research dan transformasi pengetahuan. Tidak perlu kampus ini
disebut sebagai Research University, karena pada dasarnya di setiap kampus
mesti ada research. Tetapi budaya research itulah yang mesti terus dikembangkan
dan digalakkan. Penelitian – penelitian, karya ilmiah dalam bentuk buku dan
seterusnya harus dikembangkan secara maksimal sehingga kampus Tulungagung bisa
menjadi rujukan dari kampus – kampus yang lain.
Mengenai kuantitas tidak perlu diragukan lagi, kampus IAIN
Tulungagung menjadi kampus yang mendapatkan sertifikat penghargaan sebagai IAIN
yang paling diminati secara nasional. Terbukti dengan jumlah pendaftar
terbanyak di antara IAIN yang lain. Tentunya yang kita banggakan bukan hanya
sekedar banyaknya jumlah mahasiswa, akan tetapi bagaimana mencetak out put –
out put yang juga mumpuni dalam bidangnya. Hal ini menjadi tanggung jawab dari
seluruh sivitas akademika terutama dosen sebagai tenaga pendidiknya. Karenanya,
evaluasi yang dilakukan untuk para dosen kedepan, baik yang PNS, Dosen Tetap
bukan PNS, dan DLB adalah tiga komponen dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
mencakup pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tentu hal ini
membutuhkan keseriusan dari semua pihak terkait.
Saat ini kita masih menuju kampus dakwah dan peradaban. Untuk benar
– benar menjadi kampus dakwah dan peradaban setidaknya masih dibutuhkan lagi
waktu dua puluh hingga tiga puluh tahun yang akan datang. Kampus dakwah dan
peradaban menjadi ikon dari IAIN Tulungagung yang saat ini sudah mulai
mengemuka dan diketahui masyarakat secara umum. Mudah – mudahan hal ini akan
menjadi kenyataan bukan hanya sebatas imajinasi dan angan – angan. Sekali lagi
sinergi dari semua sivitas akademika dalam mengembangkan kampus sangat
dibutuhkan demi terwujudnya kampus dakwah dan peradaban.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam bi Shawab...
Komentar
Posting Komentar