Kedudukan Seseorang di Sisi Rabnya
Seorang
mukmin senantiasa berharap bahwa ia menjadi seseorang yang mulia di sisi
Tuhannya. Beragam upaya dilakukan untuk mendapatkan posisi istimewa di sisinya.
Akan tetapi syaitan juga tidak akan membiarkan seorang manusia mencapai derajat
tinggi di sisi-Nya. Permusuhan antara manusia dan syaitan telah terjadi
semenjak ia menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam A.S. Kesombongan
yang ada pada dirinya, merasa bahwa ia lebih mulia dari Adam, menyebabkan
dirinya berani menentang perintah Allah. Padahal ia adalah penghuni surga
sebelum manusia pertama diciptakan. Peristiwa itu diabadikan oleh al-Qur’an
Surat al-Hijr (15); 31-40:
إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ يَكُونَ
مَعَ السَّاجِدِينَ (31) قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ
السَّاجِدِينَ (32) قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (33) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
(34) وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (35) قَالَ رَبِّ
فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ
(37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38) قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا
عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)
Artinya:
Kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama – sama para (malaikat) yang sujud itu.
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Iblis! Apa sebabnya kamuu (tidak ikut) sujud
bersama mereka?” Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali – kali tidak akan sujud kepada
manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah
dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu
tetap menimpamu sampai hari Kiamat.” Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, (kalau
begitu)maka berilah penangguhan kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.”
Allah berfirman, “(Baiklah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi
penangguhan. Sampai hari yang telah ditentukan (kiamat).” Ia Iblis berkata,
“Tuhanku oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan
jadikan (kejahatan) terasa indah bagi
mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba – hamba
Mu yang terpilih di antara mereka.” (Q.S. al-Hijr (15); 31-40)
Semenjak
peristiwa itu perseteruan antara Iblis dan manusia berlangsung. Iblis dengan
segala tipu muslihatnya terus berupaya untuk menyesatkan anak cucu Adam. Dia
bersama dengan semua kroninya tidak akan pernah menyerah untuk menyesatkan manusia
sampai datangnya kiamat. Mereka akan membuat kemaksiatan terasa indah bagi
manusia. Itulah sebabnya mengapa banyak di antara umat manusia yang terbujuk
rayuannya hingga menjauh dari kebenaran.
Kehidupan
di dunia merupakan tempat ujian bagi manusia. Dunia adalah tempat di mana
manusia berusaha untuk merealisasikan janjinya kepada Allah saat berada di alam
arwah. Persaksian akan ketuhanan Allah. Tidak ada seorang pun manusia di dunia
ini yang terlepas dari ikatan perjanjian itu.
Di
dunia ini tidak ada seorangpun yang mengetahui kedudukan seseorang di hadapan
Allah SWT. Kedudukan manusia di hadapan Allah adalah rahasia yang hanya
diketahui oleh-Nya. Meski banyak di antara manusia yang kadang menempatkan
seseorang sebagai kekasih Allah, akan tetapi semua itu hanyalah khusnudzan yang
diberikan oleh manusia kepada orang tersebut, tidak menunjukkan kepastian
kedudukannya.
Meski
hal prasangka belumlah mewakili, tetapi setidaknya hal itu bisa menjadi
pertanda kedudukannya di hadapan Allah SWT. Hal itu sesuai dengan hadits
riwayat Malik:
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك
عَنْ عَمِّهِ أَبِي سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ كَعْبِ الْأَحْبَارِ
أَنَّهُ قَالَ إِذَا أَحْبَبْتُمْ أَنْ
تَعْلَمُوا مَا لِلْعَبْدِ عِنْدَ رَبِّهِ فَانْظُرُوا مَاذَا يَتْبَعُهُ مِنْ
حُسْنِ الثَّنَاءِ
Artinya:
(MALIK - 1403) : Telah menceritakan kepadaku Malik dari pamannya Abu Suhail
bin Malik dari Ayahnya dari Ka'b Al Ahbari ia berkata; "Jika kalian ingin
tahu apa yang diperoleh seorang hamba di sisi Rabbnya, maka lihatlah pujian
baik yang mengiringinya." (H.R. Malik)
Hadits
di atas mengisyaratkan apabila kita ingin melihat kedudukan seseorang di sisi
Allah, maka bisa kita ketahui dari pujian yang diberikan kepadanya. Memang
belum ada kepastian bahwa pujian menunjukkan derajat seseorang di sisi Allah,
akan tetapi setidaknya hal itu bisa menjadi indikator kedudukan seseorang di
sisi Allah.
Keterangan
hadits di atas memperkuat akan hal itu. Seorang yang selama hidupnya di dunia
mendapat banyak pujian baik dari orang lain, hal itu menunjukkan bahwa dia
adalah orang yang memiliki kedudukan lebih dari yang lain. Pujian yang
disanjungkan menunjukkan adanya keunggulan. Tidak mungkin seseorang akan dipuji
oleh banyak orang manakala ia tidak memiliki keunggulan sama sekali.
Sebaliknya,
orang yang seringkali mendapat cemoohan dari yang lain, menunjukkan bahwa dia
adalah orang buruk. Paling tidak, buruk di mata orang, sedang di sisi Allah,
tidak ada yang tahu melainkan Dia. Cemooh dan cacian yang diberikan pada
seseorang menunjukkan adanya perangai buruk yang dimiliki. Begitulah pada
umumnya.
Saat
gajah mati, ia akan meninggalkan gading. Lantas apa yang akan ditinggalkan oleh
manusia? Manusia mati, meninggalkan nama. Demikianlah kata peribahasa. Maka
bagaimana dengan kematian kita? Adakah kita akan meninggalkan nama yang baik
atau sebaliknya? Meninggalkan nama yang buruk. Jika ingin dikenal sebagai
seorang yang baik, maka tinggalkanlah kesan yang baik, sebaliknya, bila ingin
dikenal sebagai orang yang buruk, berbuatlah keburukan.
Jika
kita ingin tahu apa yang kita dapatkan di sisi Allah, maka lihatlah seberapa
banyak pujian yang diberikan pada kita. Bila banyak orang memberikan pujian
kepada kita, baik langsung maupun tidak, boleh jadi hal itu menunjukkan
kebaikan yang ada pada diri kita. Tetapi ingat, janganlah hal itu membuat kita
lengah untuk selalu berbuat yang lebih baik dari apa yang telah kita lakukan
sebelumnya. Ingat, siapa yang hari ini sama dengan kemarin, ia termasuk orang
yang merugi. Siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka dia orang yang
beruntung. Siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka maut lebih baik
baginya. Termasuk yang manakah kita?
Semoga bermanfaat...
Allahu a'lam...
Komentar
Posting Komentar