Dzikir
Secara sederhana dzikir artinya ingat. Dzikrullah artinya ingat
Allah. Ingat bagaimana? Ya ingat kepada asma Allah, sifat – sifat-Nya, dan
keagungan-Nya. Ingat dimanapun dan kapanpun berada. Dzikir penting artinya bagi
setiap orang agar mendapatkan ketenangan hati, pikiran dan berbuah pada amal
shalih.
Secara tegas al-Qur’an menyebutkan dalam Surat al-Ra’du (13); 28:
الَّذِينَ
آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (28)
Artinya: (yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram. (Q.S. al-Ra’du (13); 28)
Orang yang beriman kepada Allah, hati mereka menjadi tenang, tidak
ada yang bisa menjadikannya takut. Keresahan yang ada dalam hati menjadi hilang
karena dzikir kepada Allah. Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Tenang
dalam arti sesungguhnya bukan sementara.
Kehidupan di dunia memang tidak akan pernah lepas dari
permasalahan. Entah permasalah kecil maupun besar. Adanya permasalahan
sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang Allah. Kasih sayang-Nya untuk lebih
menjadikannya sebagai seorang yang dewasa. Ia adalah wasilah Allah untuk menjadikannya
sebagai seorang yang dekat di sisi-Nya.
Banyak orang keliru dalam mencari ketenangan. Ada yang mencari
ketenangan dengan mencari hiburan di tempat – tempat hiburan. Mendendangkan lagu
untuk menenangkan hati. Pergi ke tempat – tempat maksiat, mengkonsumsi obat –
obat terlarang untuk mencari kedamaian. Beberapa saat mereka memang menemukan
ketenangan, namun berapa lama ketenangan itu bisa bertahan?
Ketenangan yang diperoleh dari hal – hal yang tidak dibenarkan
sesungguhnya hanya bersifat sementara dan cenderung menambah permasalahan. Hal itu
juga akan menimbulkan ketergantungan kepadanya. Akibatnya bukannya mendapat
ketenangan, justru yang didapatkan adalah rangkain masalah yang tak berujung.
Untuk itulah dibutuhkan satu solusi untuk mengatasi keresahan yang
ditimbulkan oleh berbagai persoalan tersebut. Jawaban yang tepat untuk
mengatasi hal tersebut berdasarkan pada informasi al-Qur’an Surat al-Ra’du
(13); 28 adalah dzikrullah. Dengan terus berusaha mengingat Allah, maka hati
akan menjadi tenang.
Selain itu dzikir juga merupakan tanda bahwa seseorang semakin
dekat kepada Allah. Sungguhpun sebenarnya dzikir itu masih menunjukkan adanya
jarak antara seseorang dengan Tuhannya, tetapi paling tidak dzikir dapat
menjadi tameng dalam diri seseorang yang menjauhkannya dari berbuat maksiat
kepada Allah.
Maksiat muncul karena seseorang lupa kepada Allah. Andai seseorang
ingat pada Allah, tidak mungkin ia akan berbuat maksiat. Ia akan merasa takut
kepada siksa Allah dan menjadikannya berusaha untuk menjauhi segala bentuk
kemaksiatan dengan segala upayanya. Dzikrullah akan menjadikan hatinya tenang,
karena secara otomatis ia tetap berada dalam naungan Allah.
Substansi dari ibadah adalah dzikrullah, mengingat Allah. Tanpa
mengingat Allah, nilai ibadah tidak ada apa – apanya. Ibdah tanpa disertai
dengan dzikrullah ibarat jasad tanpa ruh. Jasad tanpa ruh adalah mayat yang
tidak ada nilainya. Bahkan meskipun tampan dan cantik tidak ada seorang pun
yang berakal sehat mau untuk menikahinya. Demikian halnya dengan ibadah yang
tidak disertai dengan mengingat Allah. Ibadah itu tidak ada nilainya di hadapan
Allah.
Shalat salah satu bentuk ibadah mahdlah yang menempati kedudukan
paling utama dalam Islam, juga mengedepankan ingat kepada Allah. Secara tegas
Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat Thaha (20); 14:
إِنَّنِي
أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
(14)
Artinya: Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku. (Q.S. Thaha (20); 14)
Ayat di atas menjelaskan bahwa ketika Nabi Musa A.S. melihat cahaya
di bukit Tursina dan mendekatinya, ia mendengar suara yang menyatakan bahwa
tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Ia diperintah untuk
menyembah-Nya dan mendirikan shalat untuk mengingat-Nya.
Syariat yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya, mungkin
memiliki perbedaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang turut melingkupi saat
itu. Akan tetapi dari sisi substansinya memiliki kesamaan terutama dalam bidang
aqidah. Bidang ketuhanan yang menyatakan keesaan Allah akan selalu sama dan
tidak ada perbedaan. Demikian halnya dalam substansi ibadah kepada-Nya.
Substansi ibadah yang paling utama adalah mengingat Allah. Shalat
adalah media untuk mengingat Allah yang paling efektif. Dalam shalat terdapat
bacaan tasyahud yang juga menggambarkan sebuah dialog yang terjadi antara
seorang hamba dengan Tuhannya. Karena itulah nabi lebih memilih shalat daripada
dunia beserta isinya. Dengan shalat beliau bisa mengingat dan berkomunikasi
dengan-Nya.
Sekuat mungkin setiap muslim harus berusaha untuk mengingat Allah
dalam keadan dan kondisi apapun. Dengan dzikrullah hati akan tenang, pikiran
jernih dan amalpun menjadi shalih. Dzikir, Fikir dan Amal Shalih adalah kunci meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam....
Komentar
Posting Komentar