Ubudiyyah


Ubudiyyah

Engkau bertanya kepadaku mengenai ubudiyyah. Ubudiyyah itu ada tiga macam, pertama menjaga perintah syara’, kedua ridho terhadap qadha’, qadar dan pembagian Allah Swt, dan ketiga meninggalkan ke-ridho-an terhadap nafsu untuk mendapatkan ridho Allah Swt.

Paragraf di atas merupakan sepenggala jawaban al-Ghozali yang ditulisnya dalam risalah Ayyuhal Walad untuk muridnya yang mempertanyakan tentang ubudiyyah. Banyak orang memahami ubudiyyah sebagai ibadah mahdhah semata, semisal shalat, puasa, zakat, haji dan sejenisnya. Di sini al-Ghozali memberikan jawaban menarik yang sarat dengan makna.


Pertama, jawaban yang diberikannya adalah menjaga perintah syara’. Tentu dalam hal ini al-Ghozali berkeinginan agar terjadi keseimbangan dan keselarasan dalam hal beragama. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki seseorang, tidak lantas memperbolehkannya untuk meninggalkan laku syara’ yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Jika ditengah masyarakat muslim terdapat anggapan bahwa mereka yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah Swt. berperilaku nyleneh, terkadang syari’atnya kurang diperhatikan, namun memiliki kelebihan berupa ‘kasunyatan’, yang dianggap sebagian orang sebagai karomah, maka dengan jawaban al-Ghozali ia ingin meluruskan hal tersebut. Mereka yang dekat dengan Allah tentu tidak akan  meremehkan apa yang menjadi perintah dari Allah Swt.

Kedua, ridho terhadap qadho’, qadar dan pembagian Allah Swt. Jawaban ini mengisyaratkan adaya kepatuhan dari seorang muslim yang beriman terhadap apa yang menjadi ketentuan dari Allah Swt. Menerima segala bentuk ketentuan-Nya dengan penuh keikhlasan tanpa sedikitpun mengeluh apalagi protes terhadap ketentuan-Nya.

Jawaban ini selaras dengan hadis Nabi Muhammad Saw yang menyatakan bahwa urusan seorang mukmin sangat menakjubkan, ketika mereka diberi nikmat bersyukur dan saat mendapat ujian mereka bersabar. Aspek ubudiyyah yang sesungguhnya adalah manakala seseorang dalam menjalani kehidupannya senantiasa berusaha mensyukuri, dan menerima seluruh ketentuan Allah Swt dengan lapang dada penuh keikhalasan.

Ketiga, meninggalkan ke-ridho-an terhadap nafsu untuk mendapatkan ridho Allah Swt. Nafsu selalu saja mengajak pada hal-hal yang buruk, karena itu ubudiyyah kepada Allah Swt. merupakan upaya mendapatkan ridho Allah Swt.

Sebagian orang menjalankan ibadah untuk mencari perhatian orang lain, agar ia menjadi seorang yang terpandang dan disanjung oleh banyak orang. Seorang yang melaksanakan ibadahnya semata karena Allah swt. itulah yang sesungguhnya melakukan ubudiyyah kepada-Nya.

Komentar