Surga dan Neraka
Hidup di dunia tidaklah selamanya. Bila telah tiba saatnya, maka
mau tidak mau, suka tidak suka setiap anak Adam harus kembali kepada yang Empunya.
Dia-lah Allah, tempat di mana manusia bergantung, tempat di mana seluruh alam
tunduk kepada-Nya. Bila saat perjumpaan telah tiba, tak ada lagi yang mampu
menolak, tidak ada satu kekuatanpun yang mampu melawan kehendak-Nya. Dia-lah
al-Jabbar, al-Qahhar yang tiada satu kekuatanpun yang sanggup menandingi-Nya.
Hidup di dunia ini ibarat “mampir ngombe”, kata orang Jawa. Artinya
kehidupan di dunia ini sesungguhnya tidak lama. Semua berasal dari-Nya dan akan
di kembalikan pula hanya kepada-Nya. Oleh karena itu sudah seharusnya setiap
anak Adam mempersiapkan diri untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang
telah dikerjakannya selama berada di dunia.
Saat semua telah dihancurkan, sangkakala Isrofil telah ditiup untuk
kesekian kalinya, tanda di mana anak manusia harus bangun dari tidur
panjangnya, berduyun – duyun menuju satu tempat berkumpul bersama yang bernama “Mahsyar”,
di situlah mereka akan menantikan keputusan Allah, Tuhan mereka, kemanakah
mereka akan dikembalikan? Hanya ada satu di antara dua pilihan surga atau
neraka.
Surga adalah tempat yang digambarkan penuh dengan kenikmatan. Tempat
di mana orang – orang shalih yang taat pada Tuhannya akan dimasukkan ke
dalamnya. Kekal mereka di dalamnya, tanpa ada rasa payah, takut dan susah. Segala
apa yang mereka butuhkan ada dan tinggal bilang, maka semua akan tersedia di
hadapannya.
Di surga para penghuninya hidup dengan penuh bahagia. Mereka ditemani
oleh bidadari – bidadari surga yang kecantikannya belum pernah sekalipun
dilihat oleh manusia. Mereka terjaga dan belum pernah tersentuh oleh siapapun. Sungguh
gambaran yang sangat menggiurkan bagi siapa saja. Tidak salah jika semua umat
manusia, baik yang baik perilakunya maupun yang buruk, tetap berharap kelak
akan masuk ke dalamnya.
Di surga seluruh wajah penghuninya berseri – seri penuh dengan
kebahagiaan. Semua wajah memancarkan cahaya, berbinar – binary matanya tanda
betapa kebahagiaan mereka tiada tara, tidak mampu diungkapkan dengan kata –
kata. Puncak kebahagiaan mereka adalah tatkala mereka menyaksikan wajah
Tuhannya, Allah SWT. Di dalam al-Qur’an al-Karim, Allah SWT berfirman dalam
Surat al-Qiyamah (72); 22 - 23:
وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)
Artinya: Wajah – wajah (orang mukmin) waktu itu berseri – seri. Kepada
Tuhannya mereka melihat. (Q.S. al-Qiyamah (72); 22 – 23)
Begitulah keadaan orang – orang mukmin yang senantiasa beriman
kepada Allah, beramal shalih dan penuh ketaatan kepada-Nya. Mereka akan
dikembalikan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal di dalamnya
selama – lamanya, lagi menyaksikan wajah Tuhannya. Sungguh kebahagian yang
tiada tara yang tak mampu diwakili oleh kata – kata.
Berbeda dengan neraka. Neraka adalah tempat kembali bagi orang –
orang kafir yang ingkar terhadap semua perintah dan larangan Allah. ia adalah
tempat yang paling ditakuti oleh semua anak cucu keturunan Adam. Semua takut
terhadap neraka, hanya saja mereka tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya
hingga terjerumus pada perilaku menyimpang selama hidupnya.
Di dalam neraka yang ada hanyalah siksaan yang teramat pedih. Tiada
siksa di dunia ini yang menyamai pedihnya siksa neraka. Neraka berisikan api
yang menyala – nyala, menjilat – jilat, yang siap membakar setiap penghuninya
sebagai balasan atas keingkaran mereka selama menjalani kehidupan di dunia.
Seringan – ringan siksa di neraka adalah seorang yang menginjak
batu kerikil yang karenanya mendidihlah ubun – ubunnya. Ia menganggap bila
siksa itu adalah siksaan terberat penduduk neraka, namun nyatanya itu adalah
siksa teringan yang ada di neraka. Lantas seperti apa siksa terberat penghuni
neraka? Hanya Allah saja yang tahu.
Betapa mengerikan kehidupan manusia yang dimasukkan ke dalam
neraka. Mereka mengalami penyesalan yang tiada tara. Namun, ibarat nasi sudah
menjadi bubur, kembali ke kehidupan dunia untuk menebus semua kesalahan bagi
mereka adalah hal yang mustahil.
Bila di surga wajah para penghuninya bercahaya, berseri – seri penuh
dengan kebahagiaan, lain halnya dengan para penghuni neraka. Tiada senyum di
wajahnya, kusut, muram, penuh dengan penyesalan. Al-Qur’an menggambarkan
keadaan mereka dalam Surat al-Qiyamah (72); 24 – 25:
وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ (24) تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا
فَاقِرَةٌ (25)
Artinya: Dan wajah – wajah orang kafir pada waktu itu muram. Mereka
yakin bahwa akn ditimpakan kepadanya malapetaka yang dahsyat.
Saat bangun dari kuburnya, para calon penghuni neraka sudah muram
wajahnya apalagi saat mereka telah dimasukkan kedalamnya. Tidak bisa
digambarkan bagaimana keadaan wajahnya. Pastilah wajah mereka muram, semuram –
muramnya, penuh dengan penyesalan, penyesalan dan penyesalan yang tiada
ujungnya.
Di neraka orang – orang kafir akan menerima balasan atas apa yang
telah diperbuatnya selama hidup di dunia. Siapapun orangnya, dia akan
mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang dikerjakannya selama di dunia.
Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Keadilan Allah mengharuskan untuk menempatkan
seseorang pada tempat yang sesuai dengan amal perbuatan yang telah
diperbuatnya. Tidak mungkin bagi Allah akan memberikan tempat yang sama bagi
mereka yang taat lagi beriman dan mereka yang kafir lagi menyimpang. Semua akan
dikembalikan pada tempat yang sesuai dengan usaha yang diusahakannya. Firman Allah
dalam Surat al-Zalzalah (99); 7 – 8:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Artinya: Barangsiapa yang berbuat kebaikan seberat dzarrah (biji
sawi) maka ia kan melihatnya, dan barangsiapa berbuat kejelekan seberat dzarrah
(biji sawi) maka iapun juga akan melihatnya. (Q.S. al-Zalzalah (99); 7 – 8)
Begitulah pada akhirnya manusia akan dikembalikan ke satu tempat di
antara dua tempat kembali yang disiapkan Allah, Surga dan Neraka. Semua bergantung
kepada manusianya, kemana ia akan menentukan arah kehidupannya. Akankah ia
ingin memasuki surga yang penuh kenikmatan? Atau sebaliknya ingin memasuki
neraka yang penuh dengan siksaan. Bila ia ingin ke surga, tiketnya murah,
shalat lima waktu, beramal baik dan menjauhi keinginan nafsu. Sementara bila
ingin memasuki neraka, tiketnya mahal, main judi, minuman keras, zina dan sebagainya
dengan memperturutkan keinginan syahwatnya. Kemana saya dan anda menentukan
pilihan? Nafsi, nafsi, nafsi…
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar