Siapapun yang Terpilih, Pemenangnya
Tetap Rakyat Indonesia
Suhu politik yang memanas pada dekade terakhir sesaat sebelum
pilkada DKI Jakarta kiranya masih terasa sampai saat ini, meski tensinya kini
sudah menurun drastic tetapi setidaknya masih terasa bagaimana ruwetnya situasi
saat itu sehingga menguras perhatian seluruh elemen bangsa. Tentu suatu
keharusan bahwa dalam setiap kompetisi ada yang menang dan ada pula yang kalah.
Carut marutnya politik di negeri ini sebagai imbas dari pilkada Jakarta
seolah selalu menjadi tranding topik yang menarik untuk dibahas. Tidak hanya
dikalangan elit politik, akademisi bahkanmerambah ke masyarakat arus bawah yang
kesibukan sehari harinya adalah sebagai buruh tani, perkebunan dan para pencari
rumput. Seolah mereka tidak mau kalah dengan para elit politik, pakar dan
akademisi dalam bidangnya masing – masing. Boleh jadi ini adalah satu kemajuan
dari semakin cerdasnya rakyat dan masyarakat dalam memahami arus politik di
negeri zamrud kathulistiwa ini.
Isu terbesar yang digulirkan oleh para elit politik terkait pilkada
tentunya adalah isu SARA. Memang isu ini paling mudah digunakan untuk
memengaruhi pandangan politik lawan. Imbasnya tentu sangat besar dan massif. Buktinya,
ribuan orang berduyun – duyun datang ke Jakarta untuk menyatakan sikapnya, satu
fenomena yang sesungguhnya –menurut penulis, terasa janggal karena ketidak
sesuaian antara pengaruh dan kenyataannya. Tetapi ya itulah politik.
Saya bukan ahli politik, juga bukan pakarnya, tetapi bolehlah
sedikit menyoal tentang politik. Tetapi sekali lagi saya tidak ingin membahas
politik sebagai pure politik tetapi saya ingin mengambil ibrah dari situasi
politik yang terjadi saat ini. Tentunya sekadar sesuai kapasitas saya, bukan
yang lain.
Karena dalam sebuah kompetisi harus ada yang menang dan kalah, maka
pilkada DKI mau tidak mau, suka maupun tidak suka harus ada yang terpilih dan
yang tak terpilih. Bagi yang terpilih, hendaknya bersyukur dan berusaha untuk
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk melaksanakan amanah yang sebentar lagi
dipikulnya. Sebaliknya pihak yang tidak terpilih seyogyanya bisa menerima
dengan ikhlas dan berusaha untuk sebisa mungkin membantu pasangan terpilih
untuk keberhasilan mengemban amanah rakyat ke depan.
Menarik kiranya apa yang disampaikan oleh mantan Presiden ke-3 RI,
Prof. DR. Baharudin Yusuf Habiebie, saat
telewicara bersama Najwa Shihab di acara Mata Najwa malam ini. Beliau mengatakan,
“Siapapun yang terpilih, yang menang adalah rakyat Indonesia”. Satu ungkapan
yang menunjukkan kebesaran hati dan kenegarawanan yang hebat.
Seorang negarawan besar akan memiliki jiwa besar. Ia akan
menunjukkan sikap arif dan bijaksana dalam setiap tindakan yang dilakukannya. Ia
sadar betul bahwa apa yang dilakukannya akan menjadi sorotan dan dijadikan
panutan setiap orang.
Tentu dalam kompetisi secara rasional ada pihak yang merasa terluka
karena mengalami kekalahan, dan ada pula yang merasa gembira karena memperoleh
banyak suara.tetapi seyoogyanya semua perasaan demikian itu harus dihilangkan. Terlepas
dari mereka yang pro dan kontra, sesungguhnya kemenangan itu bukan pada calon
yang terpilih, sebaliknya bukan pula pada calon yang kalah, tetapi kemenangan
itu adalah milik semua rakyat Indonesia. Oleh karenanya mereka yang kalah,
janganlah berkecil hati, nikmati dan sadari bahwa ini adalah proses demokrasi. Sebaliknya
bagi yang terpilih, jangan hanya bangga dengan apa yang diperoleh, ingat
pekerjaan sudah menanti.
Baharuddin mengatakan, “Siapapun yang menang keduanya adalah kader
bangsa ini”. Keduanya adalah orang – orang besar yang telah menorehkan namanya
dalam tinta emas sejarah bangsa ini. Oleh karenanya tidak ada yang menang dan
tidak ada yang kalah. Semuanya adalah kader bangsa. Yang tetap harus dijaga dan
dirawat adalah semangat persatuan dan kesatuan bangsa di tengah masyarakat
Indonesia yang kental dengan kebhinekaan dan pluralitas.
Memang harus diakui kemenangan Anies Sandi atas petahan Ahok Djarot
nampaknya adalah hal yang tidak disangka – sangka, apalagi saat beberapa
lembaga survey tidak berpihak kepadanya beberapa waktu yang lalu. Tetapi inilah
kenyataan yang harus diterima oleh siapapun. Silahkan anda yang tetap suka dan
mencintai Ahok, tetapi ingat, bahwa Allah menentukan lain untuknya hari ini. Sebaliknya
anda yang suka dan mencintai Anies, jangan terlalu larut dalam kegembiraan
karena pekerjaan telah menanti anda. Kemengan tidak hanya ketika keunggulan
suara telah diperoleh, lebih dari itu apa yang bisa anda lakukan dan anda
buktikan kepada mereka yang telah anda yakinkan dengan janji – janji manis saat
kampanye. Ingat saat ini amanat rakyat ada di pundak anda.
Bila kita mencoba untuk kembali melihat kebelakang, Umar ibnu Abdul
Azis menangis semalaman manakala ia terpilih menjadi seorang khalifah. Ia sadar
betul bahwa kini ia harus memikul beban berat di pundaknya. Lantas bagaimana
dengan pasangan terpilih saat ini?
Pilkada telah menunjukkan tanda – tanda akan berpamitan. Apa yang
bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa besar ini? Yang harus kita ambil
pelajaran adalah bahwa proses demokrasi semakin menunjukkan ke arah yang positif.
Artinya kedewasaan rakyat dalam berpolitik kian hari semakin menunjukkan arah
yang signifikan, meski tetap saja masih ada hal – hal yang mesti diperbaiki. Perbedaan
pandangan dalam berpolitik jangan sampai menyebabkan tindakan – tindakan anarkis
yang bisa mengarah pada tindakan melawan hukum yang berlaku di negeri ini. Bedakan
urusan syariat dan politik, jangan dicampur adukkan. Silahkan memilih sesuai
dengan keyakinan, tetapi hargai juga mereka yang berkeyakinan lain yang ingin
memilih calonnya. Jadilah orang yang selalu adil dalam bersikap, meski kepada
lawan yang hendak menjatuhkan anda, jangan berlaku curang padanya, karena
kecurangan itu menunjukkan sikap kemunafikan yang ada pada dirimu. Meski berbeda
tetaplah menjaga semangatt persatuan bangsa karena bangsa ini tidak didirikan
oleh satu kelompok keyakinan, tetapi dari berbagai kelompok keyakinan yang bahu
membahu melawan kedlaliman penjajah.
Semoga berakhirnya pilkada ini menjadikan semua elemen bangsa semakin
dewasa memaknai kebhinekaan, menjadikan mereka semakin menyadari akan arti
pentingnya persatuan dan kesatuan. Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amin…
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar