Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung Gandeng LP Ma’arif dan Himasal Tulungagung Sukseskan Program Madin Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung
Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung
Gandeng LP Ma’arif dan Himasal Tulungagung Sukseskan Program Madin Ma’had
al-Jami’ah IAIN Tulungagung
Jum’at, 11 Agustus 2017 Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungangung dibawah
komando Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag., selaku Mudir Ma’had al-Jami’ah,
menggelar Rapat Koordinasi Peningkatan
Manajemen Pembelajaran Ustadz/Ustadzah tahun ajaran 2017-2018. Seperti telah
dimaklumi bahwa mulai tahun ini, IAIN Tulungagung menerapkan pembelajaran baru
ala pesantren salaf dengan pembelajaran kitab turats. Untuk itu perlu
dilakukan sejumlah persiapan demi suksesnya program besar yang diusung oleh Ma’had
al-Jami’ah ini. Hadir dalam kesempatan ini rektor IAIN Tulungagung, Dr. H. Maftukhin,
M.Ag., wakil rektor satu Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M.Ag., Direktur Pascasarjana,
Prof. Dr. K.H. Achmad Patoni, M.Ag., sejumlah pejabat akademik kampus,
perwakilan LP Ma’arif dan Himasal Tulungagung.
Rapat koordinasi ini diadakan dalam rangka penyatuan persepsi
sekaligus persiapan dalam melaksanakan pembelajaran Madin Ma’had Al-Jami’ah.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa semenjak tahun lalu, Ma’had Al-Jami’ah
telah menggagas adanya pembelajaran ala pesantren salaf. Pembelajaran ini sudah
berjalan selama kurang lebih setahun yang lalu, akan tetapi hasilnya belum
maksimal. Hal itu disebabkan karena kurangnya persiapan sekaligus penataan
manajerial yang belum memadai. Baru tahun ini, insya Allah persiapan yang dilakukan
lebih baik dibanding tahun kemarin. Semua itu tidak lepas dari komitmen semua
pihak untuk mensukseskan program besar ini, terutama direktur dan segenap
pengelola Ma’had Al-Jami’ah.
Dalam sambutannya, Mudir Ma’had al-Jami’ah, Dr. K.H.
Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi – tinginya kepada pihak – pihak yang terkait, terutama rektor
IAIN, LP Ma’arif, Jam’iyyat al-Qurra’ wa al-Huffadz, dan Himasal
(Himpunan Alumni Santri Lirboyo) yang telah mendukung dalam mensukseskan
program Ma’had al-Jami’ah. Beliau menyampaikan bahwa apa yang digagas
oleh IAIN Tulungagung merupakan rangkaian perjuangan dakwah yang telah digagas sebelumnya
oleh Sunan Kalijogo, salah seorang wali yang akrab dengan budaya Jawa dalam
proses perjuanganya menyebarkan agama Islam.
Menurut beliau, pada saat Sunan Kalijogo menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa ini, beliau telah mengislamkan masyarakat secara bentuk formalnya,
tetapi untuk madahnya belum. Saat peresmian masjid Demak, beliau mengadakan
pertunjukan wayang kulit selama selama tujuh hari berturut – turut. Sebelum para
warga memasuki masjid mereka mesti membersihkan diri dulu dengan air yang telah
disediakan di samping pintu gapura masuk. Disitulah warga yang datang diajari
mensucikan diri dengan berwudlu. Demikian halnya saat mereka memasuki pintu
gapura masuk masjid, mereka diharuskan untuk membaca mantra, ternyata mantra itu
adalah dua kalimah syahadat. Dengan mengucap dua kalimah syahadat itu otomatis
mereka telah melepaskan diri dari kemusyrikan dan menyatakan keislamannya. Namun,
bagaimana dengan madahnya?
Nah, menurut beliau madahnya atau inti materi keislamannya belum
tersampaikan dengan baik. Karenanya hal itu menjadi tugas para ulama generasi
kemudian untuk menyempurnakannya. Mengisi dan menempa muslim yang masih belum
terisi dengan materi – materi keislaman secara baik. Hal ini penting untuk
membentuk pribadi muslim yang kaffah, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh ajaran Islam yang benar.
Salah satu hal yang menjadi keprihatinan dari pihak IAIN adalah
masih adanya beberapa orang mahasiswa yang belum lancar dalam membaca al-Qur’an
saat mengikuti ujian komprehensif sebagai salah satu syarat mengajukan ujian
skripsi. Hal ini menyebabkan keprihatinan yang sangat. Betapa tidak, meski
jurusan yang mereka ambil bukanlah jurusan keislaman, namun setamat mereka dari
IAIN Tulungagung, mereka akan membawa nama IAIN sebagai sarjana IAIN. Jika saja
ditemukan sarjana IAIN yang tidak lancar membaca al-Qur’an maka hal ini
tentu menjadi tamparan bagi IAIN. Karena itulah program madin ini digagas untuk
mengantisipasi adanya out put yang tidak lancar dalam membaca al-Qur’an
dan memahami nilai – nilai keislaman.
Sementara itu rektor IAIN Tulungagung, Dr. H. Maftukhin, M.Ag. menyampaikan
banyak hal terkait program besar yang diadakan oleh Ma’had al-Jami’ah
ini. Beliau menyerahkan sepenuhnya pembelajaran al-Qur’an kepada LP Ma’arif
dan Jam’iyyat al-Qurra’. Dalam hal ini, LP Ma’arif akan menangani
program BTQ (Baca Tulis al-Qur’an) dan Tilawah (Seni Baca al-Qur’an), sementara
bidang tahfidz akan ditangani oleh Jam’iyyat
al-Qurra’ wa al-Huffadz. Rektor menyampaikan bahwa semua tenaga pengajar
nantinya tidak hanya sekedar mengajar saja. Akan tetapi juga akan tetap ada
proses evaluasi yang nantinya akan dilakukan oleh LPM (Lembaga Penjamin Mutu)
IAIN Tulungagung. Evaluasi tidak serta merta langsung dilakukan kepada pengajar
tetapi evaluasinya langsung kepada lembaga LP Ma’arif dan Jam’iyyat al-Qurra’
wa al-Huffadz.
Demikian halnya dengan pembelajaran kitab turats. Pembelajaran
kitab turats ini diserahkan kepada Himasal (Himpunan Alumni Santri
Lirboyo). Pembelajaran kitab ini diharapkan bisa berjalan dengan maksimal. Adapun
metode pengajarannya diserahkan penuh kepada masing – masing pengajar. Harapannya
bahwa masing – masing mahasantri akan mampu menguasai materi – materi yang
diajarkan oleh para salaf shalih dalam kitab turats yang telah diwariskan
secara turun – temurun.
Selain itu rektor IAIN juga menegaskan tentang pentingnya disiplin.
Disiplin dalam mengajar menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan oleh para
pengampu. Tanpa kedisiplinan maka program besar yang merupakan mega proyek ini
tidak akan bisa terealisasi dengan baik. Perlu menjadi catatan juga bahwa
program madin ma’had al-Jami’ah ini adalah satu – satunya program yang ada di
PTAIN di bawah naungan kemenang. Beliau menaruh harapan besar akan suksesnya
program ini yang akan mendukung tercapainya kampus dakwah dan peradaban.
Beliau menjelaskan bahwa awal mula munculnya ide gagasan dakwah dan
peradaban adalah karena pada awalnya kampus IAIN dibangun sebagai media dakwah.
Dakwah menjadi hal yang tetap dikedepankan bagi IAIN. Adapun peradaban menunjuk
pada kemajuan ilmu dan pengetahuan. Oleh karenanya kedua hal itu tetap harus
dijadikan ajuan dalam membangun IAIN Tulungagung kedepan. Harapannya bahwa IAIN
Tulungagung kedepan bisa menjadi pusat keislaman khususnya yang tetap berpegang
pada nilai – nilai tradisi salaf shalih.
Selanjutnya dilanjutkan dengan penanda tanganan MOU antara pihak
IAIN Tulungagung dengan LP Ma’arif dan Himasal. MOU ini ditanda tangani sebagai
bukti adanya kerja sama dan tanggung jawab pihak terkait suksesnya program
madin ma’had al-Jami’ah. Semoga ini menjadi awal yang baik dalam mengawal
kampus IAIN Tulungagung menjadi kampus dakwah dan peradaban.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam....
Komentar
Posting Komentar