Resik Agawe Becik, Reget Agawe Mumet



Resik Agawe Becik, Reget Agawe Mumet

Bulan agustus menjadi salah satu bulan istimewa bagi bangsa ini. Bulan agustus menjadi bulan yang akan tetap terus dikenang dan dimeriahkan oleh karena fakta sejarah yang telah menggemparkan dunia. Bangsa Indonesia yang lama hidup dalam ketertindasan akibat kesewenang – wenangan bangsa kolonial, dengan semangat kemerdekaan, berhasil merebut dan memproklamirkan kemerdekaannya. Soekarno-Hatta, dua tokoh proklamator yang menempati kedudukan special di hati sanubari bangsa ini.

Sepanjang jalan yang saya lalui menunjukkan betapa masyarakat berusaha untuk memeriahkan suasana bulan agustus tahun ini. Pernak – pernik aksesoris menghias di sepanjang jalan yang saya lalui. Bendera merah putih, umbul – umbul, lampu hias dan aneka ragam aksesoris lainnya menambah maraknya suasana. Pagar dan sekitarnya bersih, indah dan nampak nyaman dirasakan. Sungguh suasana yang begitu menenangkan jiwa saat kita menikmatinya. Andai saja suasana ini berlaku sepanjang tahun, tentu semakin menambah kedamaian di bumi pertiwi ini.

Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang ramah – tamah. Bangsa yang santun dan toleran dengan berbagai ragam budaya, adat dan tradisi. Semua hidup secara berdampingan tanpa saling merendahkan. Saling bekerja sama dengan semangat gotong royongnya. Saling menghargai dengan semangat kebhinekaannya. Demikianlah kira – kira semangat yang terselip dalam slogan “Bhineka Tunggal Ika”, meski berbeda – beda tetapi tetap satu jua.

Salah satu hal menarik bagi saya saat menyusuri jalan menuju ke tempat kerja adalah pamflet yang ada di pojok perempatan, tepatnya di desa Kebonagung. Terdapat tulisan menarik, “Resik agawe becik, reget agawe mumet”. Sederhana nampaknya tulisan ini, tetapi mengandung makna yang dalam bagi mereka yang mau merenungkan.

Resik ‘bahasa Jawa’ berarti bersih, becik artinya baik. Kebersihan adalah sumber kebaikan kalau saya artikan secara bebas. Ya, benar, memang kebersihan adalah sumber kebaikan. Dari sudut pandang lahir, kebersihan merujuk pada kebersihan secara fisik dan jasmani. Kebersihan yang mencakup anggota tubuh, tempat tinggal dan lingkungan sekitar. Kebersihan badan akan menjadikan badan sehat, tidak mudah terserang penyakit dan menjadikan seseorang semakin menarik untuk dilihat dan dipandang. Bayangkan saja, bila seseorang jarang membersihkan diri, tentu rupa ayu dan tampannya akan hilang. Lain halnya dengan mereka yang rajin membersihkan diri, minimal mandi dua kali sehari, pasti akan berbeda auranya. Hehehehe… 

Kebersihan tempat tinggal dan lingkungan tentu juga akan membawa banyak dampak positif. Tempat tinggal dan lingkungan yang bersih jauh dari penyakit, memberikan suasana nyaman dan tentram. Rasa nyaman dan tentram akan menjadikan seseorang betah tinggal di rumah, menumbuhkan rasa rindu suasananya saat berada jauh darinya. Endingnya bisa semakin menambah keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga, kerja semakin maksimal karena didukung oleh suasana yang nyaman dan menyenangkan.

Dari sudut pandang ruhani semangat kebersihan juga banyak memberikan dampak positif. Kebersihan tidak hanya diartikan secara fisik, tetapi lebih dari itu. Kebersihan hati, pikiran, pergaulan dan sebagainya. Tentu hal itu akan berdampak pada banyak aspek kehidupan. Hati yang bersih akan menjadikan seseorang berpikir secara jernih, mengambil keputusan yang tepat sehingga pada akhirnya bisa mengambil tindakan yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Ia juga akan menjaga pergaulannya dengan sesama sehingga tercipta keseimbangan dalam kehidupan di dunia. Bila semua orang memiliki pemikiran yang jernih bisa dibayangkan betapa tentramnya tatanan kehidupan.

Tidak salah kiranya bila Rasul menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Kebersihan semakin menambah keimanan seseorang. Tentu yang dimaksudkan Rasul adalah kebersihan dari sisi jasmani dan ruhani. Begitu pentingnya urusan kebersihan bagi Islam hingga bab pertama dalam kajian fiqih selalu diawali dengan bab ‘Thaharah’ yang membahas kebersihan.

Reget ‘bahasa Jawa’ berarti kotor, mumet artinya pusing. Secara bebas saya mengartikan kotor sumber malapetaka. Dari sudut pandang fisik sudah jelas bagaimana dampak dari pola hidup yang tidak memperhatikan kebersihan. Kotornya badan akibat jarang dibersihkan akan berdampak pada terganggunya kesehatan. Munculnya berbagai penyakit yang menyerang adalah bukti kurang adanya perhatian mengenai masalah kebersihan. 

Tempat tinggal dan lingkungan yang kotor juga menjadi sumber berbagai masalah. Mulai dari masalah kesehatan yang mengancam jiwa hingga bencana yang mengancam ekosistem dan keberlangsungan hidup. Lingkungan kotor akan menjadi tempatt bersarangnya bakteri, nyamuk, dan bibit – bibit penyakit yang bisa saja menyerang anak – anak hingga orang dewasa. Kondisi semacam ini sering terjadi pada masyarakat yang tinggal di tempat – tempat kumuh. Ketidak peduliannya pada kebersihan lingkungan sesungguhnya justru menjadikan mereka semakin terancam. Terancam berbagai penyakit yang sesungguhnya bermula dari ulah mereka sendiri. 

Selain itu ketidak pedulian terhadap kebersihan juga bisa menimbulkan bencana yang mengancam ekosistem dan keberlangsungan hidup masyarakat sendiri. Mereka yang membuang sampah di sungai – sungai tempat aliran air, turut andil dalam mensukseskan banjir. Tidak heran jika banjir akan terus melanda saat musim hujan, karena berapa kalipun dibersihkan oleh petugas, masyarakat yang belum sadar tetap membuang sampah sembarangan. Kala sudah seperti ini, siapa yang mau disalahkan? Pemerintah? Ya, paling tidak cukuplah pemerintah yang dijadikan kambing hitam. Padahal semua itu sesungguhnya bermula dari pola hidup yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Berulangkali dipasang tulisan, ‘jangan buang sampah di sungai ini’, berulang kali pula pelanggaran dilakukan. Ujung – ujungnya bencana melanda dan pada akhirnya ‘MUMET’ juga kan?

Lebih parah lagi bila, bila kotor itu melanda hati, pikiran dan pola hidup. Bisa dibayangkan betapa berantakannya kehidupan ini. Hati menjadi pusat dari semua gerak manusia, karenanya bila hati kotor, perilaku yang tercermin adalah pengejawantahan dari kekotoran hati itu. Seringkali melakukan perilaku menyimpang, maksiat dan membuat kerusakan di bumi ini. Boleh jadi bumi akan semakin muak dengan ulah manusia hingga tidak mampu lagi menopang bebannya. Ebiet menyindir hal itu dalam lirik lagunya, ‘mungkin alam mulai bosan, melihat tingkah kita, coba tanyakan pada rumput yang bergoyang’

Begitulah bila seseorang tidak mengindahkan pola hidup bersih. Kebersihan akan memberikan banyak manfaat. Manfaat dari sisi fisik, jasmani maupun ruhani. Sebagai seorang yang muslim seharusnya berusaha untuk senantiasa menjaga kebersihan dalam seluruh aspek kehidupan. Kebersihan diri, tempat tinggal, lingkungan, pergaulan dan semua aspek kehidupan. Dengan terus berusaha menjaga kebersihan, maka kita akan terhindar dari berbagai mara bahaya yang mengancam. Dengan pola hidup bersih masa depan akan semakin cerah. Cita – cita akan semakin nampak di depan mata.

Pola hidup bersih semestinya tidak hanya dilakukan pada event – event tertentu seperti moment agustusan seperti ini, lebaran dan perayaan – perayaan lain. Semestinya ia menjadi tradisi yang mengakar dalam jiwa hingga keseimbangan alam tetap terjaga. Kesehatan semakin terjaga, pola pikir semakin jernih, kerja semakin tertata dan pada akhirnya kejayaan bisa menjadi nyata. Bukan sekadar impian yang berada dalam angan – angan.

Semoga Bermnafaat...
Allahu A'lam...

Komentar