KKN: Dari Teoritis ke Praktis



KKN: Dari Teoritis ke Praktis
Oleh: Muhamad Fatoni, M.Pd.I

Salah satu mata kuliah yang harus diselesaikan mahasiswa sebelum memulai mengerjakan skripsi sebagai tugas akhir kuliah adalah Kuliah Kerja Nyata. Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai salah satu wujud dari tridharma perguruan tinggi. Hampir semua perguruan tinggi menyelenggarakan mata kuliah ini, termasuk di dalamnya adalah IAIN Tulungagung, sebagai salah satu PTAIN yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.


Mata kuliah ini menjadi penting artinya bagi mahasiswa sebagai bekal bagi mereka saat kembali ke daerah masing – masing. Sebagaimana diketahui bahwa setiap daerah memiliki budaya dan tradisi yang tidak sama antara yang satu dengan lainnya. Karenanya mahasiswa dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan masing – masing budaya dan tradisi yang hidup di tengah – tengah komunitas masyarakat tersebut.

Dari Teoritis ke Praktis

Selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah, mahasiswa mempelajari berbagai teori baik yang berkaitan dengan ilmu sosial kemasyarakatan, maupun keilmuan yang sesuai dengan bidang konsentrasinya masing – masing. Bagi mereka yang mengambil jurusan ilmu kependidikan, sudah barang tentu mereka mempelajari banyak teori tentang kependidikan, mulai dari teori klasik maupun modern.

Di ruang perkualiahan seringkali mahasiswa terlibat dalam berbagai bentuk diskusi dan kajian yang bersifat teoritis. Banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan mumpuni dalam bidang teoritis. Kemampuan ini tentunya didapatkan dari hasil belajar mereka selama mengikuti proses pembelajaran di kampus. Selain itu kerja keras mereka dalam memperkaya literatur dengan hunting buku ke berbagai tempat, semakin menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang berbagai teori keilmuan dalam bidang kajian yang mereka tekuni.

Mahasiswa yang rajin membaca dan berdiskusi seringkali akan menjadi raja di ruang perkuliahan. Kemampuan mereka dalam mengeksplorasi berbagai teori yang telah dipelajari seringkali membuat sahabat dan para dosen terpukau. Mereka bak seorang ahli dan pakar yang tak tertandingi. Penguasaannya terhadap teori – teori yang diberikan demikian hebatnya sehingga tidak jarang nilai A+ mereka dapatkan dalam setiap mata kuliah yang ditempuhnya. 

Nilai A+ selalu menjadi idaman dan dambaan setiap mahasiswa. Nilai ini dianggap sebagai cerminan atas kemampuan seorang mahasiswa. Mendapatkan nilai ini, otomatis meningkatkan rasa percaya diri sekaligus menaikkan gengsi yang lumayan tinggi. Demikian pada umumnya, karena ini adalah bagian dari proses penemuan jati diri yang mesti dilalui oleh setiap orang. 

Sebaliknya, nilai buruk selalu saja dikonotasikan dengan rendahnya tingkat kecerdasan. Mereka yang mendapatkan nilai rendah, seringkali mendapatkan ejekan dari sesama rekan. Nilai buruk dianggap mewakili rendahnya tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang, meski sesungguhnya nilai bukanlah jaminan kecerdasan seseorang,  bahkan boleh jadi sebaliknya. Nilai hanyalah sekedar angka yang ditorehkan oleh seorang guru atau dosen berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatannya yang bersifat subyektif.

Saat mengikuti KKN, seorang mahasiswa dituntut untuk mampu menerapkan teori yang selama ini dipelajarinya selama bertahun – tahun dibangku kuliah. Acuan dari pelaksaan KKN ini adalah tridharma perguruan tinggi yang mengacu pada aspek pendidikan dan pengajaran, pengabdian pada masyarakat dan penelitian. Tentu hal ini menjadi satu tantangan yang mengharuskan mahasiswa untuk mampu menyelesaikannya. Saat berada di bangku kuliah, mereka disuguhkan berbagai teori. Teori masih bersifat abstrak dan masih membutuhkan pengujian untuk mengetahui seberapa tingkat keefektifannya. Tidak semua teori bisa diterapkan dalam situasi dan kondisi yang sama. Karenanya dibutuhkan kejelian dan ketelitian saat mencoba untuk menyajikan sebuah teori di lapangan.

 Tidak semua orang yang mampu mengeksplorasi teori dalam bentuk kajian diskusi di ruang kelas mampu untuk mempraktikkannya pada realitas kehidupan sosial dalam masyarakat. Ada banyak hal yang harus dipelajari oleh mahasiswa agar mampu menerapkan keilmuannya selama berada di tempat KKN. Di tempat itulah mereka mulai menempa diri untuk benar – benar mampu menjalani hidup sebagai seorang berpendidikan yang membaur dan menyatu bersama kehidupan masyarakat dengan aneka ragamnya. Sebagian memiliki tingkat pendidikan memadai, sementara lainnya masih kurang. Semuanya harus dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat.

Ada beragam budaya, tradisi dan adat istiadat yang harus dipahami oleh mahasiswa peserta KKN. Hal ini penting agar mereka mampu untuk menentukan pendekatan, metode dan strategi yang tepat untuk melaksanakan program kerjanya. Apalagi umumnya kegiatan KKN itu berada di lokasi yang jauh dari pusat keramaian, tempat yang justru bertolak belakang dengan tempat yang biasa ditempatinya. Tentu mereka membutuhkan adaptasi secara khusus untuk bisa menyelami tempat barunya itu.

Praktik keseharian dalam berperilaku, tutur kata dan tegur sapa, menjadi hal yang tak terelakkan. Proses komunikasi dan interaksi menjadi hal pokok yang akan mensukseskan kegiatan kuliah kerja nyata. Seberapa tingkat kesuksesan dalam berinteraksi menjadi penentu bagi kesuksesan program yang dijalani. Mereka harus mampu membumikan teori melangit yang mereka pelajari, menjadi hal yang membumi, mudah dipahami, dipraktekkan dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Ragam Kegiatan KKN

Kegiatan KKN semestinya mengacu pada tridharma perguruan tinggi, yaitu aspek pendidikan dan pengajaran, pengabdian pada masyarakat dan penelitian. Kegiatan yang berorientasi pada terpenuhinya tiga aspek di atas dianggap sebagai bentuk keberhasilan. Sebaliknya, kegiatan yang tidak atau kurang berorientasi pada ketiga aspek tersebut menunjukkan kurang maksimalnya capaian program KKN.

Pada aspek pendidikan dan pengajaran, mahasiswa bisa ikut serta dalam pembelajaran formal maupun non formal, baik di Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, TPQ dan semisalnya. Kegiatan- kegitan tersebut memberikan pengalaman kepada mahasiswa secara langsung terjun dalam dunia pendidikan. Bagaimana menerapkan teori – teori yang selama ini dipelajarinya di ruang kuliah.

Aspek pengabdian masyarakat dapat mereka penuhi dengan ikut serta terlibat dalam kegiatan yang ada di masyarakat. Mereka bisa memberikan penyuluhan, ceramah agama, menjadi khatib pada shalat jum’at dan beragam kegiatan yang lain. Banyak sekali kegiatan – kegiatan yang bisa diterjuni oleh mahasiswa selama KKN. 

Kegiatan jam’iyyah yasin, tahlil pada masyarakat pedesaan, umumnya membutuhkan penyuluhan dalam bentuk pemberian ceramah agama. Oleh karena itu mahasiswa dituntut agar mempersiapkan diri untuk memberikan penyuluhan dalam bentuk ceramah agama. Yang perlu diperhatikan adalah tidak semua masyrakat memahami bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karenanya penggunaan bahasa daerah yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat sangat diharapkan.

Adapun aspek penelitian dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan membuat bentuk laporan akhir yang merupakan hasil dari pengamatan dan penelitian yang mereka lakukan selama mengikuti KKN. Laporan ini sekaligus menjadi bukti keikut sertaan dan keseriusan mereka dalam mengikuti program KKN.

Yang tidak kalah penting dalam mengikuti program KKN adalah berusaha membaur dan menyatu dengan kehidupan masyarakat. Tidak hanya menjadi elit masyarakat baru dilingkungan yang mereka datangi, tetapi ikut menyatu dengan mereka. Karenanya ikut serta dalam setiap kegiatan, anjangsana dari satu rumah ke rumah yang lain perlu dilakukan untuk semakin menambah kedekatan mereka dengan seluruh masyarakat. Semakin dekat mereka dengan masyarakat tentu semakin memudahkan mereka dalam menjalankan visi dan misi program KKN-nya.

Biodata Penulis
Muhamad Fatoni, M.Pd.I lahir di Blitar 23 Februari 1984 dari pasangan suami istri bernama Supoyo dan Siti Syamsiyah. Pada Agustus 2012 penulis menikah dengan Englia Dwikayushi Anggraini, S.Pd.I. Dari pernikahan tersebut penulis dikaruniai dua orang putrid, ‘Izzatun Nisa’ Amalia Fathoni (4 September 2013) dan Lathifatul Karimah Shidqiya Fathoni (23 Juli 2016). Penulis beralamat di  RT 03 RW 02 Desa Slemanan Kec. Udanawu Kab, Blitar. Saat ini penulis aktif sebagai dosen tetap bukan PNS di IAIN Tulungagung dengan unit kerja di Ma’had al-Jami’ah. Penulis bisa dihubungi melalui HP/WA 085 646 854 742, email muhamadfatoni5@gmail.com. Selain itu penulis juga memiliki akun Facebook Muhamad Fatoni dan Blog. Fatoni23.blogspot.com.

Komentar