Takdir di Lauhul Mahfudz
Tidak ada hal yang terjadi dan dialami oleh manusia melainkan Allah
mengetahuinya. Pun pula tidak ada sesuatu yang terjadi di dunia ini melainkan
atas kehendak-Nya. Semua yang menimpa manusia pada hakikatnya telah tertulis
secara jelas di lauhul mahfudz. Demikian informasi yang diberitakan oleh al-Qur’an
dalam Surat al-Hadid (57); 22:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ
مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)
Artinya: Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
al-Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Q.S. al-Hadid
(57); 22)
Apa yang menimpa manusia dan apa yang terjadi di bumi ini
sesungguhnya semuanya telah tertulis di Lauh al-Mahfudz. Semua telah ditentukan
dan ditetapkan oleh Allah SWT. Tidak ada sesuatu yang terjadi melainkan atas
ketetapan-Nya. Lantas mengapa mesti ada surga dan neraka? Surga dipersiapkan
bagi mereka yang taat kepada-Nya, sementara neraka dipersiapkan bagi mereka
yang durhaka kepada-Nya. Jika semua dudah ditetapkan dan tertulis di Lauh
al-Mahfudz lantas seperti apa peran manusia dalam menentukan usahanya?
Memang semua telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah, jauh
sebelum manusia diciptakan. Tetapi yang perlu dipahami bahwa manusia juga
diberi kemampuan untuk memilih dan menentukan rangkain takdir yang telah
disiapkan oleh Allah untuknya. Karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk
menghindar dari hisab-Nya dan ketentuan-Nya antara surga dan neraka. Pilihan
yang tepat akan mengantarkan seseorang sampai pada surga, sementara pilihan
yang salah akan menjerumuskannya ke neraka.
Surga dan neraka sudah disiapkan oleh Allah sebelum manusia
diciptakan. Surga akan diperuntukkan bagi mereka yang beriman dan bertaqwa. Beriman
dalam arti percaya dengan sesungguhnya bahwa Allah adalah satu – satunya Tuhan
yang wajib disembah, dan Muhammad SAW
adalah rasul-Nya. Bertaqwa kepada-Nya dengan berusaha semaksimal mungkin untuk
senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Berkaitan dengan keberadaan takdir yang telah ditentukan sebelumnya
di Lauh al-Mahfudz ini Rasul SAW bersabda:
حَدَّثَنِي
أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَرْحٍ حَدَّثَنَا
ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ
الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ
حَدَّثَنَا حَيْوَةُ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَهْلٍ التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا نَافِعٌ يَعْنِي ابْنَ يَزِيدَ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي
هَانِئٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّهُمَا لَمْ يَذْكُرَا وَعَرْشُهُ
عَلَى الْمَاءِ
Artinya: (MUSLIM
- 4797) : Telah menceritakan kepadaku Abu Ath Thahir Ahmad bin 'Amru bin
'Abdullah bin Sarh; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan
kepadaku Abu Hani Al Khalwani dari Abu 'Abdur Rahman Al Hubuli dari 'Abdullah
bin 'Amru bin Al 'Ash dia berkata; "Saya pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah telah menentukan takdir bagi
semua makhluk lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.'
Rasulullah menambahkan: 'Dan arsy Allah itu berada di atas air." Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Umar; Telah menceritakan kepada kami Al
Muqri; Telah menceritakan kepada kami Haiwah; Demikian juga diriwayatkan dari
jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Sahl At Tamimi; Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam; Telah mengabarkan kepada kami Nafi'
yaitu Ibnu Yazid keduanya dari Abu Hani melalui jalur ini dengan Hadits yang
serupa. Namun keduanya tidak menyebutkan lafazh: "Dan 'arsy Allah itu
berada di atas air." (H.R. Muslim)
Keberadaan hadits
di atas semakin mengukuhkan bahwa takdir bagi seluruh makhluk sudah ditentukan
dan ditetapkan oleh-Nya sebelum makhluk diciptakan. Bahkan dalam keterangan
hadits tersebut takdir itu telah diciptakan lima puluh ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi, sedang saat itu arasy-Nya masih berada di atas air.
Keberadaan arasy
di atas air dan mendahului penciptaan
langit dan bumi juga disebutkan al-Qur’an pada Surat Hud (11) ayat 7:
وَهُوَ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى
الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ
مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا
إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
Artinya: Dan Dia-lah yang menciptkan langit dan bumi dalam enam
masa, dan ‘Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Makkah), “Sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini
hanyalah sihir yang nyata.” (Q.S. Hud (11); 7)
Keberadaan arasy di atas air mendahului penciptaan langit dan bumi.
Adapun langit dan bumi diciptakan oleh Allah untuk menguji siapa di antara
mereka yang lebih baik amalnya. Lebih taat kepada perintah-Nya. Lebih sigap
dalam menjauhi larangan-Nya. Bagi mereka yang lebih banyak amal baiknya, Allah
menjanjikan surga, sementara bagi mereka yang lebih banyak amal buruknya, bagi
mereka siksa yang pedih dan seburuk – buruk tempat kembali, yakni neraka.
Sekali lagi memang semua yang ada di dunia sudah ditakdirkan
oleh-Nya, akan tetapi hal itu bukanlah alasan untuk bermalas – malasan. Dunia adalah
tempat ujian bagi manusia. Ujian untuk membuktikan persaksiaannya atas
ketuhanan Allah. Tempat untuk melakukan amal baik yang menjadi bekal menghadap
Allah SWT.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam....
Komentar
Posting Komentar