Refleksi Peringatan Hari Kemerdekaan
Entah mengapa saya merasa ada yang berbeda dalam peringatan hari
kemerdekaan RI tahun ini. Saya tidak tahu, apakah semua merasakan hal yang sama
dengan apa yang saya rasakan. Saya merasa peringatan HUT RI tahun ini lebih
meriah, kompak dan memiliki ioni tersendiri dibanding sebelumnya. Mengapa? Itu juga
yang saya belum tahu. Saya katakana lebih meriah dan kompak, karena hampir
setiap jalan yang saya lalui ke tempat kerja, penuh dengan pernak – pernik,
aksesoris yang jauh lebih warna – warni dibanding sebelumnya. Banyak juga desa
dan kelurahan yang mengadakan upacara. Satu hal positif yang kiranya perlu
dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Saya sendiri mengikuti upacara peringatan HUT RI di halaman kampus
IAIN Tulungagung. Kampus tempat saya menemba ilmu dan mengabdi. Banyak hal yang
menjadi kenangan di kampus ini, sehingga rasa memiliki semakin melekat kuat. Apalagi
setelah saya diterima mengabdi di kampus yang menjadi almamater semenjak S1.
Tahun ini, kampus yang saat itu masih kecil, dengan jumlah
mahasiswa hanya sekitar tiga sampai empat ratusan di setiap jenjangnya, telah
berubah menjadi kampus besar. Bangunannya yang megah di atas areal tanah yang
luasnya mungkin empat kali lipat waktu itu, telah menjadi kampus yang
didambakan dan diminati banyak mahasiswa. Buktinya, mahasiswa baru kali ini
mencapai empat ribu sembilan ratusan. Jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran
IAIN Tulungagung, yang berada di kawasan terpencil di bagian selatan pulau
Jawa. Satu kebanggaan tersendiri tentunya bagi warga Tulungagung yang mayoritas
penduduknya tinggal di pedesaan dan umumnya bekerja di bidang pertanian.
Upacara Peringatan HUT RI ke 72 |
Tujuh puluh dua tahun yang silam, tepatnya 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka. Proklamasi itu
dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, dua orang proklamator bangsa ini. Tentu
banyak peristiwa yang terjadi sebelum akhirnya bangsa ini meraih
kemerdekaannya. Perjuangan mengangkat senjata maupun melalui jalan diplomasi
telah dilakukan hingga kemerdekaan itu bukan lagi impian. Kemerdekaan adalah
kenyataan. Ribuan nyawa telah menjadi korban. Tetesan darah juga telah
membanjiri bumi pertiwi, untuk meraih kemerdekaan.
Indonesia sebagai bangsa merdeka memiliki sejarah panjang. Negara Kesatuan
Republik Indonesia telah dipilih sebagai bentuk negara ini. Bukan tanpa alasan,
melainkan fakta sejarah telah membuktikan bahwa kemerdekaan ini telah diraih
berkat perjuangan seluruh elemen bangsa yang terdiri dari berbagai suku,
bangsa, agama dan ras. Ragam perbedaan itu adalah alasan mengapa negara
kesatuan dipilih. Semua memiliki kedudukan yang sama. Tidak ada yang lebih
dibanding yang lain.
Sebagai bangsa yang merdeka, Indonesia ditakdirkan menempati daerah
terindah, terkaya dan tersubur di dunia. Dunia menyebutnya dengan ‘Zamrud
Katulistiwa’. Keindahan, kesuburan dan kekayaan alamnya telah membuat bangsa
lain iri. Banyak bangsa asing datang untuk menjajah, mengeruk, dan menduduki
bangsa ini. Namun, berkat jasa para pendahulu bangsa ini berhasil keluar dari
belenggu penjajahan.
Banyak orang yang seringkali menghubungkan tanggal 17 sebagai hari
kemerdekaan dengan mistis keislaman. Mereka mengatakan bahwa angka tujuh belas
bukan suatu kebetulan, melainkan erat sekali dengan Islam. Al-Qur’an yang
merupakan kitab suci umat Islam, turun pertama kalinya ke langit dunia pada
tanggal 17 Ramadlan. 17 juga disebut sebagai jumlah rakaat shalat lima waktu
secara keseluruhan. Itulah sebabnya mengapa mayoritas penduduk di Indonesia ini
memeluk agama Islam.
Ya, biarkan saja orang menafsirkan dan mengotak – atik. Yang terpenting
semua tetap satu suara untuk memperjuangkan dan mempertahankan NKRI. Meski kaya
akan perbedaan, namun tetap bersatu untuk membangun bangsa ini.
Saat upacara pagi ini, salah satu dosen senior IAIN Tulungagung,
Dr. K.H. Muntahibun Nafis, M.Pd.I. berhasil mengabadikan peristiwa langka. Dengan
kamera HPnya beliau mengabadikan lafadz Allah yang berada di atas langit IAIN
Tulungagung. Ada apa gerangan? Bolehlah saya otak – atik, asal mathuk.
Lafadz Allah di Atas Langit IAIN Tulungagung |
Tahun ini IAIN dibanjiri peminat kuliah, bahkan mungkin paling
banyak ditingkat IAIN se-Indonesia. Tahun ini juga ajaran baru akan menjadi
sejarah tersendiri bagi IAIN Tulungagung. Kampus yang telah menahbiskan diri
sebagai kampus dakwah dan peradaban ini, memberlakukan pembelajaran madin dan
dirasah qur’an bagi mahasiswanya. Ini adalah satu – satunya program yang ada di
kampus di Indonesia. Mungkin peristiwa alam berupa tertulisnya lafadz Allah ini
adalah pertanda akan ridla yang diberikan Allah untuk kampus ini, sehingga
kedepan IAIN Tulungagung, akan menjadi kampus besar yang menjadi rujukan dari
kampus – kampus yang lain. Semoga.
Yang jelas peringatan hari kemerdekaan ini, patut untuk kita
merefleksikan diri, sudahkan kita sebagai warga Indonesia turut serta untuk
berjibaku andil dalam perjuangan meraih tujuan dan cita – cita besar bangsa
ini. Menjadi bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Saling menyalahkan,
menjatuhkan kritik, tuduhan dan semisalnya saya rasa bukanlah hal yang mesti
dibesar – besarkan. Tetapi bagaimana membangun bangsa ini sehingga menjadi
bangsa yang berperadaban tinggi, makmur, sejahtera dan keadilan yang merata
itulah yang mesti segera diwujudkan. Tentunya tidak hanya menjadi tugas
pemerintah, tetapi semua warga Indonesia.
Jujur mesti harus diakui, 72 tahun bangsa ini merdeka, rasanya cita
– cita sebagai bangsa yang makmur sejahtera merata berkeadilan masih jauh. Buktinya
banyak di antara warga negara yang hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak tempat
pemukiman kumuh yang bertebaran di bumi pertiwi. Banyak juga bangsa asing yang
masih seenaknya mengeruk kekayaan bangsa ini. Mereka menjadi tuan di negeri
orang. Sementara sebagian warga negara ini menjadi pembantu di negeri ini. Karenanya
jangan sampai istilah ‘anak ayam di lumbung padi kelaparan’ berlaku di negeri
yang katanya subur, kaya raya, gemah ripah loh jinawi ini. Semua elemen bangsa
harus berjibaku mewujudkan kemakmuran bangsa ini.
Hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah pendidikan. Pendidikan harus
digarap sedemikian rupa, hingga tidak ada lagi sumber daya manusia Indonesia yang
rendah. Sumber daya manusia yang tinggi akan semakin mempercepat pembangunan
bangsa ini. Cita – cita luhur bangsa akan semakin cepat diraih manakala sumber
daya manusianya diperhatikan. Pendidikan murah dan berkualitas perlu menjadi
prioritas utama pemerintah sehingga masa depan bangsa semakin cerah.
Dirgahayu bangsaku….
Dirgahayu merah putihku….
Dirgahayu Indonesiaku….
Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke 72
Jayalah selalu…
Merdeka….!!!
Komentar
Posting Komentar