Mengurutkan Bacaan Surat pada Saat Shalat
Seorang mahasiswi bertanya selesai saya memberikan sedikit
penjelasan perihal mata kuliah yang saat itu sedang dikaji bersama. Namun,
mahasiswi ini meminta maaf sebelumnya mengenai pertanyaan yang menurutnya keluar
dari topik pembahasan, dan benar saja memang pertanyaan itu tidak ada kaitannya
dengan mata kuliah yang saya ampu. Mahasiswi itu bertanya, “Apakah surat yang
di baca saat shalat itu harus berurutan?”. Saya jawab setahu saya tidak harus
berurutan. Tetapi menurut salah seorang di antara mereka ada keterangan kitab
salaf yang mengharuskan agar berurutan suratnya.
Setelah selesai mata kuliah saya mencoba untuk mencari data – data terkait
perihal keharusan membaca surat secara berurutan. Hasilnya sementara ini saya
tidak menemukan keharusan yang ditetapkan oleh para ulama perihal berurutannya
surat yang harus dibaca. Hanya saja utamanya memang berurutan sebagai adab
dalam membaca al-Qur’an.
Adapun beberapa hadits yang ada kaitannya dengan pertanyaan
mahasiswi tersebut di antaranya adalah:
1- عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُوْلَيَيْنِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ
بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي اْلأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي
الثَّانِيَةِ وَيُسَمِّعُ اْلآيَةَ أَحْيَانَا. [رواه البخاري في كتاب الآذان، 1:
91]
Artinya: “Diriwayatkan dari
Abdullah bin Abu Qatadah dari ayahnya, ia berkata: Nabi saw pernah membaca
dalam dua rakaat pertama pada shalat dzuhur surat al-Fatihah dan dua surat.
Beliau membaca surat yang panjang pada rakaat pertama dan membaca surat yang
pendek pada rakaat kedua, dan kadang-kadang memperdengarkan kepada kami dalam
membaca ayat.” [HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Adzan, I: 91]
2- عَنْ أَبِي قَتَادَةَ
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا
فَيَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُولَيَيْنِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَيُسْمِعُنَا اْلآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ
يُطَوِّلُ الرَّكْعَةَ اْلأُولَى مِنْ الظُّهْرِ وَيُقَصِّرُ الثَّانِيَةَ
وَكَذَلِكَ فِي الصُّبْحِ. [رواه مسلم، كتاب الصلاة: 210]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu
Qatadah, ia berkata: Pernah Rasulullah saw shalat bersama kami. Dalam shalat
dzuhur dan asar, pada dua rakaat pertama, beliau membaca surat al-Fatihah dan
dua surat (lainnya), dan kadang-kadang beliau memperdengarkan bacaan ayat.
Beliau memperpanjang (bacaan ayat) pada rakaat pertama dan memperpendek (bacaan
ayat) pada rakaat kedua, demikian pula dalam shalat shubuh.” [HR. Muslim
dalam Kitab ash-Shalah: 210]
3- عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ
أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ
فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي اْلأُولَى مِنْهُمَا اْلآيَةَ الَّتِي فِي
الْبَقَرَةِ، قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا إِلَى آخِرِ
اْلآيَةِ وَفِي اْلأُخْرَى آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ.
[أخرجه النسائي، جـ: 2، كتاب الصلاة: 100]
Artinya: “Diriwayatkan
dari Said bin Yasar, Ibnu Abbas memberitahu bahwa Rasulullah saw pada dua
rakaat dalam shalat fajar, pada rakaat pertama membaca ayat yang ada dalam
surat al-Baqarah قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا
أُنْزِلَ إِلَيْنَا (QS.
al-Baqarah {2}: 136) hingga akhir ayat dan pada rakaat lainnya (kedua) membaca
ayat آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ(QS. Ali Imran
{3}: 52).”[Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 100]
4- عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَرَأَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلمُؤْمِنُونَ فِي الصُّبْحِ حَتَّى
إِذَا جَاءَ ذِكْرُ مُوسَى وَهَارُونَ أَوْ ذِكْرُ عِيسَى أَخَذَتْهُ سَعْلَةً
فَرَكَعَ . وَقَرَأَ عُمَرُ فِي الرَّكْعَةِ اْلاُولَى بِمِائَةِ وَعِشْرِينَ
آيَةً مِنَ اْلبَقَرَةِ. وَفِي الثَّانِيَةِ بِسُورَةِ مِنَ اْلمَثَانِي. وَقَرَأَ
اْلأَحْنَفُ بِاْلكَهْفِ فِي اْلاُولَى وَفِي الثَّانِيَةِ بِيُوسُفَ أَوْ يُونُسَ
... [أخرجه البخاري، كتاب الآذان: 93]
Artinya: “Diriwayatkan dari
Abdullah bin al-Saib, dalam shalat shubuh Nabi saw membaca surat al-Mukminun,
hingga ketika sampai pada penyebutan kata "Musa wa Harun" atau
"Isa", beliau terkena batuk lalu rukuk. Dan Umar pada rakaat pertama
membaca seratus dua puluh ayat dari surat al-Baqarah dan pada rakaat kedua
membaca surat al-Matsani (surat yang kurang dari seratus ayat). Adapun al-Ahnaf
membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan surat Yusuf atau Yunus pada
rakaat kedua.” [Ditakhrijkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan: 93]
5- عَنْ زَيْدِ بْنِ
ثَابِتٍ أَنَّهُ قَالَ لِمَرْوَانَ يَا أَبَا عَبْدِ الْمَلِكِ أَتَقْرَأُ فِي
الْمَغْرِبِ بِقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَإِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ قَالَ
نَعَمْ. [أخرجه النسائي، جـ: 2: 175]
Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid
bin Tsabit, ia berkata kepada Marwan: Hai Abu Abdul Malik apakah engkau membaca
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (QS. al-IkhlasH) dan إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (QS. al-Kautsar)? Ia menjawab: Ya.”[Ditakhrijkan
oleh an-Nasa'i, Juz II: 175]
6- عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاَقَةَ قَالَ سَمِعْتُ
عَمِّي يَقُولُ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الصُّبْحَ فَقَرَأَ فِي إِحْدَى الرَّكْعَتَيْنِ وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا
طَلْعٌ نَضِيدٌ. [أخرجه النسائي، جـ: 2، كتاب الصلاة: 163]
Artinya: “Diriwayatkan dari Ziyad
bin Alaqah, ia berkata: Saya mendengar Umar berkata: Saya bersama Rasulullah
saw shalat shubuh, ketika itu pada salah satu dari dua rakaat beliau membaca وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ (QS. Qaf {50}:
10).”[Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 163]
7- عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ
كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ
فَنَسْمَعُ مِنْهُ اْلآيَةَ بَعْدَ اْلآيَاتِ مِنْ سُورَةِ لُقْمَانَ
وَالذَّارِيَاتِ. [رواه النسائي]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu
Ishaq dari al-Barra', ia berkata: Kami shalat dzuhur di belakang Nabi saw,
kemudian kami mendengar dari suara beliau, ayat demi ayat dari surat Luqman dan
adz-Dzariyat.” [Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 163]
Dari keterangan – keterangan hadits di atas saya tidak menemukan
keharusan membaca surat secara berurutan dalam shalat. Memang, sebaiknya saat
shalat khususnya saat menjadi imam dalam bacaan shalat yang jahriyah khususnya
di anjurkan agar membaca surat secara berurutan, tetapi sekali lagi bukan
keharusan/wajib. Adapun shalat yang dilakukan dengan membaca ayat ataupun surat
secara acak sesungguhnya tetap diperbolehkan dan hukum shalatnya sah. Hanya saja
tidak di utamakan.
Sekali lagi bahwa tidak ada keterangan yang mengharuskan ataupun
mewajibkan, yang ada hanyalah hadits – hadits sebagaimana di atas. Jadi kesimpulan
saya adalah tidak harus seseorang membaca secara berurutan sesuai dengan tertib
surat dalam al-Qur’an. Demikian halnya juga tidak ada keterangan yang
mengharuskan membaca surat yang panjang kemudian yang pendek.
Semoga bermanfaat…
Allahu a’lam…
Komentar
Posting Komentar