Senin, 27 Januari 2020

Hal Attabi’uka ‘Ala> Antu’allimani>


Hal Attabi’uka ‘Ala> Antu’allimani>

Untuk mendapatkan ilmu dari seorang guru, ada baiknya kita menjaga adab dan sopan santun dalam menuntut ilmu. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, banyak para penuntut ilmu yang tidak lagi mengindahkan hal-hal yang berkenaan dengan adab tersebut. Mungkin hal ini banyak dipengaruhi oleh berbagai literatur yang bisa bertebaran dengan bebasnya tanpa bisa dikendalikan.

Ya, di era saat ini kita memang disuguhkan dengan berbagai kemudahan. Mulai dari hal-hal yang dulunya kita anggap pelik, mustahil bisa dilakukan, namun semua itu kini terbantahkan. Semua hal yang dulu dianggap mustahil kini dengan mudahnya bisa dilakukan karena kecanggihan teknologi informasi sebagai buah dari perkembangan ilmu dan sains yang bergitu cepat.


Tersebarnya berbagai informasi melalaui mass media, baik cetak maupun elektronik serta mesin pencari google dan sejenisnya yang saat ini telah menyebar bahkan di tempat paling terpencil di dunia sekalipun, menyebabkan sekat-sekat pemisah di dunia ini seolah hilang. Apapun informasinya bisa kita dapatkan, baik itu positif maupun negatif.

Jika hal itu dibarengi dengan kesiapan diri baik secara fisik maupun mental, tentu dampak positiflah yang didapatkan. Sebaliknya, jika seseorang belum siap secara fisik dan mental, boleh jadi kemajuan itu justru menjerumuskannya pada hal-hal yang negatif. Termasuk di antara hal yang saat ini telah terkikis adalah akhlaq saat kita menuntut ilmu.

Dalam hal menuntut ilmu, Islam mengajarkan adab dan sopan santun yang semestinya sebagai seorang santri/pelajar muslim kita perlu dan mesti melaksanakannya. Banyak santri/pelajar muslim yang hari ini terjangkiti oleh pemikiran-pemikiran yang kurang tepat sehingga kurang memperhatikan adab dan sopan santun saat mencari ilmu.

Sebagai contoh, banyak santri/pelajar muslim yang mengharapkan ilmu bisa diperolehnya secara instan. Mereka seringkali malas untuk belajar di dalam kelas, namun berharap untuk mendapatkan nilai, meski kehadirannya tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Banyak juga yang sering menganggap bahwa guru memiliki kedudukan setara dengannya, sehingga dengan seenak perutnya, ia bisa saja mengatur, kalau perlu mendikte sang guru karena menganggap ia telah membayar. Parahnya, terkadang orang tuanya, mengaminkan hal ini, sehingga mereka bisa memprotes keputusan guru yang merupakan kebijakan yang penuh dengan pertimbangan.

Memang, guru adalah manusia biasa, sama dengan lainnya. Guru bisa juga berbuat salah, karena ia tidak luput dari kesalahan. Namun, menganggap guru sebagai seorang yang berkedudukan rendah, bukanlah hal yang benar dalam pandangan saya. Seorang guru tetaplah seorang mulia yang sepatutnya kita menghormatinya, seperti apapun adanya.

Ali bin Abi T{a>lib pernah mengatakan, “Aku adalah budak bagi seorang yang mengajariku satu hurf”. Ini adalah akhlaq yang ditunjukkan oleh seorang sahabat senior yang menjadi menantu kesayangan rasulullah Saw.

Sehubungan dengan akhlaq terhadap seorang guru, al-Qur’an menyebutkan dalam Surat al-Kahfi (18); 66, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu?” (Qs. Al-Kahfi (18); 66). Ayat ini menceritakan kisah tentang Nabi Musa As. yang hendak berguru kepada Nabi Khid}r As.

Bagi seorang santri sepatutnya mendahulukan khidmah kepada gurunya terlebih dahulu sebelum ia menuntut ilmu darinya. Pernyataan itu bisa kita peroleh dari pernyataan al-Qur’an ayat di atas yang menyatakan, “Bolehkah aku mengikutimu?”.  

Mengikuti menunjukkan adanya ketawadlu’an dari seorang santri untuk mengikuti dan melayani guru. Demikian itu diajarkan oleh Islam, baru kemudian belajar dari guru.

Ini mengandung arti bahwa membuat hati guru merasa senang, gembira, dan ridla merupakan hal penting dalam menuntut ilmu. Seorang santri yang mampu membuat hati gurunya senang dan gembira dengan pengabdiannya, maka ia akan mengajar dengan sepenuh hati. Seluruh ilmunya akan diberikan kepadanya dengan suka cita. Lebih dari itu, sang guru akan dengan ikhlas, memancarkan ilmunya melalui munajatnya kepada Allah Swt.

Karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menghormati dan mengagungkan guru. Betapapun saat ini, setelah kita menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi darinya, dan ilmu yang kita miliki melebihi dari apa yang diajarkannya dulu, tetap saja kewajiban bagi kita adalah untuk menghormati dan mengagungkannya. Janganlah tingginya ilmu membuat kita lupa hingga meremehkan seorang yang telah berjasa dalam kehidupan kita sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar